Mohon tunggu...
Sri NurAminah
Sri NurAminah Mohon Tunggu... Lecturer

I am entomologist, I believe my fingers. Cerpen pertama Kartini Dari Negeri Kegelapan menjadi Juara III Lomba Menulis Cerpen (Defamedia, Mei 2023); Predikat Top 15 Stories (USK Press, Agustus 2023); Juara II Sayembara Cerpen Pulpen VI (September 2023); Juara II Lomba Menulis Cerpen Bullying (Vlinder Story, Juni 2024); Predikat 10 Top Cerpen Terbaik (Medium Kata, Agustus 2024); Juara III Lomba Menulis Cerpen The Party's Not Over (Vlinder Story, Agustus 2024); Predikat 10 Top Cerpen Terbaik (Medium Kata, Oktober 2024). Novel yang telah dihasilkan: Baine (Hydra Publisher, Mei 2024) dan Yomesan (Vlinder Story, Oktober 2024). Instagram: @srifirnas; personal website https://www.aminahsrilink.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sa Masih Lapar Kakak....

9 April 2025   14:32 Diperbarui: 9 April 2025   14:32 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit dihihari (Sri Nur Aminah, 2021)

"Ko diam dulu disini heh. Kakak mo pigi ke rumah Mama Rindang. Semoga dia punya obat untuk kasih turun panasmu," aku berjalan bergegas menuju ke pintu rumah, turun di tangga kayu dan setengah berlari menuju ke rumah panggung milik Mama Rindang yang berada di seberang jalan. Kuketuk pintu dengan nafas memburu.

"Siapa itu?" terdengar sayup-sayup suara perempuan. Lantai rumah panggung berderak memperdengarkan langkahnya.

"Ini saya, Amel..." kataku sambil mengetuk pintu itu. Tidak sabar rasanya hatiku ingin segera menemui Mama Rindang. 

"Ko itu Mel? Ko punya muka pucat sekali? Sakitko kah?" Mama Rindang tampak terkejut melihat wajahku yang kuyu.

"Doni yang naik panasnya sejak tadi malam. Saya bingung mo dikasih minum obat apa. Saya hanya kompres dahinya saja pake air dari tempayan."

"Oh begitu. Tunggu sa liat dulu simpanan obatku, mudah-mudahan masih ada di dalam nah..." Mama Rindang segera masuk ke dalam dapurnya. Aku sibuk berdoa dalam hati mudah-mudahan masih ada obatnya biar sebiji untuk menolong Doni. Menit berlalu, aku masih duduk di atas lantai kayu beralas tikar. Kulayangkan pandangan ke jendela, masih kulihat mendung menggayut langit.

"Mel... ini ada obat dan ini ko bawa pulang nahhh..." Mama Rindang menyodorkan sebuah bungkusan yang masih terasa panas.

"Ehhh...apa ini Mama Rindang?" tanyaku penasaran.

"Mama baru masak bubur Manado lengkap sama dabu-dabu dan ikan kering. Kemarin dulu Om Tua bawa banyak sekali sayur dari kebun jadi kubikin bubur daripada bonyok semua. Kasih makan bubur adekmu baru kasih minum ini tablet- dua kali sehari," Mama Rindang menepuk bahuku dan mengantar sampai ke pintu.

"Ko pulang sekarang nah, mumpung itu bubur masih hangat. Nanti kasih kabar keadaannya adekmu."

"Iya Mama Rindang, terima kasih. Sa pulang dulu dihhh..." aku segera turun dari tangga rumah panggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun