Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Tanah Senja itu....

14 Desember 2014   22:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:19 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_341212" align="alignnone" width="300" caption="hanya puing-puing satu-dua rumah yang masih tersisa.doc. pri."][/caption]

Musim hujan sudah dimulai sejak sebulan terakhir ini, walaupun hujan belum begitu intens tiba namun curah hujan yang begitu deras sempat mengkhawatirkan bagi warga kampung kami. Kami tinggal di  dukuh Kambangan yang terletak di lereng gunung Muria, sudah mulai was-was...apalagi bukit yang menjulang di belakang rumah kami sudah semakin rapuh, karena satu persatu tanaman besar sudah ditebang untuk keperluan pembuatan rumah dan sebagainya. Hanya tanaman jagung dan ketela pohong yang tak mampu menahan curahan air hujan dan air kiriman dari Gunung bila terjadi hujan lebat.

Setelah berhari-hari kampung kami tersiram hujan,  hari ini mentari menampakkan sinarnya sehingga warga bisa beraktifitas seperti biasa ke ladang untuk menenggok tanaman jagung yang sudah mulai berbunga, atau sekedar mencari rumput buat makanan ternak, kambing dan kerbau yang ada di kandang dekat  rumah.

Hari ini aku juga harus segera kembali ke kota karena sudah 3 hari aku tidak masuk kerja, karena hujan terus menerus tidak memungkinkan untuk mengadakan perjalanan ke kota. Selain itu perasaanku seperti ada sesuatu yang berat untuk meninggalkan emak, bapak dan ketiga adikku, Yanto, Mardi dan Rois. Namun cuaca sudah cerah aku segera kembali ke kota dengan mengendarai sepeda motorku.

Namaku Marni, aku bekerja sebagai penjaga gerai pakaian di pusat perbelanjaan kotaku Kudus. Sudah hampir 2 tahun aku bekerja disini sejak menamatkan Madrasah Sanawiyah . Berkat bantuan seorang teman yang sudah lebih dahulu bekerja sebagai karyawan sebuah Mall di kota kami, aku bisa langsung diterima bekerja di sebuah gerai pakaian yang cukup ternama di kota kami. Karena bossnya baik, dan kerjaku yang dinilai bagus maka saat ini aku dipercaya untuk mengkoordinator beberapa teman sesama karyawan di gerai ini.  Kadang-kadang dalam sebulan sekali aku diberi kesempatan untuk pulang ke desaku, yang berjarak 35 KM dari pusat kota. Walaupn tidak begitu jauh namun medan yang sulit membuatku agak keropotan bila harus pulang balik dalam satu hari. Maka aku sering libur 2-3 hari sekalian dalam sebulan tanpa menggambil libur mingguan.

Entah kenapa siang itu ada yang terasa berat mengganjal ketika aku hendak berpamitan dengan emak, bapak dan adik-adikku.Ada suatu perasaan lain aku memandang mereka, rasanya akan lama kita bisa bertemu lagi. Namun karena teringat tugas aku tepis perasaan burukku itu, dan segera menghidupkan mesin sepeda motorku.

"Hati-hati Mar....jalanan licin dan hindari longsoran tanah sepanjang jalan ya...." begitu pesan bapak yang menungguiku di halaman rumah.

"Iya...Pak ..Mar akan hati-hati...Bapak dan Emak hati-hati juga ya...sebaiknya adik-adik tidak usah main keluar dulu cuaca belum begitu baik...." aku membalas pesan Bapak dengan pesan juga.

Entah kenapa motorku agak susah distaternya, Yanto, Mardi dan Rois ikut keluar rumah melihatku yang sedang berusaha menghidupkan mesin sepeda motor. Entah kenapa Yanto tiba-tiba mendekat menyalamiku sebelum membantu menstater motorku. Ada perasaan haru melihat adik-adikku, mereka hidup seadaanya sebagai orang desa, makanpun hanya seadanya apa yang bisa dipanen dari kebun bapak yang tak begitu luas itu. Rumah kami walau sudah tembok namun masih sangat sederhana, yang penting kami tidak kedinginan bila angin gunung datang menerpa.

Syukurlah mesin motor sudah bisa dinyalakan...dengan asap knalpot yang membubung dan suara khas yang memekakkan telingga , aku mengendarai motorku melewati beberapa rumah yang juga masih kerabat kami juga.

"Ati-ati Mar.....!!" itu yang berulangkali diucapkan beberapa kerabatku yang kebetulan berpapasan denganku di halaman rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun