Mohon tunggu...
Johanes Krisnomo
Johanes Krisnomo Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Penulis, YouTuber : Sketsa JoKris Jo, Photografer, dan Pekerja. Alumnus Kimia ITB dan praktisi di Industri Pangan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meski Uzur, Berjuang untuk Sedikit Makmur

5 November 2018   22:28 Diperbarui: 5 November 2018   22:45 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Becak di Yogyakarta, 28 Okt 18. Foto Dok/Pribadi J.Krisnomo

Rejeki lolos, saat calon penumpang berseliweran. Semula ingin mencari nafkah dengan becaknya, nyatanya tertidur. Lengah dan lelah.

Tertarik dengan model becaknya, di Yogyakarta, sebagai turis lokal, tertambat mata fokus pada sasaran. Saat mendekat, sempat meminta ijin motret.

"Ijin motret, Pak." 

"Buat apa?," tanyanya terkantuk-kantuk, sambil menyesuaikan posisi terbaiknya. Kepala bersandar di tepi belakang, sedangkan kakinya yang kapalan menjulur ke depan di antara tiang-tiang penyangga, membentuk posisi badan diagonal.

Saat kubilang,"Buat kenang-kenangan.", Pak Becak sudah setengah lelap tak menghiraukan lagi.

Jeprat-jeprat, tanpa berpikir lagi, kuambil beberapa foto yang sekiranya mampu bercerita.

Selain model becak sedikit berbeda, bila dibanding becak Bandung dan Jakarta, daya tarik lainnya terletak pada umur Pak Becak. Seharusnya, di umur yang sudah uzur, Pak Becak tinggal di rumah, mengasuh cucu dan bersantai.

Mungkin Pak Becak kelelahan, di terik panas yang menggigit kepala, telah menguras habis tenaga tuanya. Pantaslah, kalau siang itu dia beristirahat, dan setengah tertidur di keteduhan pepohonan di tepi jalan.

Jeprat-jepret tuntaslah sudah. Satu dari sepuluh foto, telah terpilih mampu merekam situasi yang diinginkan.

Sudut pengambilan foto yang menyamping, telah menggoreskan sudut pandang plus. Rupanya, bukan becak sembarang becak!

Bagian belakang becak, tampaknya bukan becak kayuh tapi becak bermotor. Semacam modifikasi sepeda motor yang disatukan dengan badan becak. Tersedia pula helm sebagai pelengkap.

Kalau begitu?! Ternyata mungkin saja Pak Becak tidak lelah, karena tak perlu mengayuh becak dengan kakinya, tetapi masalah lain.

Tak perlu ada perdebatan, apakah becak manual atau becak bermotor, yang penting ada semangat juang untuk mempertahankan hidupnya.

Meski uzur, Pak Becak berusaha untuk hidup sedikit makmur. Tak lupa kuselipkan beberapa lembar uang pengganti tidur siangnya, meski semula menolak, ketika kumeminta ijin saat dia terjaga.

Hidup itu memang harus diperjuangkan, semaksimal yang bisa kita perbuat. Jangan kuatir, rejeki akan hadir dan mengalir seperti apa yang dikehendaki-Nya!

Bandung, 05 Nop 2018   

Catatan : Inspirasi Jalan-jalan di Yogyakarta, 28 Okt 18.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun