Mohon tunggu...
Edbert Junawan
Edbert Junawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Suka membaca dan bermain video game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengambilan Keputusan, Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Budaya Organisasi dan Manajemen Keberagaman

28 Maret 2024   14:53 Diperbarui: 28 Maret 2024   14:54 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Eksekutif sering membuat keputusan sulit. Contohnya, Presiden ABC Entertainment membatalkan acara TV Roseanne setelah bintangnya membuat komentar rasial di Twitter. Meskipun acara itu sukses, keputusan dibuat dengan cepat. Manajer di semua tingkatan membuat keputusan, seperti tujuan organisasi, lokasi fasilitas, atau masalah produksi. Keputusan tidak hanya dilakukan oleh manajer, tetapi juga oleh semua anggota organisasi. Pengambilan keputusan adalah proses, bahkan untuk hal sekecil memilih makan siang. Proses ini relevan untuk keputusan pribadi maupun korporat. Misalnya, saat seorang manajer memilih laptop yang akan dibeli.

Pengambilan Keputusan terdapat delapan proses. Pertama adalah mencari tahu masalahnya. Setiap keputusan dimulai dari masalah. Perbedaan antara kondisi yang ada dan yang diinginkan. Misalnya, Amanda, seorang manajer penjualan, membutuhkan laptop baru karena yang lama sudah usang.  Masalah tidak selalu jelas, tapi ketika staf mulai mengeluh, Amanda menyadari ada masalah yang perlu diatasi. Setelah itu melakukan analisis keputusan kriteria. Manajer harus bisa membuat sebuah kriteria tentang apa saja yang harus diperhatikan dalam membuat proses. Dalam kasus ini manajer harus mempertimbangkan tentang spesifikasi laptop. Tahap ketiga membuat beban di tiap kriteria. Kriteria yang relevan dalam pengambilan keputusan tidak selalu sama pentingnya. Oleh karena itu, penting bagi pengambil keputusan untuk memberi bobot pada setiap kriteria untuk menentukan prioritas yang tepat. Cara sederhananya adalah memberi bobot tertinggi (misalnya 10) pada kriteria yang paling penting, lalu menetapkan bobot pada kriteria lainnya relatif terhadap bobot tertinggi tersebut. Ini membantu dalam menilai relatif pentingnya setiap kriteria dalam pengambilan keputusan.

Selanjut membuat opsi tentang alternatif itu. Setelah mengetahui kriteria-kriteria manajer bisa membuat beberapa alternatif pilihan laptop yang sesuai dengan bobot kriteria. Selanjut menganalisi alternatif itu, setiap alternatif yang tersedia dilakukan analisis dengan metode skoring dimana kita mengskor tiap kriteria yang kita sudah buat dan analisis dengan bobotnya. Lalu setelah itu memilih alternatif dan melaksanakan alternatif. Setelah itu kita bisa mengevaluasi tentang keputusan ini merupakan terbaik atau tidak. Langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan melibatkan mengevaluasi hasil dari keputusan untuk melihat apakah masalah telah teratasi. Jika evaluasi menunjukkan bahwa masalah masih ada, maka manajer perlu menilai apa yang salah. Apakah masalahnya salah didefinisikan? Apakah ada kesalahan dalam mengevaluasi alternatif? Apakah alternatif yang tepat dipilih tetapi diimplementasikan dengan buruk?

Pendekatan pengambilan Keputusan dalam manajemen, setiap orang dalam sebuah organisasi membuat keputusan, tetapi pengambilan keputusan menjadi sangat penting bagi para manajer. Ini merupakan bagian dari keempat fungsi manajerial, yaitu merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan. Pengambilan keputusan oleh para manajer dapat dilihat dari berbagai perspektif. Rasionalitas: Para manajer diasumsikan menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang rasional, dengan membuat pilihan logis dan konsisten untuk memaksimalkan nilai. Namun, asumsi akan rasionalitas ini seringkali tidak realistis karena manajer dibatasi oleh kemampuan mereka dalam memproses informasi.

Keterbatasan Rasionalitas: Konsep keterbatasan rasionalitas menyatakan bahwa manajer membuat keputusan secara rasional tetapi dibatasi oleh kemampuan mereka dalam memproses informasi. Sebagai contoh, mereka mungkin memilih solusi yang memuaskan daripada yang optimal karena keterbatasan dalam mengumpulkan informasi.

Intuisi: Manajer sering menggunakan intuisi dalam pengambilan keputusan, berdasarkan pengalaman, perasaan, dan penilaian yang terakumulasi. Intuisi bisa menjadi pelengkap bagi pendekatan rasional dan keterbatasan rasionalitas.


Manajemen Berbasis Bukti: Pendekatan ini mengacu pada penggunaan sistematis bukti terbaik yang tersedia untuk meningkatkan praktik manajemen. Ini bisa mencakup data komputer, pendapat para ahli, atau pengalaman sebelumnya dari rekan kerja.

Crowdsourcing: Pendekatan ini memanfaatkan jaringan orang di luar lingkaran keputusan organisasi untuk mendapatkan ide melalui internet. Ini dapat membantu manajer mengumpulkan wawasan dari pelanggan, pemasok, atau kelompok lain untuk membuat keputusan yang lebih baik informasinya.

Dalam praktiknya, manajer sering menggabungkan beberapa pendekatan ini untuk mengambil keputusan yang efektif dalam situasi yang beragam. Dengan memahami kelebihan dan kekurangan dari setiap pendekatan, mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Ada beberapa jenis keputusan yang dapat dibuah oleh manajer. Pertama ada masalah terstruktur, masalah yang rutin dan familiar dan memiliki kerangka yang jelas. Kedua ada keputusan terprogram, keputusan berulang dan rutin dengan prosedur atau aturan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Masalah terprogam ini dibagi lagi menjadi tiga. Prosedur, serangkaian langkah berurutan yang digunakan manajer untuk merespons suatu masalah terstruktur. Aturan, pernyataan yang memberi tahu manajer apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Aturan sering kali digunakan karena mudah diikuti dan memastikan konsistensi. Kebijakan, pedoman pengambilan keputusan. Ketiga ada masalah tidak terstruktur, masalah yang kompleks dan sulit diidentifikasi karena tujuan pengambil keputusan mungkin tidak jelas. Solusi untuk masalah tidak terstruktur tidaklah jelas dan seringkali tidak ada prosedur tetap atau rutin yang dapat diikuti. Yang terakhir ada keputusan tidak terprogram, keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang tidak dapat ditangani dengan pendekatan rutin atau prosedur yang sudah ada karena situasinya tidak biasa atau kompleks. Perbedaan antara keputusan terprogram dan keputusan tidak terprogram. Manajer tingkat bawah sebagian besar mengandalkan keputusan terprogram (prosedur, aturan, dan kebijakan) karena mereka menghadapi masalah yang lazim dan berulang. Sedangkan manajer tingkat atas menangani keputusan yang tidak biasa atau sulit dan juga mendelegasikan keputusan rutin kepada bawahannya.

Selanjutnya ada gaya pengambilan keputusan. Gaya direktif memiliki toleransi yang rendah terhadap ambiguitas dan mencari rasionalitas. Cara tersebut efisien dan logis, namun masalah efisiensinya mengakibatkan keputusan dibuat sangat minim informasi. Tipe direktif membuat keputusan dengan cepat dan fokus pada jangka pendek. Tipe analitik memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ambiguitas dibandingkan keputusan direktif. Manajer analitik paling baik dicirikan sebagai pengambil keputusan yang berhati-hati dengan kemampuan beradaptasi atau mengatasi situasi baru.  Gaya konseptual cenderung memiliki pandangan yang sangat luas dan mempertimbangkan banyak alternatif. Fokus mereka adalah jangka panjang dan mereka sangat pandai menemukan solusi kreatif terhadap masalah. Gaya perilaku mencirikan mereka peduli dengan pencapaian rekan-rekannya dan orang-orang yang bekerja untuk mereka dan menerima saran dari orang lain. Manajer tipe ini berusaha menghindari konflik.

Bias dan kesalahan pengambilan keputusan, ketika manajer mengambil keputusan, mereka mungkin menggunakan jalan pintas (heuristik) untuk menyederhanakan atau mempercepat pengambilan keputusan. Sebagian besar manajer memiliki karakteristik yang terbagi dalam lebih dari satu. Yang terbaik adalah manajer yang lebih fleksibel sehinnga dapat melakukan perubahan tergantung situasinya. Meskipun manajer mungkin menggunakan heuristik, bukan berarti jalan pintas tersebut dapat diandalkan. Mengapa? Karena dapat menimbulkan kesalahan dan bias dalam pengolahan dan evaluasi informasi. Teknologi telah mengubah kemampuan manajer untuk mengakses informasi. Dua pembantu mutakhir yang digerakkan oleh teknologi pengambilan keputusan adalah pemikiran desain, mendekati masalah manajemen saat desainer mendekati masalah desain. data besar dan kecerdasan buatan mengacu pada data besar kumpulan data yang besar dan kompleks kini tersedia. Data besar telah membuka pintu bagi meluasnya penggunaan bahan buatan kecerdasan (AI). Big data adalah sejumlah besar data yang dapat diukur dianalisis dengan pemrosesan data yang sangat canggih Big data ini bisa menjadi alat yang ampuh dalam pengambilan keputusan, tapi mengumpulkan dan menganalisis data demi data adalah usaha yang sia-sia. Kecerdasan Buatan (AI) --menggunakan kekuatan komputasi untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Sistem AI memiliki kemampuan untuk belajar dan memfasilitasi penggunaan alat-alat baru seperti machine learning, deep learning dan analytics. Machine learning adalah metode analisis data itu mengotomatiskan pembuatan model analitis. Deep learning adalah bagian dari pembelajaran mesin yang digunakan algoritma untuk membuat tingkat hierarki saraf tiruan jaringan yang mensimulasikan fungsi otak manusia Analytics  adalah penggunaan matematika, statistik, prediktif pemodelan, dan pembelajaran mesin untuk menemukan makna pola dalam kumpulan data.

Seberapa besar peran seorang manajer dalam kinerja suatu organisasi? Pandangan dominan dalam teori manajemen dan masyarakat secara umum adalah bahwa manajer bertanggung jawab langsung atas kesuksesan atau kegagalan suatu organisasi. Kami menyebut perspektif ini sebagai pandangan berkuasa terhadap manajemen. Di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa sebagian besar kesuksesan atau kegagalan suatu organisasi disebabkan oleh kekuatan eksternal di luar kendali manajer. Perspektif ini disebut sebagai pandangan simbolik terhadap manajemen. Mari kita lihat masing-masing perspektif untuk mencoba memahami seberapa besar pujian atau kritikan yang seharusnya diberikan kepada manajer atas kinerja organisasi mereka.

Pada pandangan berkuasa, perbedaan dalam kinerja suatu organisasi diasumsikan disebabkan oleh keputusan dan tindakan manajernya. Manajer yang baik mampu mengantisipasi perubahan, memanfaatkan peluang, memperbaiki kinerja yang buruk, dan memimpin organisasinya. Dalam pandangan ini, seseorang harus bertanggung jawab ketika organisasi tampil buruk tanpa memandang alasan apa pun, dan "seseorang" itu adalah manajer.

Pandangan simbolik menyatakan bahwa kemampuan seorang manajer untuk memengaruhi hasil kinerja dipengaruhi dan dibatasi oleh faktor eksternal yang tidak bisa dikontrolnya. Menurut pandangan ini, tidak realistis untuk mengharapkan manajer memengaruhi secara signifikan kinerja suatu organisasi. Sebaliknya, kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ekonomi, pelanggan, kebijakan pemerintah, tindakan pesaing, kondisi industri, dan keputusan yang dibuat oleh manajer sebelumnya.

Manajer sebenarnya tidaklah tanpa daya atau berkuasa penuh. Kendala internal dan eksternal membatasi pilihan keputusan seorang manajer. Namun, meskipun terdapat kendala-kendala ini, manajer tidaklah tidak berdaya. Masih ada area diskresi di mana manajer dapat memberikan pengaruh signifikan pada kinerja suatu organisasi - area di mana manajer yang baik membedakan diri dari yang buruk. Dengan memahami kedua perspektif ini, organisasi dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang peran manajer dan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja mereka.

Lingkungan mengacu pada institusi atau kekuatan di luar organisasi yang berpotensi memengaruhi kinerja organisasi. Pentingnya lingkungan terletak pada perbedaan antara tingkat ketidakpastian lingkungan yang disebut tingkat ketidakpastian lingkungan.

Tingkat ketidakpastian lingkungan merujuk pada tingkat perubahan dan kompleksitas dalam lingkungan suatu organisasi. Perubahan yang tidak terduga dan kompleksitas mempengaruhi ketidakpastian lingkungan.

Dimensi pertama ketidakpastian adalah tingkat perubahan. Jika komponen dalam lingkungan suatu organisasi sering berubah, itu merupakan lingkungan dinamis. Jika perubahan minimal, itu merupakan lingkungan stabil. Perubahan yang dapat diprediksi tidak dianggap dinamis. Perubahan yang tidak terduga mengakibatkan ketidakpastian lingkungan.

Dimensi lain dari ketidakpastian menggambarkan tingkat kompleksitas lingkungan, yang melihat jumlah komponen dalam lingkungan suatu organisasi dan sejauh mana pengetahuan organisasi tentang komponen-komponen tersebut.

Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi manajer dengan mengarahkan mereka untuk meminimalkan ketidakpastian tersebut. Setiap sel dalam matriks ketidakpastian lingkungan mewakili kombinasi yang berbeda dari tingkat kompleksitas dan tingkat perubahan. Manajer memiliki pengaruh terbesar pada hasil organisasi dalam sel yang menunjukkan tingkat ketidakpastian lingkungan yang rendah.

Lingkungan dapat dianalisis pada dua tingkatan: lingkungan umum dan lingkungan khusus. Lingkungan umum mencakup segala sesuatu di luar organisasi, sementara lingkungan khusus adalah bagian dari lingkungan yang langsung relevan dengan pencapaian tujuan organisasi.

Untuk mengatasi ketidakpastian dan perubahan yang terjadi di industri hiburan/televisi, Leon DeNeve, seorang manajer program di Home Box Office (HBO), harus tetap terinformasi sebanyak mungkin tentang perubahan yang memengaruhi perusahaannya dan industri tersebut. Salah satu cara Leon dapat tetap terhubung dengan pelanggan adalah dengan melakukan survei pelanggan atau kelompok fokus untuk memahami apa yang mungkin diminati pelanggan dari HBO di masa depan. Leon juga dapat memanfaatkan data dan analitik untuk mengidentifikasi tren dalam pemirsaan dan memahami bagaimana pesaingnya berperforma.

Komponen lingkungan eksternal mencakup berbagai faktor seperti ekonomi, demografi, politik/hukum, sosial/budaya, teknologi, dan globalisasi. Lingkungan khusus organisasi melibatkan pihak-pihak yang berpengaruh secara langsung terhadap pencapaian tujuan organisasi, termasuk pemasok, pelanggan, pesaing, agen pemerintah, dan kelompok kepentingan khusus.

Apa itu Budaya Organisasi? W. L. Gore & Associates dikenal karena produk-produknya seperti Gore-Tex dan kain berkualitas tinggi. Perusahaan ini juga terkenal karena budaya organisasinya yang kuat. Sejak berdirinya pada tahun 1958, Gore telah menggunakan tim karyawan dalam struktur organisasi yang fleksibel dan non-hierarkis untuk mengembangkan produk-produk inovatifnya. Karyawan Gore, atau yang disebut sebagai "associates", berkomitmen pada empat prinsip dasar yang dirumuskan oleh pendiri perusahaan, Bill Gore: (1) keadilan satu sama lain dan siapapun yang Anda temui; (2) kebebasan untuk mendorong, membantu, dan memperbolehkan rekan kerja lain untuk berkembang dalam pengetahuan, keterampilan, dan lingkup tanggung jawab; (3) kemampuan untuk membuat komitmen sendiri dan mempertahankannya; dan (4) berkonsultasi dengan rekan kerja lain sebelum mengambil tindakan yang dapat memengaruhi reputasi perusahaan. Prinsip-prinsip ini telah berkontribusi pada menciptakan budaya yang mandiri dan berorientasi pada orang yang diinginkan oleh Bill Gore. Dan ini berhasil untuk perusahaan tersebut. Perusahaan ini memiliki tingkat turnover sukarela tahunan di antara karyawan penuh waktu hanya sebesar 3 persen. Selain itu, perusahaan ini telah mendapatkan posisi dalam daftar tahunan "100 Perusahaan Terbaik untuk Bekerja" versi Fortune setiap tahun sejak daftar tersebut dimulai pada tahun 1998.

Budaya organisasi telah dijelaskan sebagai nilai-nilai bersama, prinsip-prinsip, tradisi, dan cara-cara melakukan hal-hal yang memengaruhi cara anggota organisasi bertindak dan membedakan organisasi dari organisasi lainnya. Di sebagian besar organisasi, nilai-nilai dan praktik-praktik bersama ini telah berkembang seiring waktu dan menentukan, dalam banyak hal, bagaimana "hal-hal dilakukan di sini". Definisi kami tentang budaya mengimplikasikan tiga hal. Pertama, budaya adalah persepsi. Ini bukan sesuatu yang bisa disentuh atau dilihat secara fisik, tetapi karyawan mempersepsikannya berdasarkan pengalaman yang mereka alami dalam organisasi. Kedua, budaya organisasi bersifat deskriptif. Ini berkaitan dengan bagaimana anggota menganggap budaya dan menjelaskannya, bukan dengan apakah mereka menyukainya. Terakhir, meskipun individu mungkin memiliki latar belakang yang berbeda atau bekerja pada tingkat organisasi yang berbeda, mereka cenderung menjelaskan budaya organisasi dengan istilah-istilah yang serupa. Itulah aspek bersama dari budaya.

Penelitian menunjukkan enam dimensi yang tampaknya menangkap inti dari budaya organisasi: Adaptabilitas, Perhatian terhadap Detail, Orientasi pada Hasil, Orientasi pada Orang, Orientasi pada Tim, dan Integritas. Setiap dimensi ini berkisar dari rendah hingga tinggi, yang berarti tidak terlalu khas bagi budaya (rendah) atau sangat khas bagi budaya (tinggi). Mendeskripsikan sebuah organisasi menggunakan enam dimensi ini memberikan gambaran komposit tentang budaya organisasi tersebut.

Budaya organisasi yang kuat - yang nilai-nilai kuncinya sangat dipegang dan tersebar luas - memiliki pengaruh yang lebih besar pada karyawan daripada budaya yang lebih lemah. Semakin karyawan menerima nilai-nilai kunci organisasi dan semakin besar komitmen mereka pada nilai-nilai tersebut, semakin kuat budaya tersebut. Kesimpulan dari ini adalah bahwa budaya organisasi yang kuat terkait dengan kinerja organisasi yang tinggi. Ini karena ketika nilai-nilai jelas dan diterima secara luas, karyawan tahu apa yang harus mereka lakukan dan apa yang diharapkan dari mereka, sehingga mereka dapat bertindak dengan cepat untuk menangani masalah. Di sisi lain, budaya yang kuat juga dapat mencegah karyawan mencoba pendekatan baru, terutama ketika kondisi berubah dengan cepat.

Budaya organisasi berasal dari visi para pendiri organisasi. Setelah budaya terbentuk, praktik-praktik organisasi tertentu membantu menjaganya. Proses seleksi, tindakan manajemen puncak, dan sosialisasi adalah beberapa cara di mana organisasi mempertahankan budayanya. Karyawan belajar budaya organisasi melalui cerita, ritual, artefak material dan simbol, serta bahasa yang digunakan dalam organisasi. Ini adalah aspek-aspek budaya organisasi yang memengaruhi perilaku manajerial, termasuk cara mengambil keputusan, perilaku yang diharapkan, dan bagaimana cara berpakaian yang tepat.

Globalisasi mengacu pada proses dimana organisasi mengembangkan pengaruh atau operasi melintasi batas internasional Ciri khasnya adalah la mengasumsikan perbatasan terbuka antar negara dan perdagangan bebas. misalnya, pemerintah menerapkan tarif perdagangan minimal terhadap barang- barang yang masuk ke suatu negara dari negara lain.

Globalisasi telah masuk dan keluar dari dukungan selama berabad-abad. Misalnya, globalisasi sedang populer pada abad kesembilan belas Industrialisasi mendorong manufaktur. berbiaya randah, dan skala ekonomi mendorong upaya menjangkau pasar global Inggris Raya adalah negara adidaya skonomi global dengan koloni di seluruh dunia. Sementara itu, Perancis menerapkan pemerintahan kolonial di sebagian besar Afrika. Beberapa Organisasi Yang tercipta dari dampak Globalisasi adalah IMF ( International Monetary Fund ), World Bank, GATT ( General Agreement on Tarifs and Trade ), ASEAN ( Association of South East Asia Nation ). Bukti Manfaat Globalisasi sudah banyak terlihat pada tahun 1990an dan awal tahun 2000an Barang dan modal bergerak tanpa hambatan melintasi perbatasan Kemajuan dalam teknologi komunikasi dan pengiriman membuat outsourcing global menjadi lebih mungkin dilakukan hal ini membuat negara berkembang menjadi makmur membuat banyak pasar terbuka bagi negara kaya secara keseluruhan globalisasi meningkatkan. standar hidup secara signifikan di seluruh dunia. Dengan ada nya globalisasi yang semakin berkembang memungkinkan banyak pekerja yang bekerja antar negara. Kebanyakan orang itu percaya bahwa manfaat globalisasi masih sangat besar, konsumen menyukai harga yang lebih rendah Investor menyukai keuntungan yang lebih besar Dan pekerja di negara berkembang menyukai upah yang lebih tinggi begitu pula pekerja berketerampilan tinggi di negara maju.

Dengan demikian para manajer ataupun calon manajer harus memiliki sikap dan ketrampilan yg di butuhkan oleh manajemen global mereka harus merasa nyaman bekerja dengan orang-orang dari budaya lain(fleksibel). Jenis - jenis Organisasi Internasional, Multinasional Companies, Multidomestic Companies, Global Companies, Transnasional Companies.

Nasionalisme

Nasionalisme adalah cita-cita dan kebijakan mengagungkan negara. la patriotik nilai-nilai yang suatu menganjurkan kemerdekaan dari negara lain dan menempatkan masyarakat dan dunia usaha suatu negara sebagai prioritas utama. Globalisasi dan nasionalisme mewakili dua pandangan yang berbeda dan bertentangan dalam hubungan dengan negara lain.

Parokialisme

Parokialisme adalah Negara dengan kebijakan nasionalis seringkali memiliki populasi yang parokialisme, yaitu memandang dunia hanya dari sudut pandang dan mata mereka sendiri. Hal ini mengakibatkan mereka tidak menyadari perbedaan gaya hidup dan kerja orang lain. Mereka cenderung mengabaikan nilai dan adat istiadat orang lain, serta merasa budaya mereka lebih baik daripada budaya asing Pandangan parokial ini menjadi penghambat dalam penerapan globalisasi.

Etnosentris

Sikap etnosentris adalah keyakinan sempit bahwa pendekatan dan praktik kerja terbaik adalah yang dilakukan di negara asal Manajer dengan sikap etnosentris percaya bahwa orang-orang di luar negeri tidak memiliki keterampilan, keahlian pengetahuan, atau pengalaman yang diperlukan untuk membuat keputusan bisnis seperti halnya orang-orang di negara asal mereka. Mereka tidak mempercayal karyawan asing dalam pengambilan keputusan atau teknologi penting.

Polisentris

Sikap polisentris. Manajer dengan sikap polisentris menganggap bahwa karyawan di negara tuan rumah memiliki pengetahuan dan pengalaman terbaik dalam menjalankan bisnis di wilayah mereka. Mereka membiarkan karyawan lokal mengambil keputusan dan mengelola operasi secara independen.

Geosentris

Sikap geosentris adalah pandangan duma yang fokus pada penggunaan pendekatan dan orang terbaik dari seluruh dunia. Manajer dengan sikap ini memiliki pandangan global dan mencari yang terbaik tanpa memandang asal usulnya. Sikap ini dicari oleh perusahaan perusahaan internasional untuk manajer global mereka.

Go Internasional

Saat perusahaan melakukan go internasional, terdapat beberapa pendekatan atau strategi berbeda yang biasanya dipilih oleh perusahaan dengan mempertimbangkan besaran resikonya. Terdapat 4 pendekatan yang bisa dipilih. Yaitu :

1. Global Sourcing: pembelian bahan atau tenaga kerja dari seluruh dunia yang termurah, bertujuan memanfaatkan biaya yang rendah agar lebih kompetitif.

2 Expor Impor Product: membuat produk dalam negeri dan menjualnya ke luar negeri atau sebaliknya, dan biasa digunakan usaha kecil karena minim resiko dan investasi.

3. Licensing/Franchising: memberikan hak kepada organisasi lain untuk menggunakan nama merek, teknologi atau spesifikasi produknya dengan imbalan pembayaran.

4 Aliansi Strategi: kemitraan dengan perusahaan asing dengan berbagi sumber daya dan pengetahuan dalam mengembangkan produk baru atau membangun fasilitas produksi, biasa disebut bisnis patungan.

Lingkungan Politik dan Hukum

Politik dan hukum di lingkungan internasional merupakan sumber utama ketidakpastian bagi bisnis global. Manajer perlu mengetahui undang-undang di berbagai negara tempat organisasi mereka beroperasi dan selalu mengikuti perubahan hukum

Lingkungan Ekonomi

Seorang manajer global harus menyadari masalah ekonomi ketika melakukan bisnis di negara lain. penting untuk memahami jenis sistem ekonomi suatu negara ada dua jenis sistem utama adalah. ekonomi pasar bebas dan ekonomi terencana

Perekonomian pasar bebas adalah perekonomian yang sumber daya utamanya dimiliki dan dikendalikan oleh sektor swasta.

Perekonomian terencana adalah perekonomian yang keputusan ekonominya direncanakan oleh pemerintah pusat.

Contoh

Perekonomian AS adalah pasar bebas, berdasarkan kapitalisme.

Sistem politik dan ekonomi Tiongkok saling terkait erat Republik Ini pada dasarnya adalah republik sosialis yang diperintah oleh Partai Komunis dan mengacu pada prinsip kepemilikan komunitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun