Mohon tunggu...
I Wayan Gede Suacana
I Wayan Gede Suacana Mohon Tunggu... Pembelajar, Pengamat Sosial Budaya, Peminat Yoga Asana dan Meditasi

Mengembangkan literasi lewat tradisi baca tulis untuk aktualisasi diri, serta yoga asana meditasi untuk realisasi diri.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ajaran Tiga Pilar Mahatma Gandhi Untuk Menahan Gelombang Ketiga

19 Juli 2025   20:15 Diperbarui: 19 Juli 2025   20:40 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahatma Gandhi Pemimpin Gerakan Tiga Pilar di India  (Sumber: Meta AI 2025)

"Segera setelah nafsu penindasan itu disingkirkan, maka disadari bahwa segala persenjataan akan merupakan beban yang sungguh terlalu berat untuk dipikul oleh suatu bangsa. Sementara itu perlucutan senjata secara nyata tidak mungkin akan terlaksana, kecuali bila sungguh-sungguh setiap bangsa di dunia ini tidak berniat menindas dan menghisap bangsa lain" (Mahatma Gandhi)

Alfin Toffler seorang ahli tentang masa depan (futurulog) meyakini bahwa dunia pada saat sekarang berada dalam "gelombang kedua". Gelombang kedua ini dimulai sejak Revolusi Industri di Inggris, yang dalam perjalanannya hingga saat ini, industri menjadi tolok ukur kemajuan suatu bangsa, tetapi di pihak lain ia justru mengakibatkan kemiskinan. Hal ini ditandai oleh menjamurnya masalah-masalah korupsi, polusi yang mengancam kualitas kehidupan, konsumerisme dan birokratisasi. Keadaan ini diperhebat lagi oleh sikap kebanyakan orang yang sudah tidak tahu malu lagi terhadap apa yang ia kerjakan. Pendek kata, "gelombang kedua" merupakan suatu model keberhasilan yang pecah. Tofller melihat "gelombang kedua" sedang menuju titik akhirnya dan disusunlah masa "gelombang ketiga".

Gelombang ketiga ini belum terbentuk, hanya baru mekar. Dalam gelombang ketiga ini terjadi perubahan-perubahan cara kerja, cara bercinta, konflik-konflik politik baru, penjungkirbalikkan birokrasi, pemerintahan lebih sederhana dan efektif. Industri gelombang ketiga adalah mikro elektronika, yang membuka perspektif baru dalam transportasi dan komunikasi sehingga komunikasi dengan alat-alat elektronik akan menggantikan segala hal yang konvensional. Pola masyarakat gelombang ketiga adalah prosumer economic yang oleh Gandhi diungkapkan dengan istilah yang indah yakni swadeshi (kemandirian). Dalam swadeshi, masyarakat menggunakan barang-barang hasil produksi sendiri, dari kebutuhan paling mendasar seperti makanan sampai pakaian.

Ilustrasi: Ahimsa, Ajaran Pantang Kekerasan Mahatma Gandhi  (Sumber: Meta AI, 2025)
Ilustrasi: Ahimsa, Ajaran Pantang Kekerasan Mahatma Gandhi  (Sumber: Meta AI, 2025)
Ajaran Tiga Pilar

Bersamaan dengan ramalan Toffler, tiga pilar gerakan politik Gandhi yaitu ahimsa, satyagraha dan swadeshi sebagai jalan keluar penyelesaian masalah dan mencapai masyarakat yang bebas, sangat relevan dan semakin aktual. Dalam kondisi krisis yang diwarnai oleh perubahan-perubahan dahsyat, serta kekerasan kita perlu  memahami kembali esensi ketiga pilar tersebut.

Ahimsa mengajarkan, bahwa penyelesaian dengan kekerasan justru akan mengundang kekerasan baru. Kekerasan bukannya membebaskan manusia dari beban mentalnya tetapi justru membelenggu dia dan mengungkapkannya dalam kesempitan cinta. Sebaliknya, dengan ahimsa kita dapat mengembangkan rasa dan kemampuan insani sehingga dapat menemukan diri sendiri sebagai sebuah ciptaannya, hasil kebudayaannya yang merupakan wujud konkrit dari pernyataan dirinya.

Dalam ahimsa itu pula termuat sikap etika yang sangat positif terhadap alam. Manusia tidak lagi akan mengeksploatasi alam demi keperluan sendiri, melainkan ia akan menjadi ekosistem sehingga dunia yang dia tempati benar-benar merupakan "rumah" baginya. Pada tahun 1931, di London, Inggris Mahatma Gandhi sudah mengatakan bahwa dunia esok akan merupakan masyarakat berdasarkan ahimsa. Walau pandangan itu, pada masanya seakan merupakan tujuan di kejauhan, suatu utopia, tetapi menurutnya sama sekali tidak mustahil dicapai. Seseorang dapat menerima cara hidup masa mendatang, yang pantang kekerasan tanpa menunggu-nunggu orang lain berbuat demikian. Bila seseorang bisa melakukan itu, mengapa hal ini tidak bisa dilaksanakan oleh oknum-oknum, atau suatu bangsa sekalipun ? Orang sering enggan memulai karena dia merasa tujuan tersebut tidak dapat dicapai dalam keseluruhannya. Sikap inilah yang menjadi perintang besar dalam menuju kemajuan, suatu perintang yang dapat diatasi oleh setiap manusia bila saja dia bertekad dan bertindak.

Dalam kenyataannya, masih banyak bangsa yang dewasa ini tertindas oleh penguasa totaliter refresif dan tidak adil. Penindasan itu tidak terbatas dalam bentuk fisik, tetapi juga ekonomi, hukum dan kebijakan politik. Akibat yang tidak terelakkan lagi seperti nampak dalam musibah kemanusiaan seperti kelaparan dan kematian di berbagai belahan dunia.

Menanggapi situasi keterbelakangan struktur yang tidak manusiawi itu, Faulo Freire mengajukan pemecahan yang dikenal dengan konsientisasi yang pada hakekatnya merupakan salah satu bentuk pendidikan politik, seperti satyagraha-nya Gandhi. Kedua pemikiran ini sama-sama menghendaki perubahan struktur dalam masyarakat dari opresif ke arah yang lebih manusiawi, dimana hak-hak rakyat dihormati dan dihargai sehingga terciptalah kondisi yang memungkinkan individu masing-masing merealisasikan dirinya.

Dalam satyagraha, Gandhi telah menunjukkan kepada dunia satu bentuk baru dari penyelesaian konflik yang dapat diterapkan dalam konflik antar bangsa, antara minoritas yang tertindas dan pemerintah mereka, antara kelompok-kelompok sosial dan bahkan antara individu-individu Ini adalah jalan yang sulit untuk diikuti, tapi merupakan satu-satunya jalan yang dapat menghasilkan pemecahan abadi.

Ilustrasi: Mahatma Gandhi Memimpin Gerakan Satyagraha  (Sumber: Meta AI, 2025)
Ilustrasi: Mahatma Gandhi Memimpin Gerakan Satyagraha  (Sumber: Meta AI, 2025)
Transformasi budaya manusia, setidaknya menurut Mochtar Lubis akan bergerak ke arah tujuan yang telah dirintis oleh Mahatma Gandhi. Semakin jauh ke depan, akan semakin terasa keperluan untuk semakin mengurangi kadar pemakaian kekerasan dan kekuasaan dalam segala rupa upaya untuk menyelesaikan beragam masalah antara umat manusia dengan kekeuasaan, antara anggota-anggota masyarakat sendiri dengan bangsa, dan antara negara dengan negara. Tuntutan-tuntutan untuk tidak memakai kekerasan dalam menyelesaikan berbagai masalah seperti ekonomi, sosial, politik di tingkat nasional maupun internasional, akan semakin besar dengan semakin bertumbuh kembangnya kesadaran kemanusiaan umat manusia sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun