Mohon tunggu...
Subarkah
Subarkah Mohon Tunggu... Freelance

Suka nulis, suka nonton film, suka baca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berbuat Baik Diam-Diam di Dunia yang Bising

12 Agustus 2025   03:21 Diperbarui: 11 Agustus 2025   20:37 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Content Pixie di Unsplash 

Kebaikan seperti ini tidak mencari cerita. Ia adalah cerita itu sendiri.

Namun, bukan berarti kebaikan yang dibagikan di ruang publik tidak punya nilai. Bedanya, kebaikan diam-diam tidak mengukur dirinya dengan jumlah penonton. Ia tidak pernah sibuk mempertahankan citra. Ia adalah gerakan sunyi yang berjalan di antara keramaian dan menyelinap di sela percakapan dunia yang gaduh.

Kita hidup di masa di mana hampir setiap perbuatan baik cenderung dibingkai dalam foto, diberi keterangan penuh perasaan, lalu disebarkan luas. Ada yang melakukannya tulus untuk mengajak orang lain terlibat. Ada pula yang tanpa sadar memandang kebaikan seperti investasi, memberi sepuluh dengan harapan mendapat seratus kembali entah dalam bentuk balasan manusia atau pahala yang dijanjikan.

Tetapi segelintir orang berjalan di jalur yang berbeda. Mereka yang paham bahwa hasil kebaikan tidak selalu terlihat di depan mata. Kadang ia tumbuh di tanah hati yang tidak kita duga. Kadang ia bahkan tidak pernah kembali kepada kita, melainkan menyebar entah ke mana. Dan mereka menerimanya begitu saja tanpa keluh dan tanpa kecewa.

Kisah Ketiga: Surat Tanpa Nama di Bawah Pintu

Di sebuah kontrakan sempit di Yogyakarta, seorang mahasiswa pernah menemukan amplop berisi uang tunai dan selembar kertas kecil bertuliskan, “Untuk makan dan bayar kos. Semangat kuliahnya.” Tidak ada nama dan tidak ada tanda tangan. Mahasiswa itu bercerita bahwa ia sedang berada di titik terendah, tinggal beberapa hari lagi ia diusir karena tidak mampu membayar. Uang itu memberinya waktu sebulan untuk bertahan, dan hari ini ia sudah lulus. Ia tidak pernah tahu siapa pengirimnya.

Kebaikan yang tulus tidak takut pada kejahatan. Ia tidak menunggu keadaan sempurna untuk bertindak. Bahkan ketika dunia sedang condong pada keburukan, ia tetap muncul sekecil apa pun wujudnya.

Bayangkan seseorang yang setiap hari membersihkan jalan setapak menuju sungai di kampungnya. Tidak ada upah dan tidak ada yang mengawasinya. Hanya keyakinan bahwa orang lain akan lewat dengan lebih aman. Mungkin suatu hari jalan itu akan ditutup, atau ia sendiri akan pergi. Tetapi kebaikan itu sudah terlanjur tertanam, seperti jejak yang meski samar tetap mengarahkan langkah.

Pada akhirnya, kebaikan diam-diam adalah perlawanan terhadap dunia yang bising. Ia adalah cara kita mengatakan bahwa nilai sebuah perbuatan tidak bergantung pada jumlah yang melihat, melainkan pada ketulusan yang mendorongnya.

Dan mungkin, di tengah semua hiruk-pikuk yang membanjiri hidup kita, justru kebaikan yang bisu itulah yang paling murni menjaga denyut kemanusiaan.

Kebaikan yang dilakukan diam-diam tidak memerlukan saksi untuk menjadi berarti. Ia hidup di hati pelakunya dan mengalir dalam kehidupan penerimanya, meski tanpa pernah saling mengenal. Mungkin inilah bentuk kebaikan yang paling jujur, karena ia tidak meminta apa pun selain tetap menjadi kebaikan. Dalam dunia yang terus memamerkan segalanya, biarkan sebagian kebaikan tetap menjadi rahasia yang kita bawa hingga akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun