Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Alasan Kenapa Aku Tidak Memerlukan Kartu Kredit

16 Maret 2021   08:32 Diperbarui: 16 Maret 2021   09:00 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar hasil tangkap layar dari pixabay.com

Hai Diary, 

Beberapa waktu yang lalu aku mendapat kiriman kartu kredit, dan saat itu hingga saat ini tidak membutuhkannya, Tetapi kenapa?

Bagi pengguna kartu kredit tentu sudah tidak asing dengan namanya kartu kredit. Jujur saja aku tidak tahu bagaimana cara menggunakannya. Kalau fungsinya kurang lebih untuk memudahkan transaksi. Istilah ndesonya utang dulu, bayarnya nanti ke bank yang ditunjuk.

Menurutku sangat aman, jika bepergian tidak membawa uang tunai. Dompet tipis, seperti tidak ada isinya, padahal isinya ada di kartu. Atau dompet tebal, tetapi isinya kartu kredit dari berbagai bank. Keren kan? Tetapi benar keren dan kita membutuhkannya?

Simak yuuu pengalamanku seputar kartu kredit!

Keren hanya dengan kartu kecil, kita bisa belanja apa saja di mana saja. Satu kali gesek, perut kenyang, belanjaan penuh. Bahkan belanja online pun bisa dengan kartu kredit.

Aku mengenal kartu kredit ketika pihak bank memperkenalkan lalu menawarkannya. Namun sering kutolak secara halus. Pernah teman bisnis juga ngabibita, "Mbak, nabung di mana?" tanyanya semangat.

Aku jawab salah satu bank yang keren menurutku, tetapi bagi dia, biasa-biasa saja. Dia pamer bank swasta yang keren menewen, "Aku di bank swasta, enak nih fasilitasnya, ada kartu kredit yang bisa digunakan makan, belanja di luar negeri. Bilang Pak Suami suruh pindah saja dan buat kartu kredit!"

Ah, batinku, "Dia pembisnis kelas kakap, tiap bulan ke Singapur. Sedangkan aku ke Eropa nunggu gratisan dulu." Hehe ... intermezzo.

"Wah enak dong Tante, iya lah aku mau biar kalau ke Eropa gak usah bawa uang banyak?" tanyaku sok keren, padahal halu dulu. Semua berawal dari mimpi dan halusinasi. hehe.

Singkat cerita, ada surat tebal dari bank tempat biasa Pak Suami nabung. Ternyata oh ternyata kartu kredit berikut buku yang harus ditanda tangan. Namun, kartu itu ada 8 nama. Setelah dicek satu persatu. Semua nama saudara kandung Pak Suami ada berikut nama suaminya.

Saudara perempuannya ada 4 orang,  yang berstatus janda ada 2 orang, usianya jelas sudah di atas 55 tahun. Iparku itu tidak bermain dengan bank atau kartu jenis apapun. Waaahhh saat itu aku berpikir ada yang tidak beres dengan pengiriman kartu kredit ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun