Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

Bimantara:Dari nol belajar Menggali dari pengalaman pribadi yang menginspirasi untuk sesama:demah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan: Persengkolan Bayu dan Badai Menyingkirkan Senja

8 Maret 2024   16:16 Diperbarui: 8 Maret 2024   16:18 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hujan badai

Hujan: Persengkolan Bayu dan Badai Menyingkirkan Senja

Ihujan badai sore

Langit mendung, awan hitam berarak,Angin bertiup kencang, pertanda badai tak terelakkan.Gemuruh di kejauhan, suara petir menggelegar,Hujan turun dengan deras, membasahi bumi yang kering.

Tarian air di atas kaca jendela,Menciptakan alunan melodi alam yang merdu.Daun-daun menari dengan riang,Menyambut kedatangan sang hujan yang menyegarkan.

Bau tanah basah tercium di udara,Menebarkan aroma khas yang menenangkan jiwa.Anak-anak bermain dengan riang di bawah hujan,Tertawa dan berlarian, menikmati setiap momen.

Hujan, kau datang dengan kekuatanmu,Menyiram bumi yang dahaga dengan air kehidupan.Kau bersihkan debu dan kotoran,Menyegarkan alam dan memberikannya kehidupan baru.

Di antara sentuhan bayu dan badai,
Hujan menyapa bumi dengan lembutnya.
Menyingsingkan senja dengan riuh gemuruhnya,
Seolah alam berdansa di dalam keheningan.

Tetes-tetes hujan membasahi tanah kering,
Menyegarkan setiap helai rumput yang mengering.
Seperti nyanyian alam yang mengalun lembut,
Menghadirkan kehidupan di tengah kehampaan.

Di balik awan kelam, ada keindahan yang tersembunyi,
Dalam gemerlap petir, ada keajaiban yang tercipta.
Hujan bukanlah sekadar air yang turun dari langit,
Tapi pesan dari alam, tentang kekuatan dan keteguhan hati.

Dalam guyuran hujan, kita belajar tentang ketabahan,
Melalui badai dan kegelapan, kita temukan cahaya.
Sebagai bagian dari alam, kita merasakan keterhubungan,
Dan menyaksikan kebesaran Sang Pencipta dalam setiap tetes air yang turun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun