Sekalinya ada kesempatan untuk berjalan, berjalanlah melampaui batasan tanpa menembus batas. Melewati jeruji belenggu waktu yang takkan sempat untuk merayu jika kau terus berpaku pada sifat aku. Mungkin ada aku didalam sifat keakuan. Keakuan yang dibelenggu dalam hitungan detik yang tak sempat meninjau siapa dirinya yang sejati. Terkadang waktu suka lupa waktu. Ahhh.. lucu sekali satire ini untukmu yang suka dengan waktu. Kehidupanku memang seakan diam tak ada pergerakan dan mematung. Kutelaah dari serapah demi serapah yang dihempaskan melalui napas diatas tenggorokan. Ternyata mereka yang berjalan itu justru diam. Justru langkah diamku mendahului bahasa diam itu sendiri. Bahasa diam ternyata tak sanggup lagi untuk diam. Ia sudah jengah dan berkelana menguasai dunia dalam kata. Dari sini, aku tahu jika riakku adalah diam.Â
Salam,Â