Mohon tunggu...
Johanes Krisnomo
Johanes Krisnomo Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Penulis, YouTuber : Sketsa JoKris Jo, Photografer, dan Pekerja. Alumnus Kimia ITB dan praktisi di Industri Pangan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Bumi Manusia", Menguras Haru dan Air Mata

29 Agustus 2019   22:57 Diperbarui: 30 Agustus 2019   06:07 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Annelies - Bumi Manusia (Foto: dok. falconpictures)

Polos tanpa ini-itu, ketika menonton filmnya, Bumi Manusia. Bahkan tak sempat berpikir tentang perbedaan versi novelnya, yang cetak pertama di tahun 1980-an, dan telah cetak ulang 32 kali. Niatnya, hanya menonton seperti yang telah dihebohkan oleh kawan-kawan dan media, dan belum sempat membaca novelnya.

Bumi Manusia, mahakarya sastra yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer semasa ditahan di Pulau Buru pada 1970-an, awal dari tetralogi Buru dengan tiga kisah lainnya, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

Bumi Manusia, disutradarai oleh Hanung Bramantyo; Produser: HB Naveen, Frederica (Falcon Pictures); Penulis naskah: Salman Aristo; Pemain: Sha Ine Febriyanti, Mawar Eva de Jongh, Iqbaal Ramadhan, Peter Sterk, Giorgino Abraham, dan Jerome Kurnia.

Berkisah tentang Pergolakan Cinta dan Status Sosial di Era Kolonial, mulai tayang di bioskop: 15 Agustus 2019, dengan durasi 181 menit.

Sepasang peran penting dalam Bumi Manusia adalah Raden Mas Tirto Adhi Soerjo alias Minke (Iqbaal Ramadhan), pemuda asli Jawa dan Annelies (Mawar de Jongh), putri dari pasangan Nyai Ontosoroh (Sha Ine Febriyanti), perempuan Jawa yang dijadikan gundik oleh Herman Mellema (Peter Sterk), Eropa totok.

Awal mulanya, Minke yang bergelar Raden, diajak oleh Robert Suurhof (Jerome Kurnia), kawan sekelasnya di HBS, ke Boerderij Buitenzorg, rumah keluarga Herman Mellema, menjumpai Robert Mellema (Giorgino Abraham).

Ternyata, Minke yang semula diposisikan sebagai orang nomor sekian, karena asli Jawa, duduk di ruang dan kursi berbeda, yang akhirnya ditemui oleh kakaknya Robert Mellema, wanita anggun yang dipanggil Annelies.

Annelies berdarah indo, keinginan untuk menjadi Jawa seperti ibunya, nyata dalam kehidupan pribadinya.

Nyai Ontosoroh meski gundik tapi dipercaya suaminya, Herman Mellema, dan memberikan kendali penuh untuk mengatur Boerderij Buitenzorg, lahan luas pertanian dan pemerahan susu sapi.

Keramahtamahan dan kebaikan Nyai Ontosoroh kepada para pekerja sangat disukai, dan menjadi bagian dari kehidupannya sebagai orang Jawa. Annelies pun, tak jauh beda dengan semua kebaikan yang telah dilakukan ibunya atas Boerderij Buitenzorg.

Kekuatan suasana, terbangun kental dengan banyaknya dialog berbahasa Belanda dan kostum-kostum yang memberikan nuansa masa kolonial penjajahan.

Singkat cerita, getar-getar cinta mulai tumbuh antara Annelies dan Minke, bahkan ibunya meminta bukti bahwa Annelies telah dicium, ketika dia berterus terang. He ... he ... he ternyata Minke berhasil membuktikannya dalam suatu kesempatan dihadapan Annelies  dan ibunya.

Alur cerita sangatlah mulus, tiga jam berlalu tanpa jeda minum dan menahan diri pergi ke toilet, karena tak ingin kehilangan indahnya suasana rumah dan sekitarnya yang membius.

Pernikahan Annelies dan Minke akhirnya terwujud, penonton pun mendukung tanpa ada yang protes. Kisah cinta kedua anak manusia yang tumbuh di masa itu, sangatlah romantis dan menularkan bagaimana rasanya mencintai dan dicintai.

Annelies dan Minke. Bumi Manusia (Foto: dok. falconpictures)
Annelies dan Minke. Bumi Manusia (Foto: dok. falconpictures)
Annelies Sakit. Bumi Manusia (Foto: dok. falconpictures)
Annelies Sakit. Bumi Manusia (Foto: dok. falconpictures)
Bumi Manusia (Foto: dok. falconpictures)
Bumi Manusia (Foto: dok. falconpictures)
Setelahnya, masih ada lagi perjuangan, ayah Annelies mati terbunuh dan Nyai Ontosoroh yang semula dituduh sebagai pembunuhnya, kemudian tak terbukti dan bebas.

Penonton ikut bahagia, untuk sementara. Ternyata, ada seseorang yang mengaku keluarga, dari istri Herman Mellema di Belanda, yang ingin menguasai dan menyita harta yang telah dipercayakan kepada Nyai. Hasil akhirnya, ternyata akal-akalan saja, dan gagal.

Bahagianya keluarga Nyai Ontosoroh, nampaknya hanya berlaku sejenak, harapan mengolah lahan milik Herman Mellema ternyata tinggal kenangan. Pemerintah kolonial Belanda memutuskan mengirimkan Annelies ke Belanda dengan paksa.

Pernikahannya secara agama dengan Minke pun tak diakui negara, dan statusnya dianggap belum menikah. Entahlah kebijakan apa yang pada waktu itu dijalankan, Annelies yang indo tak boleh diantar ibunya yang asli Jawa.

Kesedihan mendalam, Nyai Ontosoroh dan Minke hanya mampu memandangi kepergian Annelies bersama petugas, di batas teras rumahnya. Haru dan banjir air mata tertumpah di ruang bioskop yang sunyi terbawa perasaan. Tak sempat lagi berpikir, apa kekurangannya bila dibandingkan versi novelnya.

"Kita sudah melawan, Nak, Nyo. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya," ucap Nyai Ontosoroh kepada Minke, ketika perjuangannya menahan  putrinya, Annelies gagal.

Utamanya, setelah menonton filmnya, langkah berikut menyimak tuntas novel dengan bayangan suasana yang telah terbangun. Bumi Manusia, memang layak dan sangat dianjurkan, sebagai karya bernilai sejarah dari penulis hebat Pramoedya Ananta Toer.

Bandung, 29 Agustus 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun