Mohon tunggu...
Sudomo
Sudomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Lombok Barat

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Manajemen Sekolah yang Mendukung Merdeka Belajar, Seperti Apa?

14 Maret 2023   23:36 Diperbarui: 14 Maret 2023   23:47 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi manajemen sekolah mewujudkan merdeka belajar melalui kebijakan pembelajaran berbasis sumber daya sekolah (Foto: Dokumentasi pribadi) 

Salah satu pendukung optimalisasi Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) adalah peran kepala sekolah. Peran ini dimulai sejak sekolah bersangkutan mendaftarkan diri untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. 

Peran tersebut merupakan perubahan awal yang baik menuju merdeka belajar di sekolah. Hal ini sesuai peran kepala sekolah sebagai manajer. 

Sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah, kepala sekolah memiliki kompetensi manajerial. Kompetensi tersebut diterapkan dalam bentuk manajemen sekolah. 

Tentu manajemen yang dilakukan berkaitan dengan IKM ke depannya. Tujuannya melalui manajemen sekolah yang tepat akan benar-benar terwujud merdeka belajar. 

Bagaimana Situasi dan Tantangan Manajemen Sekolah Saat Ini?

Saat ini SMPN 3 Lingsar sedang mendaftarkan diri untuk IKM. Berdasarkan hasil asesmen melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) masuk kategori mandiri berubah. 

Hal tersebut menjadi PR sendiri bagi pihak sekolah. Terlebih sejauh ini sekolah sama sekali belum pernah 'belajar' Kurikulum Merdeka. 

Kurikulum Merdeka benar-benar menjadi hal baru di ekosistem sekolah. Meskipun tidak bagi semua, tetapi bagi sebagian besar guru di sekolah. 

Baru beberapa saja yang telah belajar melaksanakan pembelajaran sesuai napas merdeka belajar. Hal ini terlihat dari belum adanya kolaborasi dengan orang tua dan pihak lain. 

Sedangkan terkait program berdampak pada murid, sekolah belum optimal menerapkannya. Meskipun sudah menerapkan suara dan pilihan, tetapi belum sampai tahap kepemilikan. 

Program yang dilaksanakan, yaitu literasi berdiferensiasi belum mengakomodir kepemilikan murid. Murid belum optimal terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi program. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun