Mohon tunggu...
Sri Rahayu
Sri Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Menyukai literasi

Seorang ibu rumah tangga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tetangga oh tetangga

8 September 2023   18:49 Diperbarui: 10 September 2023   21:32 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indahnya tinggal di lingkungan perumahan yang tidak terlalu besar yaitu masih bisa bertetangga, mengenal satu sama lain, mengetahui karakter para tetangga dan bisa minta tolong kalau ada kebutuhan mendesak. Apabila timbul masalah, tinggal bagaimana kita menyikapi semua masalah tersebut serta cara menetralisir keadaan dengan tetangga.

 "Assalamualaikum"

Diluar ada suara salam saat aku sedang memasak di dapur. Rumahku tidak terlalu besar sehingga kalau ada suara sedikit saja terdengar sangat jelas.

"Ibuuu, ada papanya teteh Ika datang bu. Katanya mau ketemu sama ibu" teriak anak perempuanku yang saat itu masih berusia 5 tahun

"Sana gih temuin" kata suami yang lagi bantuin aku masak juga

"Ayo lah yah berdua temuin" pintaku


"Dah lah kamu aja"

Suamiku sudah 6 bulan nggak kerja karena adanya PHK di perusahaan tempatnya bekerja. Sejak itu dia jarang sekali berkomunikasi dengan tetangga karena malu. Padahal ya seharusnya nggak begitu juga kali ya. Sudah mencari kerja ke mana-mana belum ada yang cocok, mungkin belum rejeki. Bagiku sih nggak ada masalah, sabar saja kuncinya. Tuhan pasti kasih kok, aku yakin.

"Eh pak Amad, mari masuk. Tumben pak" kataku basa-basi

"Iya bu, mohon maaf saya lihat ada lowongan di perusahaan tempat ibu bekerja"

"Oh ya. Saya malah nggak mengetahui"

"Ini bu lowongannya, sepertinya ini departmen nya ibu. Saya kan tau ibu kerjanya apa saja di pabrik bu" kata pak Amad menunjukkan iklan lowongan

Aku melongo "Orang ini kok bisa tau pekerjaan aku sampai detail, ya ampun ngurusin banget ya. Kocak" batinku kesel tapi agak geli juga

"Oh iya, ini perusahaan tempat aku bekerja. Emang yang mau kerja siapa pak" Aku masih berfikir mungkin yang mau masuk kerja keponakan atau ipar atau siapanya gitu

"Saya bu, kan saya sudah beberapa bulan nganggur. Ini lamarannya bu"

"Oh saya kira bapak masih kerja, maaf saya nggak peka" kataku sambil tertawa

Asli aku malah nggak tau kalau dia di PHK. Pak Amad ini dulunya kerja sebagai boss accounting di sebuah perusahaan frencaise besar yang terkenal di Jakarta. Dia sendiri sering menceritakan pada tetangga-tetangga sebagai decision maker, dan punya pengaruh besar di perusahaannya bekerja. Dan memang bapak satu anak ini kulihat emang sering banget kumpul-kumpul dan ngobrol di pos entah apa yang sering dibicarakan. Aku nggak terlalu peduli dan nggak pernah denger gosip apapun. Kalau suami lebih senang nonton TV di rumah dan sesekali keluar rumah kalau ada acara kamling atau pengajian. Itupun tidak rutin. Apalagi pas sudah kena PHK malah sangat sering di rumah. Alhamdulillah punya suami pengertian banget, pas kondisi seperti ini dia yang ngurusin anak dan rumah.

Tapi biarlah mungkin itu hobby nya kali ya, ngrumi (nyaingin emak-emak hahaha)

 "Baik pak, bsk pagi saya coba bicara dengan direksi ya pak. Semoga bisa masuk"

Dan diapun berpamitan pulang.

Keesokannya kami aktifitas sperti biasa, suami nganter anak sekolah yang masih TK dan aku mulai berangkat kerja. Tempat kerjaku saat ini ada deket banget sama rumah. Mungkin nggak sampai 2km. Sebuah perusahaan karpet yang baru saja dibangun dengan orientasi eksport. Dan kebetulan aku dari dulu memang sudah menguasai sistem pengiriman ke luar negri. Karena pabrik baru jadi masih serabutan semua harus dikerjain mulai dari dokumentasi eksport, stuffing di gudang, kontrol container ditambah perkerjaan warehouse dan GA juga. Mantap lah pokoknya. Setiap hari bisa pulang jam 12 malam atau jam 1 malam karena harus menunggu gudang tutup dan closing stock.

Aku mulai mengajukan lamaran pak Amad ke direksi operasional yang merupakan atasanku langsung dan jawabannya tidak. Pak Rendra tidak mau menerima kerja Pak Amad.

"Kasihan lah pak, anaknya masih kecil istrinya nggak kerja juga. Dan kayaknya sih bisa kerja bagus feelingku sih" ungkapku

"Ra, kamu itu terlalu baik deh. Kita kan bukan dinas sosial yang main kasihan sama semua orang lalu semua orang dimasukin kerja"

"Asem" gerutuku dalam hati

Melihat aku diam, Pak Rendra yang merupakan orang India melanjutkan lagi

"Ra, saya mengetahui siapa dia dan bagaimana perangai nya terhadapmu"

"Lha bapak tau dari mana?" aku menyelidik

Jawabannya hanya tertawa. Belakangan saya tau bahwa Pak Rendra ini punya banyak kaki tangan di area sekitar pabrik. Jadi dari laporan anak buahnya yang tersebar termasuk disekitaran rumahku, sudah banyak laporan tentang pak Amad ini

"Aduh nggak peka lagi aku" nyengir dalam hati

Masih ada rasa pengin nolong yang tinggi tanpa embel-embel yang lain selain kasihan, akupun menemui Corporate Secretary yang merangkap sebagai komisaris independent perusahaan tersebut namanya Bu Risa. Bu Risa jarang ke Jakarta lebih banyak di kantor pusat yang ada di Surabaya. Setelah aku yakinkan maka diterimalah Pak Amad ini sebagai anak buahku langsung, padahal aku penginnya ditaruh di warehouse saja. Jadi biar nggak langsung bersinggungan pekerjaan dengan aku. Tapi Ya sudahlah, mau gimana lagi. Toh niat saya hanya pengin nolong biar orang ini bisa kerja.

Hari pertama Pak Amad kerja langsung ke lapangan ada 3 container loading selesai muat dan dokumentasi kira-kira jam 12 malam. Perusahaan ini menggunakan fasilitas draw-back di departemen keuangan maka harus ada bea cukai dan dokumen harus selesai bersamaan container keluar dari pabrik.

Pada Jam istirahat jam 23.00

"Bu, maaf minta waktu"

"Ya pak, kenapa? Ada masalah pekerjaan?" tanyaku menyelidik

"Sekali lagi mohon maaf, bu"

"Belum lebaran pak, nggak usah minta maaf terus" aku tertawa tapi kulihat pak Amad serius

"Ada apa pak serius amat?"

"Saya baru tahu sekarang kalau ibu benar-benar kerja"

"OMG maksud?" aku agak heran aja. Apa orang ini salah obat nanyanya nggak puguh.

"Begini bu, saya sudah terlanjur cerita ke tetangga-tetangga kalau ibu sudah mau jual diri ke bos-bos orang India karena suaminya nganggur. Makanya pulangnya malem-malem terus kan. Saya jadi merasa sangat berdosa sama ibu. Saya mohon maaf beneran bu. Saya sudah memfitnah ibu ke para tetangga baik ibu-ibu maupun bapak-bapak. Ternyata pada kenyataannya ibu benar-benar bekerja hingga tengah malam"

Gubrak

Nggak pernah terlintas dibenakku seorang yang khusuk beragama dan istrinya yang setiap menit melantunkan ayat-ayat suci, yang tidak pernah meninggalkan sholat mampu membuat fitnah.

Aku ketawa ngakak, membuat pak Amad semakin merasa bersalah

"Ibu marah?"

"Ya enggak lah. Lucu aja pak, mana ada yang mau sama aku. Jelek begini"

Lagi-lagi aku ketawa. Asli dalam hatiku tak ada kemarahan sama sekali. Alhamdulillah aku selama ini lurus-lurus saja dan nggak kepikiran untuk berbuat aneh-aneh. Lho kok ya ada yang berfikiran seburuk itu ya. OMG. Ini benar-benar ada lho dalam kehidupanku.

Sebagai contoh nyata ini, ada beberapa kali Pak Rendra berniat membantu memberikan dana untuk aku alasannya karena suamiku nggak kerja, tapi selalu kutolak.

"Don't give me money for free. Give me business, so I will get money from business that you give to me" aku selalu bilang begitu

"Halah sombong, punya laki nggak kerja juga sombong"

"Maaf pak, ini prinsip hidup saya. Tuhan pasti memberi rejeki bagi keluarga kami"

Kali ini pak Rendra bener-bener salut sama prinsipku. Akhirnya aku diberi kesempatan terima order lokal dan boleh up 10% dari harga pabrik. "Nah, gitu pak" aku nyengir

Tepat jam 00.15 semua pekerjaan selesai dan kamipun pulang.

"Bareng saya aja bu, aku boncengin motor"

"Okelah"

Karena memang rumah kami berdampingan selisih satu rumah saja.

Sampai rumah setelah beres-beres langsung tidur, sebelum tidur aku kok kepikiran pembicaraan dengan pak Amad tadi "Wah kalau gitu bener kata pak Rendra ya tetang orang ini. Ah biarin lah.Mungkin Tuhan lagi pengin nunjukin saja kali"

Dua bulan berlalu dan Pak Amad sepertinya sudah mulai bisa menguasai pekerjaan. Pembicaraan malam itu sudah benar-benar saya lupakan.

Ternyata ada lagi hal aneh terjadi. Pada suatu hari Minggu saat kami di rumah ada sebuah cerita baru.

"Anna, aku mau main boleh nggak" seorang bocah teriak dari luar dan tiba-tiba sudah duduk bersama anakku main rumah-rumahan dan masak-masakan. Ya, anak ini Ika anaknya Pak Amad

"Main sambil makan ya sayang" kataku kepada mereka berdua.

"Teteh sudah mandi?"

"Sudah tante"

"Eh tante aku mau cerita nih"

"Iya sayang kenapa?"

"Kata papahku tante hebat lho di kantor, kerjanya sat set gitu. Keren pokoknya. Papahku tu cerita tentang tante melulu di rumah"

"Oh ya?" jawabku datar

Dalam hatiku bukan dia saja yang ngomong kayak gitu tapi hampir semua orang yang berhubungan dengan pekerjaanku. Maaf lho nggak nyombong hahaha. Prinsipku "Kerjakan sekarang yang bisa di selesaikan sekarang"

"Terus" lanjut si Ika

"Terusnya kan tante, masak mamahku marah-marah katanya iya ibu itu hebat daripada aku yang istrimu yang hanya tinggal di rumah" Ika yang masih SD kelas 1 ketawa. Ya karena nggak tau kalau mamahnya cemburu buta

"Oh, mamahmu capek kali teh. Mamahmu juga hebat lho, bisa mengurus semua kerjaan di rumah sendiri, kan keren juga" kataku

"Iya juga ya tente, nanti kubilang mamah deh. Kalau mamahku juga hebat kayak tante"

Owalah, makanya beberapa minggu ibu Amad ini sering mondar-mandir depan rumahku tapinya pas aku samper langsung melengos.

"Aduh-aduh bu bu, aku nggak tipe selingkuh ya bu" batinku.

Sejak itu aku nggak mau pulang barng lagi, mending minta anter sopir kantor atau naik ojek saja. Aku mulai cari-cari kerjaan di tempat lain. Rasanya nggak nyaman banget hidup kayak gini. Yang sudah ditolong malah ada rasa curiga begini.

Enam bulan berikutnya alhamdulillah aku dapat pekerjaan di salah satu pabriknya Indofood yang ada di Ciracas Jakarta Timur.

Terima kasih Tuhan sudah membersamaiku menjalani hidup.

Ini cerita sudah berpuluh-puluh tahun yang lalu. Semoga bisa menjadi pembelajaran hidup kita bersama saja. Ambil hikmah baiknya saja dan yang kiranya tidak baik jangan dijadikan contoh tapi dibuang saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun