Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar dari Petuah Nenek sebagai Refleksi Menyikapi Lonjakan Harga Beras

25 Februari 2024   07:09 Diperbarui: 25 Februari 2024   07:12 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: KOMPAS/ANGGER PUTRANTO 

Belajar dari Petuah Nenek “Kalau Mengambil Nasi Jangan Banyak-Banyak, Jika Tidak Babis akan Dipatok Ayam” sebagai Refleksi Menyikapi Lonjakan Harga Beras

Baru-baru ini kita semua dikejutkan dengan lonjakan harga beras yang menjadi pemberitaaan hangat di sosial media dan menjadi sorotan utama di kalangan masyarakat. Kenaikan harga beras yang signifikan telah menimbulkan beban tambahan bagi rakyat, terutama mereka dengan penghasilan kurang bersahabat. Hal ini tentu berpengaruh terhadap harga beli dan memutar isi kepala untuk tetap berusaha bertahan hidup di tengah situasi yang kurang memberikan rasa nyaman.

Di tengah lonjakan harga beras, saya teringat ujaran nenek saya sewaktu masih hidup. Saat sedang mengambil makan “Nak, kalau mengambil nasi jangan banyak-banyak, lebih baik mengambil lagi jika kurang.” Lalu kalau nasi masih ada di piring beliau mengatakan “Kalau nasinya tidak kau habisi nanti dipatok ayam” sekilas mengandung makna yang luar biasa dan mengingatkan kepada kita semua untuk mensyukuri setiap rezeki yang kita nikmati.

Petuah itu sering saya dengar saat mengambil makan. Memang terdengar sederhana tapi memiliki kandungan makna luar biasa. Apa refleksi yang bisa saya petik dari ujaran nenek saya “Kalau mengambil nasi jangan banyak-banyak, jika tidak habis akan dipatok ayam”

Mengajarkan kepada anak bersikap hemat

Petuah dari nenek mengajarkan nilai mengenai hemat dan tidak berlebihan dalam mengonsumsi sesuatu. Dalam hal ini, nasi yang kita makan. Pesan tersebut dimaknai bahwa kita harus belajar untuk mengambil sebanyak yang kita butuhkan dan tidak berlebihan agar tidak terbuang sia-sia. Hal ini merupakan pelajaran hidup yang penting yang bisa kita tanamkan ke keluarga di tengah lonjakan harga beras sehingga belajar menghargai rezeki yang dimiliki.

Menanamkan kesadaran konsekuensi mengenai tidak hemat

Dalam situasi lonjakan harga beras yang terasa menjadi beban hidup, petuah tersebut menjadi pembelajaran untuk kita bersikap hemat. Jika konsekuensi tidak bersikap hemat adalah nasi yang kita makan tidak habis dan akan dipatok ayam. Hal ini menggambarkan akibat sebuah konsekuensi yang realistis dari perilaku yang kurang bijaksana atau boros. 

Dengan penyampaian petuah tersebut, orang tua berusaha menanamkan kesadaran kepada cucunya bahwa setiap perilaku mengandung konsekuensi baik positif maupun negatif. Apalagi jika kita membuang nasi maka anggaran membeli beras juga meningkat yang mengakibatkan beban belanja kebutuhan yang lain dikurangi untuk menutupi pemenuhan kebutuhan beras.

Mendorong bertanggung jawab atas perilaku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun