Mohon tunggu...
Sri Magfirah Asyuni
Sri Magfirah Asyuni Mohon Tunggu... Administrasi - Silent Reader

Penulis diary, pembaca bebas, pemuja sains, pencinta lanskap, penikmat film, penyuka kopi, perindu syurga.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Surat dari Kamarmu

5 Februari 2021   21:49 Diperbarui: 7 Februari 2021   07:37 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi outfit-mu tak pernah dipengaruhi oleh trend mode saat ini, kau beli yang kau suka, kau pakai yang kau nyaman.  Dan ketika wisuda, kau memilih kebaya pemberian ibu dan memasangkannya dengan sneakers.  Alasannya? Kau nyaman seperti itu.

Kau tergila-gila pada semua topik tentang "Kebudayaan".  Kau sangat jatuh cinta dengannya hingga betah membicarakannya berjam-jam dengan mata yang berbinar-binar.  

Kau lebih memilih membayar utang tidurmu semalam dibanding dengan memenuhi tuntutan lambungmu yang kosong.  Alhasil, berat badanmu tak pernah bertambah secara signifikan.

Kau suka berbaring sambil mengerjakan resensi buku ataupun terjemahan  dengan laptop di atas perutmu, yang pernah kucoba dan rasanya tak nyaman sama skali. 

Kau tak pernah jera membaca buku dengan lampu redup, yang menjadi asal -muasal tebalnya kaca mata yang harus kau pakai.  Itukah penyebabnya? Ataukah karena tindakan seorang dokter gigi yang memutuskan mencabut gigi taringmu yang kemudian diklaim oleh dokter gigimu yang baru sebagai kesalahan paling fatal yang menjadi penyebab menurunnya kualitas penglihatanmu. 

Dan yang paling spektakuler, sepanjang hidup,  kau hanya jatuh cinta pada satu orang laki-laki (semoga ia beruntung, hehe), sungguh pencapaian luar biasa yang sulit diduplikasi.

Sore ini aku menulis dari kamarmu, merasakan suasana nyaman khas dirimu.  Baru hitungan bulan kita tidak bertemu, namun entah kenapa, aku begitu rindu.  Mudah saja berbicara langsung denganmu, kalau hanya untuk bercerita tentang rasa rinduku.  Namun, sepertinya ini lebih dari rasa rindu dan masih kupikirkan kata yang tepat untuk mewakili perasaanku.

Aku begitu menyayangimu dan kau tahu itu,  walaupun sudah lama tidak ku ucapkan secara langsung. Aku sungguh rindu dengan momen ketika kita bersama menertawakan kebodohan-kebodohanku.  Karena aku tak tahu dan tak pernah menanyakan padamu, mengapa kau tak pernah menertawakan kebodohanmu (seingatku).

Melalui surat ini, aku ingin memberimu sedikit pesan sebagai seorang kakak yang menyayangimu dengan sungguh-sungguh. 

Tetaplah dengan apa yang kau yakini. 

Dengan semua yang kau miliki, kau butuh hati yang lapang dan sedikit lebih peka lagi, agar kau semakin matang dan bersahaja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun