Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Melampaui Diri dengan Cinta Rasional: Menggugat Dominasi Saintisme dan Kekerasan atas Nama Agama dan Tuhan

30 Juli 2020   15:15 Diperbarui: 30 Juli 2020   15:21 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Mengapa para aktivis ini rela melakukan tindakan ekstrim?  Sang doktor menjawab sendiri, "Mereka takut pada teknologi tapi berani membunuh. Dan ini tidak masuk akal."

Sang asisten menimpali, "Tapi mereka memang takut pada apa yang tidak dipahaminya."

Tapi penilaian doktor dan asistennya itu perlu dipertanyakan lagi mengingat para aktifis ini punya alasan yang kuat juga. Mereka bukan takut dengan iptek, juga bukannya tidak paham. Memang mereka bisa jadi kebablasan menjadi destruktif dalam aksi yang bagi mereka sebuah dekonstruksi terhadap pemutlakan saintisme, tapi tujuan mereka jelas merekonstruksi atau berdaya upaya memulihkan alam yang sesungguhnya sedang hilang oleh dampak negatif dari produk iptek tersebut.

Semasa masih mahasiswa mereka awalnya sangat mengagumi konsep dan formula sang doktor penemu kecerdasan buatan itu.

Namun, segera sadar ada sesuatu yang salah dengan temuan itu saat menyaksikan langsung di laboratorium bagaimana monyet dijadikan obyek percobaan.

Manakala mereka bisa memperhatikan dan memahami bahasa simbol monyet percobaan itu: nampak menjadi lebih cerdas dan bahkan super cerdas untuk mengerjakan banyak hal, tanpa istirahat tanpa nampak letih. Padahal di balik kecerdasan dan kemampuan tanpa batas itu, mereka menangkap sebuah isyarat dari monyet yang minta dengan sangat untuk dimatikan saja, seolah monyet serba bisa itu mengalami kekosongan jiwa alias sangat tidak bahagia.

Tentu saja monyet itu tak bisa berbicara dan mengkomunikasikan isi hati dan pikirannya itu, akan tetapi kesadaran manusiawi itu tergetar dengan semua bentuk isyarat seperti perasaan cinta atau takut, senang atau marah, percaya atau curiga, rindu atau benci, gembira atau sedih, betah atau bosan, dst. Bagaimana manusia bila diperlakukan dan menempati posisi sama seperti yang dialami monyet dalam uji coba itu?

Akan tetapi justru tindakan ekstrim para aktifis pemberontak kemapanan masyarakat ilmiah ini memuluskan rencana sang doktor dan terutama sang istri dengan mimpi besarnya itu. Sebelum kesadaran doktor itu meninggalkan tubuhnya, karena tertembak dengan peluru berisi radiasi yang tak bisa dihentikan, maka sang isteri dibantu asistennya berhasil merekam semua kesadaran kognitif dan saraf motoriknya dalam sebuah file komputer cerdas yang sudah dibuat oleh sang doktor itu di fasilitas teknologi milik pemerintah.

Walaupun ada pertimbangan kritis sebelumnya antara si isteri dan si asisten. "Apakah kecerdasan buatan ini bisa menyadari dirinya?"

Pertanyaan itu sendiri pernah dijawab oleh sang doktor karena dia sendiri menyebut diri sebagai orang yang paling cerdas pertama, istrinya kedua cerdas, dan asistennya ketiga paling cerdas di dunia. Semasa hidupnya dia menjawab dengan pertanyaan retoris juga: "Apakah manusia sadar atas kesadaran dirinya sendiri?"

Sang asisten awalnya menolak dengan alasan bahwa manusia itu bukan monyet. Walau percobaan berhasil pd monyet tapi apakah bisa disamakan pd manusia yg punya kesadaran dan patokan nilai? Asisten mengusulkan supaya menunggu hasil uji coba nanoteknologi, tapi sang isteri tak sabaran lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun