Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Berpikir yang Berpusatkan Injil

18 Agustus 2018   00:18 Diperbarui: 18 Agustus 2018   01:12 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlepas dari ketidaksesuaian Kejadian 38:8-10, masturbasi tetap dilarang oleh Alkitab. Pertama, Allah memaksudkan seks sebagai aktivitas secara biologis sekaligus secara psikologis dan sosial. Tidak ada seks sendiri (solo sex). Seks dan relasi tidak terpisahkan. Seks adalah ungkapan kasih sayang dan simbol keintiman (Kej. 2:23-24). Pemuasan hasrat seksual melalui masturbasi/onani mengabaikan aspek-aspek seksual lain yang diajarkan Alkitab.

Kedua, masturbasi membawa pada perzinahan. Tuhan Yesus menandaskan bahwa perzinahan sebenarnya terjadi dalam hati (Mat. 5:27-28). Tindakan masturbasi sangat sulit dilakukan tanpa dipicu (sebelum melakukan) atau dibarengi (selama melakukan) dengan pikiran maupun fantasi seksual. Pada saat pikiran kita menuju ke arah sana, kita sudah berzinah dalam hati. Jikalau berfantasi seksual saja sudah termasuk perzinahan, apalagi jika fantasi itu dipupuk oleh pemuasan melalui masturbasi/onani.

Ketiga, masturbasi tidak sesuai dengan prinsip pengendalian diri (self-control). Hasrat seksual adalah alamiah, karena menjadi bagian tak terpisahkan dari fase pubertas. Hampir semua orang -- kecuali yang memiliki persoalan tertentu -- memiliki hasrat seksual. Walaupun hasrat ini bersifat alamiah dan pada dirinya sendiri tidak berdosa, kita harus mengontrolnya sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan dosa (Yak. 1:15). Kita perlu menundukkan diri di bawah pimpinan Roh Kudus supaya buah penguasaan diri ditumbuhkan dalam diri kita (Gal. 5:22-23). Masturbasi hanya akan melemahkan kontrol diri kita. Jangan membuat celah sedikitpun kepada Iblis. Karena dia akan memperbesar celah itu dan kita tidak bisa menutupnya kembali. Hanya oleh anugerah Tuhan saja, maka kita bisa dibebaskan.

Mungkin kita adalah orang yang terlihat menjalani hidup yang saleh dan terkenal sangat mencintai Tuhan di komunitas kita. Namun mungkin kita pernah menangis, depresi, bahkan sampai hendak bunuh diri karena merasa tidak layak di hadapan Tuhan. Kita tidak mampu melepaskan diri dari dosa pornografi. Kita sadar bahwa kita telah menjadi orang yang munafik.

Kalau kita sudah mulai kecanduan dan diikat oleh hal-hal yang tidak murni, maka kita baru tahu betapa sulitnya untuk melepaskan diri dari semuanya itu. Bagi kita yang belum terikat, belum ternodai dengan semuanya itu, hati-hati. Bagi kita yang sudah mulai masuk di sana, dan kita merasa tidak bisa melepaskan diri, maka kita harus mencari orang lain supaya kita tertolong dan lepas dari kecanduan itu. Apa yang murni (hagnos), itulah yang kita pikirkan terus-menerus.

Yang kelima adalah "semua yang manis" (hosa prosphile). Kata ini tidak pernah muncul dalam Perjanjian Baru. Berdasarkan pemunculan di Septuaginta dan tulisan-tulisan lain di luar Alkitab (Est. 5:1; Sir. 4:7; 20:13), arti kata ini adalah sifat yang disukai atau diperkenan oleh banyak orang. Kesukaan dan perkenaan ini terkait dengan keramah-tamahan, sesuatu yang bisa disetujui atau yang menyenangkan. Bukan berarti kita kompromi dengan kebenaran. Yang dimaksud "prosphile" di sini adalah kita beramah-tamah dengan orang lain dan tidak meributkan hal-hal yang tidak penting.


Yang terakhir adalah "semua yang sedap didengar" (hosa euphema). Sekilas, terjemahan ini sangat membingungkan kita. Didengar, namun sedap. Sedap, namun didengar. Sedap biasanya identik dengan dimakan atau dirasa. Bagaimanapun, itulah keterbatasan bahasa Indonesia. Makna "euphemos" yang lebih tepat adalah "terpuji" (ESV "commendable"; NIV "admirable"). Secara lebih spesifik, terpuji karena reputasinya (NASB "good repute"; KJV/ASV "good report"). Kata benda "euphemia" muncul satu kali dalam 2 Korintus 6:8, dan dikontraskan dengan "umpatan" (terjemahan yang lebih tepat adalah "cemoohan" atau "laporan yang buruk"; KJV/NET).

Jika ditinjau dari istilah dan akar katanya, pengertian majas eufimisme dapat diartikan sebagai suatu majas atau ungkapan halus yang digunakan sebagai pengganti ungkapan-ungkapan yang terasa kasar. Misalnya, "banyak orang baru tahu jika istrinya kini adalah seorang tunanetra (tunanetra = buta)." Inilah yang dimaksud dengan "yang sedap didengar". Inilah yang harus kita pikirkan terus-menerus. Kiranya kita dikenang dan diingat orang sebagai orang yang terpuji secara moral.

Enam poin di atas tentu saja tidak lengkap. Karena itu Paulus lantas menambahkan "jikalau ada yang disebut kebajikan dan patut dipuji". Intinya, segala sesuatu yang positif, layak dan patut berada di pikiran kita terus-menerus.

Perspektif Injil Yesus Kristus

Sebagaimana sudah disinggung oleh sebagian penafsir, hal-hal positif yang disebutkan di ayat ini juga muncul di tulisan-tulisan lain di luar Alkitab. Para filsuf Yunani dan penulis Romawi kuno juga sering mengupas daftar kebajikan ini. Namun, hal ini tidak berarti bahwa Paulus meniru atau meminjam dari luar. Istilah-istilah yang digunakan sudah muncul di Septuaginta. Jumlah dan urutan kebajikan di daftar tersebut juga tidak sama dengan daftar di tempat lain. Kemiripan dengan etika umum menyiratkan bahwa Paulus bersikap positif terhadap etika umum. Kebajikan umum merupakan bagian dari wahyu dan anugerah umum dari Allah. Dalam ungkapan Paulus, mereka memiliki "Hukum Taurat dalam hari mereka" (Rm. 2:14-15). Setiap orang Kristen juga harus menghargai dan menerapkan moralitas secara umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun