Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Musik Kreatif Campursari Sukses Buat Presiden Jokowi Sumringah

18 Agustus 2022   16:04 Diperbarui: 18 Agustus 2022   16:09 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : (Biro Pers, Media Informasi dann Sekretariat Presiden)

Setelah dua tahun absen melakukan upacara karena pandemi, tahun ini pemerintah sukses menggelajar hajatan kemerdekaan dengan meriah seperti sedia kala. Tampil sebagai juru kunci, Farel Prayoga dengan tembang "Ojo dibandingke" berhasil membuat Presiden Jokowi dan kolega sumringah. 

Ada yang unik ketika upacara pengibaran bendera merah putih berlangsung di istana kepresidenan hari Rabu tanggal 17 Agustus 2022. Tidak seperti biasanya, nampaknya panitia acara tahu betul kapan mengeluarkan senjata rahasia mereka agar para tamu dan peserta upacara bisa tertawa riang bersama. 

Tak terkecuali Presiden Jokowi beserta wakil Presiden Maruf Amin, keduanya kompak tersenyum sumringah menyaksikan penampilan dari seorang bocil. 

Nampak juga para menteri seperti Menkeu Sri Mulyani, Menhan Prabowo Subianto, Men-PUPR Basuki Hadimuljono  turun ke lantai dansa. Asik... hehe. Dikelilingi oleh Putri Indonesia, mereka lenggak-lenggok mengikuti alunan musik. Seakan-akan masalah jadi hilang untuk sementara waktu... Wkwkw

Dibalik suksesnya  para Paskibraka mengibarkan bendera merah putih dan Paduan Suara Gita Bahana Nusantara yang berhasil menyanyikan musik-musik kebangsaan, ada sesosok anak kecil yang tampil percaya diri. Pas nonton di tv, gua kira dia ini temannya Jan Ethes, eh tau-taunya mau nyanyi di hadapan para tamu undangan. 

Sebut saja namanya Farel Prayoga. Anak ini usianya baru menginjak 12 tahun, akan tetapi punya kekuatan vokal yang super aduhai. Tampil dengan membawakan lagu Ojo dibandingke karangan Agus Purwanto atau yang populer disapa Abah Lala, para pejabat negara dibuat girang kebahagiaan. Lo yang nonton langsung di TV ikut joged juga ngga? 

Jujurly, sedikit banyak jempol tangan kiri dan kanan gua ikut bergerak secara otomatis. Sekuat hati ku menahannya, namun alunan musik campur sari ini begitu tak terbendung untuk tak dinikmati. Apalagi lagunya sangat merakyat yah guys. Ojo dibandingke alias Jangan Dibandingkan.

Bisa dibilang saat ini campusari punya tempat di hati masyarakat. Banyak yang diem-diem  ikut menikmati musik ini walau kadang ga tahu artinya, termasuk gua sendiri. Buat lo yang bertanya-tanya apa enaknya sih musik campursari? Kok orang-orang pada seneng dengernya apalagi sambil joged-joged seperti itu? Mari kita ngulik...

Pertama, menurut gua alunan musik campursari itu sangat identik dengan budaya tradisional bangsa kita. Itu semua terjadi berkat alat musik yang dimainkan. Alat musik yang dominan ketika campursari udah ke play adalah kendang, suling, gong, demung  dan ukulele. 

Jenis-jenis musik seperti ini kerap kita temukan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Waktu sekolah juga gua masih inget sering ada kegiatan ekstrakulikuler tentang musik tradisional. Jadi wajar sih, bunyi alat musik ini bukan hanya akrab tapi sedari nenek moyang kita lahir, mereka sudah memainkannya. 

Selain musik tradisional, campursari juga sekarang sudah modern. Kalau kata gua sih, ada tambahan kreatifitas yang ngebuat musik ini jadi lebih hidup. Kita tahu, campursari sebelumnya hanya populer di beberapa daerah di Jawa seperti Yogyakarta hingga Surakarta. Namun sekarang, campursari udah masuk ke berbagai daerah di luar Jawa seperti Kalimantan, Sumatera hingga Sulawesi. 

Karena anak-anak muda kreatif masuk, maka nuansa kelokalannya jadi hidup guys. Alat musik modern yang dipadupadankan dengan genre musik ini sih ada beberapa macam. Ada drum elektrik, bass dan gitar elektrik, keyboard synth-heizer dan terompet. 

Kalau lo lihat dalam video official band campursari yang kini naik daun seperti Denny Caknan, Ndarboy Genk dkk, maka nampak jelas mereka berhasil mengkolaborasikan ke dua jenis alat musik ini hingga menjadi sebuah harmoni. Lagu-lagu mereka juga bisa mendapat rating yang tinggi baik di Youtube Music maupun platform musik lain seperti Spotify atau Joox.

Perpaduan yang mereka kreasikan tidak meninggalkan semangat kelokalan yang ada. Mereka sepertinya sukses menemukan selera musik yang dibutuhkan anak muda saat ini. Alih-alih meninggalkan identitas campursari, mereka mengelaborasikannya begitu apik dengan musik pop modern.

Kedua, selain bisa memadupadankan alat musik modern dan alat musik tradisional, campursari modern juga kuat dengan lirik-liriknya. Ada kesan yang ditangkap oleh pendengar bahwa lirik lagu ini sangat menggambarkan dirinya. Liriknya dalam dan penuh makna.

Tidak hanya lagu "Ojo dibandingke", kita semua pernah menikmati lagu "Mendung tanpa Udan" karangan Ndarboy Genk atau "Medot Janji"  yang dipopulerkan Denny Caknan. Bila di teliti, lagu patah hati ini itu sederhana namun penuh makna. Walau didominiasi dengan bahasa jawa, orang yang ngga ngerti bahasa jawa pun sepertinya enjoy dengan lirik-liriknya. 

Kesederhanaan lirik lagu campursari sering kita temuin sehari-hari dan sangat erat dengan para pekerja. Di tengah derasnya gempuran medsos dan selera muda-mudi yang kian hari ikut berubah, lirik-lirik lagu campursari toh bisa dengan mudah menyesuaikan diri. Ini sih yang gua lihat mengapa campursari sekarang bisa dapat panggung yang besar.

Para band campursari modern ini udah ngehits dan merajai panggung musik modern. Dulu yang paling terkenal itu adalah almarhum Didi Kempot. Sang maestro ini sukses membuat generasi muda jadi ambyar. 

Lewat lagu-lagunya yang penuh dengan diksi patah hati dan kehilangan, Didi Kempot bisa masuk ke lintas kelas dan generasi. Telinga kita seakan-akan mudah menerima setiap untain kata yang diucapkan. Jadi tidak sulit untuk memahami apa pesan yang coba disampaikan oleh pemilik lagu. 

Kini panggung itu sudah di isi oleh raja baru campusari Farel Prayoga. Yah memang masih muda sih, tapi ingat pesan Presiden Jokowi, "Nyanyi boleh tapi jangan lupa sekolah". Buat Farel dan anak-anak di luar sana semoga terus berkarya. 

Kolaborasi musik campusari harus kita akui menjadi primadona baru di masyarakat berkat sebuah kreativitas. Momentum ini harus dijadikan semangat baru untuk mengkreasi ulang genre musik daerah agar lebih hidup, mendapat pendengar dan yang pasti tidak mati ditinggal zaman. 

Aransemen dan sentuhan kreatif anak muda memiliki andil besar bagi campusari sebagai musik pemersatu bangsa. Alat musik modern dan tradisonal dalam balutan lirik yang sederhana nan merakyat membuat campusari mendapat apresiasi yang luar biasa. Kala musiknya sudah berdendang, maka pinggul dan jempolmu ikut bergoyang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun