Mohon tunggu...
Sri Magfirah Asyuni
Sri Magfirah Asyuni Mohon Tunggu... Administrasi - Silent Reader

Penulis diary, pembaca bebas, pemuja sains, pencinta lanskap, penikmat film, penyuka kopi, perindu syurga.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Surat dari Kamarmu

5 Februari 2021   21:49 Diperbarui: 7 Februari 2021   07:37 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak banyak hal yang bisa kita sepakati bersama. Hanya beberapa hal yang bisa dihitung jari. Salah satunya, serial Money Heist adalah serial terbaik yang pernah ada.  Dan aku harus memberikan apresiasi setinggi-tingginya pada serial itu karena akhirnya bisa membuat kita sepakat pada hal yang sama.  Kita sepakat pada satu tokoh yang paling menarik dan prediksi akhir ceritanya.  Sisanya, masih perlu sesi panjang untuk mencapai kata sepakat.

Terlepas dari sedikitnya hal-hal yang bisa kita sepakati, aku sungguh mengagumi atas banyak keputusan yang kau pilih.  Bukan karena hasilnya menjadi kebanggaan, tapi pada matangnya pertimbangan dan kuatnya hatimu untuk siap melalui konsekuensinya.

Pernah tak sengaja kupandangi dirimu dari belakang, fisikmu yang mungil sama skali tak mengisyaratkan ketangguhanmu, apalagi dengan usiamu yang masih ranum-ranumnya.

Kala itu, aku mulai menceritakan tentang  gundah gulana yang begitu membebaniku.  Kau bicara dengan suara pelan seakan kau tahu saat itu, aku mungkin tak siap mendengar nasehat apapun. 

Dengan bahasa dan dialek khas perpaduan bugis dan makassar, sangat hati-hati kau berujar, "Kak Ir, cobaki bedeng menulis apa saja, kesedihankah, kesalahan, kemarahan, harapan dan apa saja yang qt suka.  Karena luaski perspektifta itu kalo menuliski, baru nasibukkan pikiranta dengan hal yang baek-baek saja.  daripada sedihki dan marah terus jaki baru nda bisaki kasi liat orang karena masalah kemaslahatannya orang banyak ".  Itu sebuah nasehat yang membekas di hatiku hingga kini.  Kau membantuku untuk belajar cara memandang setiap fase.  Harus aku akui, kau sungguh matang lebih dari usiamu.

Aku mengagumi caramu memahami setiap situasi yang terjadi pada hidupmu atau hidup orang lain.  Kejujuranmu mengurai tiap momen yang pelik; mengurai satu per satu benang kusut, membuat aku begitu menantikan sesi diskusi (lebih tepatnya berdebat sengit) denganmu.  Caramu memandang itu semua sangat unik.  Prinsip dan budaya yang tertanam dalam karaktermu, tidak lagi menyisakan tempat untuk persepsi orang terhadap hidupmu dan jalan yang kau pilih. Apa itu yang dinamakan idealisme? Entahlah, aku enggan memasangkan diksi itu pada sikapmu karena sejujurnya aku tidak begitu paham.

Kepribadianmu sungguh menarik,

Aku tak heran jika ada seorang teman laki-laki; bukan kekasihmu; sama skali tak menaruh hati padamu, malah menuliskan lagu dengan judul namamu dan menyanyikannya dengan syahdu di tengah acara besar kala itu.  Lirik lagunya bercerita tidak hanya tentang cantiknya parasmu, tetapi juga menariknya kepribadianmu. 

Bagiku, kau tidak hanya menarik, tetapi juga unik,

Lihat saja koleksi film yang kau simpan, hanya didominasi oleh film-film biografi dan horor level satu. Deretan lagu dalam playlist-mu yang sungguh asing dan tidak pernah kudengar dari manapun selain darimu.  Dan ketika wajahku menyiratkan tak nyaman dengannya, kau menuduhku sebagai orang yang sulit menerima perbedaan. 

Bagimu media sosial adalah medan pertarungan mengejar buku-buku usang yang kau gelar sebagai masterpiece. Itulah sebabnya kau marah dan kesal padaku ketika sebuah buku yang aku pinjam hilang entah kemana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun