Mohon tunggu...
Hsu
Hsu Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang manusia biasa

Somewhere Only We Know

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelah

12 Maret 2015   03:51 Diperbarui: 14 Juni 2016   00:44 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14260942441067893855

 

Satu waktu di sudut ruang yang biasanya terpakai untuk mengistirahatkan ke dua bola mata sambil meresapi setiap kepedihan dan menyimpannya dalam relung terdalam...

 

Jiwa yang telah terlalu lelah untuk bertahan bertanya kepada Rasa yang telah begitu Mencinta untuk dapat  melepaskan...

 

Bagaimanakah Jalan Terbaiknya?


 

Jawabannya baru tersampaikan pada terakhir kali kekuatannya masih bisa menopang beratnya beban pikiran..

 

"Cintamu adalah kuatnya jiwamu dalam bertahan... namun... Jika tiada lagi penghargaan atas kuatnya dirimu dalam bertahan... Maka Lepaskanlah!"

 

Ya... Kan Ku Lepaskan!

 

***

 

Hidup dan kehidupan senantiasa menghadirkan pilihan...

 

Dirimu adalah sekuntum bunga nan indah yang telah mekar manakala kutemukan. Harum wangi tubuhmu yang telah mengantarkan langkah goyahku ke hadapanmu. Sekuntum Bunga yang begitu indah... berwarna Ungu Semburat Putih dan hanya sendirian di antara semak dan ilalang.

 

Tatapanku pun menghadirkan sebuah tanya... Bagaimanakah dirimu sebelum kelopakmu merekah mekar dan bermandikan cahaya Jingga? Dan tersusul pula... Sudahkah ada Kumbang-kumbang lain yang menghampirimu atau bahkan menghisap madumu? dan tersusul banyak lagi pertanyaan...

 

Tanya dalam hati... dalam jiwa... dan tiada pernah terucapkan karena penghargaanku akan keindahan dan pesonamu... 'tuk tetap menjaga keindahanmu... bahkan angin sekalipun tak 'kan kubiarkan membebanimu dengan keingintahuannya.

 

Setelah kuperhatikan beberapa lama, kumengerti bahwa dirimu adalah sejenis bunga yang memiliki waktu yang cukup lama untuk memperindah alam ini. Walaupun keabadian tak melekat padamu... keindahan dan pesonamu telah memikat jiwa dan ragaku.

 

***

 

Maka kuputuskan dan kuyakinkan untuk memindahkanmu dan membawamu ke istanaku, untuk kurawat dan tentunya... kumiliki. Kuredam dan bahkan kupendam sejuta tanyaku akan dirimu sebelum mekar.

 

Kau telah berada di Istanaku... tentunya telah jadi milikku. Kunikmati dan kuresapi setiap waktu ku inginkan... Namun setiap waktu itu pula kau senantiasa memalingkan pandanganmu dariku. Setiap kali itu pula kuputar arahmu agar kembali bisa saling bertatapan. Namun sekali lagi setiap kali mataku terpejam dan bangun esok harinya, tatapanmu kembali berpaling seperti sedang menunggu sesuatu yang kau harapkan untuk kembali. Sesuatu yang seolah telah melekat demikian dalam dalam jiwamu.

 

Kucoba mencari tahu malah semakin jauh kau berpaling dariku.

 

***

 

Setiap waktu pun senantiasa kutanyakan...

 

"Apakah kau menyayangi dan mencintaiku?" Mengiyakan dan meyakinkan adalah jawabanmu.

 

Ku pun terdiam dan berusaha meyakinkan hal itu. Dan sejak itu malahan setiap kutatap, tatapanmu seolah tak tentu arah... dingin sedingin salju dikutub Utara.

 

Apalah artinya aku menjaga dan memiliki jika demikian adanya? Tanya pertamaku dalam kediaman pada hatiku.

 

Dan ketika tanyaku semakin dalam, jawabanmu sungguh semakin tak elok lagi...

 

"Silakan cari Bunga lainnya yang bisa menjawab tanya-tanya dalam hatimu! Dan bisa memuaskanmu!" Demikian yang akhirnya terucap darimu.

 

***

 

Hatiku tak bisa menerima... jiwaku mulai berontak... jawaban darinya bukanlah sebuah pemecahan masalah. Masalah yang ia tak pernah tahu dan mau memahami adalah bahwa aku bukanlah seperti yang dalam jawaban terakhirnya.

 

Baiklah! Aku akan mencoba bertahan... dalam kesetiaan dan rasa yang sungguh-sungguh ada terhadapmu dari dalam hatiku. Rasa yang tak mungkin kupungkiri. Nikmat duniawi yang kurasakan pertama kali darimu tak akan lekang oleh Sang Waktu sekalipun. Hatiku pun senantiasa berkata bahwa aku harus memilikimu utuh tanpa ada tolehan ataupun telikungan pandanganmu pada yang lain. Mutlak yang benar-benar kuinginkan!.

 

***

 

Peperangan dahsyat pun mulai terjadi dalam hatiku. Kesetiaanku yang bisa bertahan ataukah jawaban terakhirnya. Ini bukan sebuah pertaruhan, bukan sebuah perjudian. Ini adalah tentang rasa. Rasa yang benar-benar ingin kumenangkan. Meskipun aku harus lebur luluh dalam kesetiaan.

 

***

 

Waktu demi waktu telah menjadikanku begitu kuat... kuat dalam kesetiaan... namun ternyata rapuh dalam rasa. Aku tak kuat... beban demi beban yang kutimbun dalam ruang pikiran telah maksimal. Tiada ada satu pun yang mampu keluar... malahan yang masuk semakin bertambah hingga akhirnya mulai merasuki setiap pembuluh darahku.

 

***

 

Waktunya sepertinya telah tiba... Tiba bagiku untuk melepaskan... Namun bukan untuk berlari kesana-kemari. Lepas dalam teguhnya kesetiaan. Pelepasan yang telah menghentak-hentak isi kepala, otak dan juga detak jantungku.

 

Rasa sakit yang luar biasa menghampiri beberapa saat. Hingga tatapan kosongku menatap ujung-ujung jemariku yang menyeka cairan merah yang keluar dari lubang telinga, hidung serta bibirku. Pecah seperti bisul yang keluar matanya dan begitu melegakan. Pecah seluruh pembuluh darahku karena beban pikiran yang tiada terkira.

 

Dengan sedikit senyuman kurasakan hawa dingin mulai menjalari ujung-ujung jari kaki... terus merambat semakin ke atas... meredupkan tatapan bola mataku. Tersandar di sudut ruangan dengan wajah tertunduk dan juga sebuah senyuman.

 

***

 

Aku berhasil melepaskan... aku kalah dalam memiliki rasa... namun aku pemenang sejati dalam kesetiaan. Biarlah tak mengapa... aku ikhlas... aku yang pergi. Kutatap jasadku yang tersandar di sudut ruangan. Aku pergi. Semoga Tuhan bisa membukakan mata hatimu setelah ini. Bahwa aku benar-benar mencintaimu dengan sepenuh hati bagaimanapun keadaan dirimu.

 

~000OOO000~

 

 

~Just My Imagination~

 

Ilustrasi "I Will Always Walk Alone" dari Deviantart.net

 

~Hsu~

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun