Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kedepankan Toleransi untuk Indonesia Harmoni

8 September 2021   08:19 Diperbarui: 8 September 2021   08:26 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara yang sangat menghargai keberagaman. Karena Allah SWT menciptakan negeri ini dengan berjuta keberagaman di dalamnya. Mulai dari keragaman suku, budaya, bahasa hingga agama. Ribuan suku yang tersebar dari Aceh hingga Papua, mempunyai karakter dan latar belakang yang berbeda-beda. Karena itulah, perlu upaya untuk terus menyatukan keberagaman ini, agar tetap menjadi pemandangan yang indah.

Ibaratnya, Indonesia itu seperti taman yang dipenuhi dengan tanaman warna-warni, sehingga enak dipandang. Taman yang berwarna-warni, juga menjadi tempat yang menyenangkan bagi siapapun. Begitu juga Indonesia, harusnya bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi siapa saja. Karena negeri ini pada dasarnya sangat terbuka bagi siapa saja, sehingga semua orang punya hak dan kewajiban yang sama.

Seiring berjalannya waktu, ketika perkembangan teknologi mulai terjadi, ketika perkembangan informasi begitu pesat, justru muncul oknum tak bertanggung jawab yang secara sengaja menebarkan propaganda radikalisme. Oknum ini begitu masih menebarkan bibit radikalisme dengan berbagai bentuk dan cara. Salah satunya adalah dengan menyebarkan ujaran kebencian, hoaks dan provokasi.

Penyebaran konten negatif itu, selalu dilakukan ketika memasuki tahun politik, ketika bencana, ketika suatu daerah ada konflik, bahkan di masa pandemi seperti sekarang ini. Mereka terus menyebarkan kapan pun dan dimana pun. Dan masyarakat yang tingkat literasinya rendah, sudah pasti akan mudah diprovokasi dengan informasi menyesatkan yang tidak jelas kebenarannya.

Dampak dari penyebaran informasi menyesatkan tersebut memicu munculnya intoleransi. Bibit intoleransi inilah yang mendekatkan diri pada bibit radikalisme, yang bisa memicu terjadinya aksi terorisme. Dan jika ini terus dibiarkan, tentu kita semua yang rugi. Indonesia yang kaya akan keberagaman suku, agama, budaya dan Bahasa, berpotensi menjadi negara yang terpecah karena provokasi dan intoleransi.

Menjadi tugas kita bersama untuk mempertahankan negeri ini, dari potensi-potensi perpecahan. Bibit intoleransi dan radikalisme harus dikikis. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mendorong literasi di tengah masyarakat. Budaya baca harus terus ditingkatkan agar masyarakat tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang menyesatkan. Di era sekarang ini, terkadang sulit membedakan mana fakta mana hoaks. 

Apalagi jika tokoh masyarakat yang tidak melakukan cek ricek, turut ikut menyebarkan informasi yang salah. Masih banyak masyarakat yang lebih percaya tokoh, dibandingkan media massa. Karena itulah, para tokoh juga harus membekali diri dengan literasi yang kuat.

Mari kita sebarkan nilai-nilai kearifan local negeri ini melalui media sosial. Mari terus kita implementasikan nilai kearifan lokal dalam setiap ucapan dan perilaku. Dan mari kita tetap saling menghargai, menghormati dan saling peduli. Nilai-nilai itulah yang bisa membuat keragaman yang ada di negeri ini tetap harmoni. Bisa saling berdampingan tanpa harus saling mencaci.  Toleransi adalah kunci bagi kita untuk bisa hidup di negeri yang penuh keberagaman. Toleransi adalah proses untuk saling menghargai, menghormati dan peduli. Jangan biarkan negeri dipengaruhi oleh intoleransi dan propaganda radikalisme. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun