Siapa di antara kita yang tidak pernah merasa frustrasi di tempat kerja? Dokumen yang hilang, antrean yang panjang, rapat yang bertele-tele, atau produk yang harus diretur karena cacat kecil. Kita bekerja keras, lembur, dan berusaha keras, namun rasanya pekerjaan selalu lambat, mahal, dan hasilnya sering tidak konsisten.
Rasa frustrasi ini bukan karena kita kurang pintar, melainkan karena proses kita yang bocor. Kita membiarkan Pemborosan (Waste) dan Kesalahan (Variation) menggerogoti energi, waktu, dan, yang paling penting, keuntungan.
Inilah mengapa Anda perlu mengenal Lean Six Sigma (LSS). LSS sering dianggap sebagai ilmu rumit milik pabrik besar atau perusahaan multinasional. Padahal, LSS adalah metodologi paling praktis dan terstruktur yang bisa diterapkan oleh siapa saja---mulai dari UMKM yang ingin mengefisienkan pengiriman, hingga pekerja kantoran yang ingin menghilangkan rapat yang tidak perlu.
LSS adalah perpaduan dua filosofi utama: Lean (fokus pada kecepatan dan penghilangan pemborosan) dan Six Sigma (fokus pada kualitas dan penghilangan kesalahan).
Kekuatan Lean: Mengapa Kita Sering Membuang Waktu
Filosofi Lean, yang berasal dari Toyota Production System, mengajarkan kita untuk melihat segala sesuatu yang tidak menambah nilai bagi pelanggan sebagai pemborosan (Muda).
Coba kita lihat di kehidupan sehari-hari kantor atau bisnis online Anda, pemborosan ini mungkin berbentuk:
- Waktu Menunggu (Waiting): Menunggu persetujuan atasan, menunggu supplier, atau menunggu hasil lab. Ini adalah waktu mati yang dibayar.
- Gerakan Tidak Perlu (Motion): Bolak-balik mencari file yang tidak terorganisir di server atau mencari alat di meja yang berantakan.
- Kelebihan Proses (Overprocessing): Membuat laporan yang sangat detail padahal atasan Anda hanya butuh ringkasannya, atau meminta tanda tangan lima pihak untuk dokumen sederhana.
- Cacat (Defects): Produk harus di-retur, email harus dikirim ulang karena salah data.
Tugas Lean: Identifikasi pemborosan ini dan hapus atau sederhanakan. Hasilnya? Proses jadi lebih cepat, biaya operasional turun, dan stres kerja berkurang.
Kekuatan Six Sigma: Mengapa Konsistensi Adalah Raja
Jika Lean fokus pada kecepatan, Six Sigma fokus pada kualitas dan konsistensi. Tujuannya adalah memastikan output proses Anda (baik itu produk fisik atau layanan) selalu berada dalam standar yang sama---alias, tidak ada kesalahan.
Six Sigma menggunakan data dan statistik untuk mencari akar masalah (Root Cause) dari setiap kegagalan, bukan hanya mengobati gejalanya.
Contoh: Ketika pelanggan sering komplain produk rusak saat pengiriman (gejala), Six Sigma tidak hanya mengganti produknya (mengobati gejala). Six Sigma akan bertanya: Mengapa? Apakah karena kemasan kurang kuat? Apakah tim pengemasan kurang pelatihan? Apakah supplier bahan baku yang cacat?