Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengapa Memutuskan Menikah pada Masa Quarter Life Crisis?

19 Mei 2021   16:18 Diperbarui: 22 Mei 2021   16:15 1513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan. (sumber: PEXELS/TRUNG NGUYEN via kompas.com)

Mereka berani memutuskan menikah tentu dengan persiapan yang matang. Mereka dewasa karena keadaan orang tua dan lingkungan. Namun, ada juga yang tidak bisa menghadapi krisis pada usia mudanya. 

Kita juga ingat janji Allah Swt dalam QS. An-Nuur: 32, "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahaya yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui)."

Saya perhatikan ada tiga alasan mengapa remaja di desa berani mengambil keputusan menikah muda;

1.  Lapangan pekerjaan sudah tersedia

Setelah lulus SMK atau SMA, remaja desa akan pergi ke Jakarta atau kota besar lainnya untuk bekerja. Namun, tak jarang mereka kembali ke desa dalam waktu dekat dan langsung menikah.

Dalam waktu pendek untuk dikatakan mapan rasanya tidak mungkin. Untuk melewati krisis keuangan masa remaja butuh waktu lama. Kecuali dapat warisan tujuh turunan.

Lapangan pekerjaan di kampung sebetulnya banyak yang penting anaknya mau dan rajin. Contohnya di sawah. Sawah setiap tiga bulan sekali akan ramai dan membutuhkan tenaga anak muda. 

Jika selesai pekerjaan di sawah mereka akan lari ke sungai untuk ngeduk pasir secara manual. Jika tidak sanggup untuk lelep ke dasar sungai, menjadi buruh bangunan juga bisa mendatangkan rupiah.

Bagi mereka yang memiliki ijazah STM, bisa juga bekerja di pabrik gula atau pabrik kereta, tetapi tentu berlaku syarat dan ketentuan. Sebenarnya bukan jenis pekerjaannya, akan tetapi hasil dan keberkahan dari pekerjaan tersebut.

Untuk anak desa yang sekolah tinggi dan mendapat pekerjaan bagus, sudah tidak ada halangan lagi untuk menikah muda. Hanya kekuatan mental saja yang perlu dipersiapkan.

2. Rumah sudah tersedia

Rumah di kampung biasanya kecil, tetapi tanahnya luas. Orang tua zaman dulu sudah mempersiapkan lahan untuk anak cucunya. Ketika mereka menikah tinggal mencari bahan bangunan. Tidak perlu membayar tukang bangunan, karena mereka akan bergotong royong hingga rumah itu layak pakai.

Cara mereka mendapatkan bahan bangunan adalah dengan titip bahan di toko bangunan. Misalnya memiliki uang Rp.500.000, bisa dibelikan semen 8 sak, tetapi semen dikirim ketika akan mulai pembangunan rumah. Bisa 1,2,3 tahun atau lebih. Harga semen pun tidak ikut naik. 

3. Berpikir sederhana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun