Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ketahui Penyebab dan Cara Menangani "School Refusal" pada Anak

26 September 2021   08:30 Diperbarui: 29 September 2021   08:47 1819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi school refusal | Sumber: istockphoto

"Mah, sebel aku sama Dina, dia sering lihat hasil pekerjaan rumahku," keluh anak saya saat makan malam.

"Ajari bab yang dia tidak paham, tugasnya suruh kerjakan sendiri!" Saran saya.

"Dia enggak mau, Dina sering bolos, selalu ada saja alasan tidak masuk kelas," ujarnya lagi.

Kasus yang dialami Dina, bisa terjadi kepada siapa saja. Saya jadi teringat ketika anak bungsu saat masih kelas satu SD. Selama beberapa bulan, dia selalu enggan pergi ke sekolah.

Setiap pagi harus membangunkannya, setelah tiba di parkir sekolah, dia mulai berulah dengan menangis ingin pulang lagi.

Kasus Dina dan anak saya tidak bisa dikatakan "bolos", mungkin dia menolak bersekolah karena ada kecemasan, dan ini disebut school regusal.

Apa Itu School Refusal?

School refusal pertama kali digunakan di Inggris, istilah ini untuk menggambarkan siswa yang menolak untuk pergi ke sekolah karena tekanan emosional.

School refusal tidak sama dengan bolos sekolah. Anak-anak yang sering membolos, umumnya tidak merasa takut terhadap sekolah. Mereka tidak ingin pergi ke sekolah karena lebih suka melakukan hal-hal lain. Pembolosan juga sering terjadi pada anak remaja.

School refusal terjadi pada anak usia berapa pun, mulai dari anak tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah. 

Joel L. Young, MD., mengungkapkan di laman psychology, penolakan bersekolah terjadi pada anak antara usia 5 hingga 6 tahun, kemudian terjadi lagi antara 10 dan 11 tahun.

Ilustrasi anak dibully di sekolah | Sumber: istockphoto
Ilustrasi anak dibully di sekolah | Sumber: istockphoto

Baca juga: Orangtua Kehilangan "The Power of No" pada Anak, Berikut Strategi yang Bisa Diterapkan

Kita bisa mengenali gejala lain anak yang menolak bersekolah, antara lain sebagai berikut:

1. Ketika di sekolah, anak yang menolak bersekolah sering mengeluh sakit, seperti sakit perut hingga pusing. 

Dia akan berulang kali ke ruang UKS. Jika di rumah, sakitnya hilang. Namun, perlu dipahami, ini bukan kebohongan, melainkan reaksi fisik dari kecemasan.

2. Anak-anak yang menolak bersekolah, mungkin memiliki riwayat kecemasan perpisahan, terutama dipisahkan dari sosok orang tua atau figur yang memiliki keterikatan secara emosional.

Kasus Dina, saya pernah ngobrol dengan wali kelasnya, ternyata dia tinggal dengan nenek dan ibunya dan dipisahkan dari ayahnya. Ada kemungkinan dia mengalami kecemasan.

3. Perubahan suasana hati. Anak-anak yang menolak pergi ke sekolah lekat dengan kecemasan dan itu sering mengalami perubahan suasana hati. 

Ketika sedang asyik belajar di sekolah, karena cemas, dia bisa tiba-tiba ingin pulang atau bisa juga melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan karakternya.

4. Pengalaman negatif di sekolah. Pengalaman buruk berkaitan dengan bullying, seperti penindasan dari guru atau teman. 

Ketika anak menunjukkan gejala di atas, kita rasanya ingin memaksanya atau mungkin mengabaikannya hingga masalah akan selesai sendiri. Namun, bagi anak yang fobia sekolah, dipaksa pergi ke sekolah bisa sangat menyedihkan.

Kita bisa bayangkan jika kita fobia terhadap sesuatu, misalnya makanan, lalu dipaksa makan makanan tersebut, maka akan nangis bahkan menjerit. 

Baca juga Strategi Time Out pada Anak

Ilustrasi anak bersama teman-tannya | Sumber: depositphotos
Ilustrasi anak bersama teman-tannya | Sumber: depositphotos

Anak menolak bersekolah, bukan masalah perilaku, tetapi bentuk kecemasan yang menuntut perawatan dan penyelesaian dari orang tua dan guru. 

Sebagai orang tua, kita bisa melakukan beberapa strategi yang disarankan Joel L. Young, MD..

Pertama, tidak mempermalukan anak karena tidak ingin ke sekolah. kita bisa menjadi pendengar yang mendukung.

Misalnya ketika di hadapan teman atau orang yang kita temui, jangan menceritakan bahwa anak kita malas sekolah, dia sering menangis. Jika anak mendengarnya, tentu dia akan lebih malu.

Kedua, berbicara dengan anak tentang alasan dia tidak ingin pergi ke sekolah. Dalam hal ini kita bisa menerapkan metode brainstorming. 

Branistorning adalah metode yang sangat umum untuk menemukan ide-ide dan pemecahan masalah. Kita bisa membicarakan tentang guru yang galak, siswa yang nakal dan bertanya tanggapannya,

Ketiga, konsultasi dengan pihak sekolah.

Teman diskusi orang tua ialah guru wali kelas atau guru BP. Pada umumnya, mereka memiliki kesabaran atau ketelatenan. Dia juga tahu karakter setiap anak didiknya.

Seperti yang pernah dialami anak saya, setelah melalui diskusi dan menerapkan strategi, ternyata ada trauma terhadap anak saya. 

Ketika kepala menengok dari jendela, jendela itu ditutup oleh salah satu temannya. Mungkin mereka bercanda, tetapi secara tidak sadar, candaan itu menimbulkan trauma dan ketakutan.

Keempat, bantu anak mencari teman. Jika mereka kesulitan mencari teman di sekolah, kita bisa mengarahkan untuk mengikuti aktivitas lain, seperti ekstrakurikuler, tentunya sesuai minat dan bakat anak.

Dalam satu wadah, dia akan menemukan teman yang berpikiran sama sehingga bisa menjadi dorongan kuat untuk pergi ke sekolah.

Mungkin setiap orang tua memiliki strategi yang berbeda supaya anak tidak menolak bersekolah. Orang tua selalu mencintai dan memberikan yang terbaik untuk anaknya. Salam bahagia.

Baca juga Jam Tidur anak Berantakan?

Terinspirasi dari school-refusal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun