Kedua, respon yang sesuai. Guru dapat memberikan reaksi dari tanggapan siswa sesuai kebutuhan atau tidak berlebihan. Respon ini juga akan menumbuhkan semangat atau motivasi siswa dalam belajar. Guru hendaknya tahu bagaimana karakter siswa sebelumnya hingga lebih mengenal.
Ketiga, Â hindari gangguan yang menyebabkan fokus siswa berpaling. Siswa dapat diarahkan sesuatu sehingga siswa berfokus pada topik pembelajaran. Dengan begitu, siswa sudah siap dalam menerima pembelajaran.
Keempat, mengajukan pertanyaan. Guru dapat membangkitkan semangat siswa dengan memancing sebuah pertanyaan agar keingintahuan siswa bertambah. Pertanyaan pemantik ringan tapi cukup menantang siswa berpikir kritis dalam mengawali pembelajaran.
Kelima, memparafase. Memparafase di sini maksudnya mengulang kembali pernyataan siswa. Hal ini sangat perlu bahwa guru merespon setiap pernyataan atau tanggapan siswa. Dengan begitu siswa merasa bahagia gurunya memperhatikannya. Cara sederhana tapi berdampak terhadap psikologi siswa.
Keenam, guru tidak memotong pembicaraan siswa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengemukakan pendapat atau tanggapan sampai selesai. Jangan sekali-kali dipotong pada saat bicara maka akan mengaburkan informasi yang telah dirancanngnya. Hal ini akan membuat siswa enggan melakukan lagi jika hal ini kita lakukan.
Ketuju, guru melakukan transisi peran. Dalam pembelajaran kita juga bisa merasakan apa yang dirasakan siswa. Dalam arti, guru dapat memandang sesuatu berdasarkan sudut pandang siswa.Â
Sebab, jika guru berdalil dengan memaksakan seperti keinginan pribadi maka masalah akan simple. Lain halnya jika kita melihat sesuatu berdasrkan siswa maka yang ada beban masalah yang ada begitu berat hingga perlu bantuan penangan untuk meringankan.
Lalu bagaimana mengimplementasikan dalam mengasah empati terutama mendengar secara empati? Ternyata memiliki karakter empati perlu pembiasaan. Kita dapat mencoba beberapa langkah sederhana untuk menguji karakter pendengar empati itu apakah telah kita miliki atau belum. Adapun caranya adalah
Langkah pertama emosi diri sendiri. Saat pembelajaran kita tentu memiliki pengalaman mengajar. Pengalaman mengajar itu kita renungkan emosi kita dengan menuliskan sebuah pertanyaan berikut
- Apa emosi Anda kala itu?
- Apa yang Anda kala itu?
- Apa yang Anda rasakan kala itu?
Beberapa pertanyaan itu dapat kita temukan jawaban dari pengalaman guru saat mengajar. Jika jawaban masih kurang baik tentu rasa empati belumlah sesuai harapan. Terus mengasah kepekaan sampai berhasil.
Langkah kedua adalah menganalisis emosi siswa. Setelah kita dapat menenungkan pengalaman pribadi. Saatnya kita bisa renungkan apa yang terjadi pada saat kita mengajar. Kemudian, guru dapat menuliskan sebuah pertanyaan untuk menguji apakah guru telah menjadi pendengar empati atau belum, yang berupa
- Apa yang emosi siswa rasakan saat itu?
- Apa yang kira-kira siswa pikirkan saat itu?
- Seperti apa yang dirasakan siswa?