Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Minggu Transfigurasi

12 Februari 2018   19:27 Diperbarui: 19 Mei 2018   02:41 1648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua, kita menghargai kehadiran Yesus dalam kemuliaan-Nya. Ketika murid-murid melihat kemuliaan Yesus, mereka langsung merespons dengan perkataan "betapa bahagianya kami berada di tempat ini." (Mat 17:4a). NIV/ESV/KJV/NASB/ASV/NKJV/NET/NLT/RSV/NRSV menerjemahkan kurang lebih seperti ini: "adalah baik bagi kami untuk berada di tempat ini." 

Mereka bahkan ingin mendirikan kemah bagi Yesus, Musa, dan Elia supaya kehadiran mereka bertiga dalam kemuliaan lebih permanen (Mat 17:4b). Seandainya pendirian kemah di sini berhubungan dengan Hari Raya Tabernakel, maka hal itu akan semakin memperjelas maksud murid-murid: mereka ingin agar tidak tokoh tersebut tinggal dalam konteks ibadah, sama seperti kehadiran Allah di Bait Allah.

Dari catatan Alkitab, kita mengetahui bahwa penawaran Petrus di atas memang tidak semuanya tepat. Dia mengucapkan itu dalam ketakutannya (Mar 9:6; Luk 9:33b). Allah pun memotong perkataan Petrus (Mat 17:5 "tiba-tiba ketika dia sedang berkata-kata..." sebagai tanda bahwa apa yang diucapkannya tidaklah tepat. 

Bagaimanapun, kita harus memahami dengan benar bentuk kesalahan dalam ucapan Petrus. Kesalahan ini bukan terletak pada keinginan Petrus untuk terus menerus bersekutu dengan Yesus dalam kemuliaanNya. Kesalahan Petrus adalah dia tidak mengetahui bahwa kemuliaan itu harus dinikmati dengan cara turun gunung dan berjalan menuju Yerusalem (bdk. Mat 16:21), bukan tetap "di sini" (di gunung).

Sekarang Yesus sudah dimuliakan di surga, namun Dia sendiri telah berjanji akan hadir setiap kali orang percaya berkumpul dalam Nama-Nya (Mat 18:20). Kehadiran ini pasti melibatkan kemuliaan-Nya. Apakah kita selama ini telah menunjukkan kerinduan yang dalam sama seperti Petrus bahwa kita ingin bersama dengan Yesus dalam kemuliaan-Nya selama mungkin?

Ketiga, kita menghormati kemuliaan Yesus dengan cara menaati Dia. Transfigurasi merupakan konfirmasi dari pihak Allah bahwa Yesus benar-benar adalah Mesias yang menderita. Hal ini perlu dilakukan oleh Allah untuk memperjelas kesalahan murid-murid. Kalau di Matius 16:22-23 Yesus sudah menegur Petrus, sekarang Bapa juga langsung menegur Petrus. Suara Tuhan dalam Matius 17:5b inilah yang membuat murid-murid langsung ketakutan (ay. 6). 

Mereka tersungkur bukan karena awan yang terang; bukan karena pernyataan Bapa bahwa Yesus adalah Anak-Nya yang terkasih dan Dia perkenan saja (ay. 5a), sebab waktu peristiwa baptisan, pernyatan itu sudah diucapkan dan murid-murid tidak ada yang tersungkur. Mereka tersungkur karena Bapa menegur mereka. Sebelumnya mereka mencoba mengatur Yesus dan menghalangi perjalanan Yesus menuju salib (Mat 16:22-23). Dalam transfigurasi, Bapa menegur mereka dengan sangat keras bahwa merekalah yang harus mendengarkan Yesus, bukan sebaliknya! Mereka harus menerima dan menaati apa yang Yesus sampaikan, bukan keinginan hati mereka sendiri.

Kegentaran murid-murid dinyatakan secara jelas oleh Matius. Mereka langsung tersungkur (ay. 6a). Dalam teks Yunani, tertulis demikian: "  /epesan epi proswpon"yang secara harfiah artinya "menelungkupkan wajah ke tanah". Mereka juga sangat ketakutan dan terus-menerus berada dalam posisi dan keadaan seperti ini sampai Yesus menyentuh dan menghibur mereka (ay. 7). Sentuhan ini jelas menyiratkan betapa mereka sangat ketakutan dan membutuhkan lebih dari sekadar perkataan penghiburan. Mereka benar-benar telah dibuat takluk oleh Allah. Semua kegentaran ini tentu tidak akan ada artinya kalau mereka tidak mendengarkan Yesus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun