Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Musik Kreatif Campursari Sukses Buat Presiden Jokowi Sumringah

18 Agustus 2022   16:04 Diperbarui: 18 Agustus 2022   16:09 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain musik tradisional, campursari juga sekarang sudah modern. Kalau kata gua sih, ada tambahan kreatifitas yang ngebuat musik ini jadi lebih hidup. Kita tahu, campursari sebelumnya hanya populer di beberapa daerah di Jawa seperti Yogyakarta hingga Surakarta. Namun sekarang, campursari udah masuk ke berbagai daerah di luar Jawa seperti Kalimantan, Sumatera hingga Sulawesi. 

Karena anak-anak muda kreatif masuk, maka nuansa kelokalannya jadi hidup guys. Alat musik modern yang dipadupadankan dengan genre musik ini sih ada beberapa macam. Ada drum elektrik, bass dan gitar elektrik, keyboard synth-heizer dan terompet. 

Kalau lo lihat dalam video official band campursari yang kini naik daun seperti Denny Caknan, Ndarboy Genk dkk, maka nampak jelas mereka berhasil mengkolaborasikan ke dua jenis alat musik ini hingga menjadi sebuah harmoni. Lagu-lagu mereka juga bisa mendapat rating yang tinggi baik di Youtube Music maupun platform musik lain seperti Spotify atau Joox.

Perpaduan yang mereka kreasikan tidak meninggalkan semangat kelokalan yang ada. Mereka sepertinya sukses menemukan selera musik yang dibutuhkan anak muda saat ini. Alih-alih meninggalkan identitas campursari, mereka mengelaborasikannya begitu apik dengan musik pop modern.

Kedua, selain bisa memadupadankan alat musik modern dan alat musik tradisional, campursari modern juga kuat dengan lirik-liriknya. Ada kesan yang ditangkap oleh pendengar bahwa lirik lagu ini sangat menggambarkan dirinya. Liriknya dalam dan penuh makna.

Tidak hanya lagu "Ojo dibandingke", kita semua pernah menikmati lagu "Mendung tanpa Udan" karangan Ndarboy Genk atau "Medot Janji"  yang dipopulerkan Denny Caknan. Bila di teliti, lagu patah hati ini itu sederhana namun penuh makna. Walau didominiasi dengan bahasa jawa, orang yang ngga ngerti bahasa jawa pun sepertinya enjoy dengan lirik-liriknya. 

Kesederhanaan lirik lagu campursari sering kita temuin sehari-hari dan sangat erat dengan para pekerja. Di tengah derasnya gempuran medsos dan selera muda-mudi yang kian hari ikut berubah, lirik-lirik lagu campursari toh bisa dengan mudah menyesuaikan diri. Ini sih yang gua lihat mengapa campursari sekarang bisa dapat panggung yang besar.

Para band campursari modern ini udah ngehits dan merajai panggung musik modern. Dulu yang paling terkenal itu adalah almarhum Didi Kempot. Sang maestro ini sukses membuat generasi muda jadi ambyar. 

Lewat lagu-lagunya yang penuh dengan diksi patah hati dan kehilangan, Didi Kempot bisa masuk ke lintas kelas dan generasi. Telinga kita seakan-akan mudah menerima setiap untain kata yang diucapkan. Jadi tidak sulit untuk memahami apa pesan yang coba disampaikan oleh pemilik lagu. 

Kini panggung itu sudah di isi oleh raja baru campusari Farel Prayoga. Yah memang masih muda sih, tapi ingat pesan Presiden Jokowi, "Nyanyi boleh tapi jangan lupa sekolah". Buat Farel dan anak-anak di luar sana semoga terus berkarya. 

Kolaborasi musik campusari harus kita akui menjadi primadona baru di masyarakat berkat sebuah kreativitas. Momentum ini harus dijadikan semangat baru untuk mengkreasi ulang genre musik daerah agar lebih hidup, mendapat pendengar dan yang pasti tidak mati ditinggal zaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun