Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Narasi Sri Patmi: Retorika Neraca Pegas

25 Desember 2020   04:52 Diperbarui: 25 Desember 2020   05:25 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semua tanya itu bukan retorika. Kenapa ada retorika yang akhirnya menimbulkan celah untuk menerka? Setiap tandanya selalu ada. Tanya dengan tanda tanya. Tanya dengan tanda titik. 

Tanya dengan tanda koma. Tanya dengan tanda petik. Semua mengandung makna yang berbeda-beda. Tanya retorikaku masih seputaran hal yang sama dan dibuat berputar-putar. Sama halnya dengan putaran spiral melingkar masuk kedalam kepala. 

Maka dari itu tak ada siapapun didalamnya. Termasuk aku, yang hilang entah kemana berganti cerita. Tergantikan sudah masa menjadi massa. Neraca timbangannya berbeda. Dihitung jumlahnya sudah tak terhingga. 

"Mana yang dipilih, massa atau berat" (tanda petik bukan tanda tanya) 

Aku memilih massa. 

Ujar mulut yang bungkam ketika dihadapkan pada tanya yang perlu jawab, bukan retorika. Berhenti sampai disitu saja. Perginya seutas kapas takkan memiliki massa. Takkan berasa. Jadi sudah lepaskan saja ia melayang dan bebas. 

Ringannya akan membawa terbang dan membebaskan dari belenggu massa. Dimana setiap perempuan, takut jika ditanya masalah massa. Banyaknya menjadi momok yang begitu seram. Bertambah 0,000 sepersekian gram sudah kelimpungan. 

Aku sendiri pernah bertanya pilih massa atau berat? (Tanda tanya bukan tanda petik) 

Seringan kapas aku bertanya. Sejujurnya aku sendiri pun tak perlu jawab, tapi mengapa menggunakan tanda tanya? Padahal sudah jelas jawabannya. Dihitung dari apapun tetap saja kau akan memilih massa. Aku tahu kau juga bukan orang yang membabi buta tanpa alasan dalam bertindak. Kan konyol saja jika pilihanmu jatuh pada berat, meski kebanyakan orang salah kaprah dengan massa dan berat. 

Padahal sudah tahu, tapi seperti sengaja menyayat pergelangan tangan sendiri. Mengajak menghitung volume darah yang mengalir dengan massa. Satuan ukurannya gram dan kilogram lazimnya. 

Neraca tak mampu menampungnya. Kau sudah sinting!  Jelas saja, darah itu satuannya mililiter. Mili dari pandanganmu mengalir. Makin gila lagi dibuatnya, kau mencampuradukkan, melakukan cocokologi sana sini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun