Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan di Rumah Sakit, Meningkatkan Sabar dan Ikhlas

30 April 2021   11:15 Diperbarui: 30 April 2021   13:26 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi saat pemakaman secara prokes

Kita tunda dulu ya, Bu. Semoga sebelum expayed, kondisi Mimi membaik," kata perawat. (Artikel sebelumnya.

Hari ke-13 puasa Ramadan, saya masih di rumah sakit. Sebetulnya tidak ada yang bisa dilakukan di ruang tunggu selain menunggu panggilan dari perawat dan berdoa untuk kesembuhan Mimi.

Tanggal 25 April 2021, selepas buka puasa, salat Magrib. Entah mengapa saya membaca surat Yasin sambil menangis. Pikiran hanya tertuju ke pembaringan di ruang ICU yang tertutup kaca bening.

"Ke ruang ICU yu, Fir!" ajak saya kepada adik laki-laki yang baru datang dari Cirebon mengambil plasma.

Ternyata plasma tidak bisa terpasang karena kondisi Mimi semakin memburuk.

"Saya boleh bicara sama Mimi, Suster!"


"Boleh, Mimi sadar terus, hanya nafasnya berat."

Spiker yg ada di tangan perawat saya pegang.

Perawat di dalam ruangan Mimi menyimpan spikernya di samping telinga Mimi.

"Mi, Teteh dan anak mantu semua, cucu-cucu, mohon maaf atas semua kesalahan. Semangat ya Mi, banyak dzikir. Kami selalu ikhtiar dan berdoa untuk kesembuhan Mimi."

"Bu ... ayoo tuntun "La Ilaha Illallah, " ujar perawat yang sejak tadi ada di samping.
Dengan derai air mata saya bacakan lafaz "La Ilaha Illallah, La Ilaha Illah, La Ilaha Illah" bersama kedua adik secara berulang-ulang.

Hingga di ujung waktu, perawat mengambil alat komunikasi yang ada di tangan.
"Sudah, Bu."

Berlari ke luar, menangis sejadi-sejadinya. 
"Pak Edi cepat ke rumah ya, ajak Pak Su nyusul ke Majalengka, Mimi koma!" perintah saya kepada Pak Edi yang biasa mengantar keluarga kami.

Kembali ke ruang ICU. Ternyata semua alat sudah dicopoti. Mimi hampir mau ditutup kain.
Saya tadi tidak bisa menangkap apa kata perawat, "Sudah, Bu" itu artinya Mimi sudah tiada. 
"Sabar ya, Teh!" kata Adik lirih.

"Ikhlas ya, Bu, sudah takdirnya Mimi meninggal di masa pandemi dan terpapar virus. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Ini hanya jalan menuju Allah SWT.," ujar dokter.

"Sesuai kesepakatan pemakaman sesuai prokes." Suster menambahkan.

"Keluarga boleh menyaksikan pengurusan jenazah, mensalatkan di ruang tadi."

Saya pernah memandikan jenazah adik ipar, mertua. Ketika Mimi meninggal tidak bisa melakukan apa-apa. Hanya melihat sambil tahlil, itu pun terhalang kaca tebal. Rasanya sakit hati. Air mata tak henti-hentinya mengalir.

Satpam yang sejak tadi berada di ICU mengingatkan kami untuk berwudhu. Kami bersyukur bisa menyaksikan proses pengurusan jenazah dan mensalatkan bersama adik-adik.

Allah SWT. memberi kemudahan lain, ketika hendak ke pemakaman. Mobil jenazah masuk ke halaman mushala yang ada di depan rumah.

Warga langsung melaksanakan salat jenazah dan tahlil.

Suatu keajaiban, walaupun dengan keterbatasan waktu, jenazah Mimi bisa berada di depan musala.
Musala itu tempat Mimi beribadah dan belajar. Sementara Bapak yang meninggal 4 tahun lalu, turut berperan dalam pembangunan Musala tersebut.

Setiap mengingat detik-detik Malaikat mencabut nyawa Mimi. Air mata mengalir terus, kepala terasa berat.

"Mak, kenapa tidak ikhlas? Mimi sudah tenang di sana. Ikhlaskan, doakan!" pesan singkat dari teman online yang beberapa lalu suaminya meninggal dalam kecelakaan, Mak Ruri.

Iya, sakit hanya sebab. Kematian sudah ditentukan oleh Allah SWT. Semua orang akan mengalami hal yang sama hanya sebab musabab yang berbeda.

Ramadan 2021, benar-benar mengajarkan saya tentang sabar dan ikhlas. Sabar, Ikhlas melepas Mimi untuk selamanya. Innalillahi Wainnalillahi Rojiun. Semoga Almarhumah Husnul Khatimah. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun