Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Akibat Posting Gaji, Guru Honorer Terancam Dipecat

15 Februari 2021   15:48 Diperbarui: 15 Februari 2021   16:12 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : makassar.tribunnews.com

Kisah pilu dialami oleh seorang Guru Honorer yang bernama Hervina. Ia harus rela dipecat oleh pimpinannya hanya karena permasalahan sepele. Keputusan pahit itu ia terima setelah memposting sebuah foto yang berisikan pendapatannya sebagai seorang guru honorer di SDN 169 Saddar Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.

Atas kejadian tersebut, banyak kalangan yang merasa prihatin kepada Hervina, pun saya juga demikian. Kemalangan yang dialami oleh Hervina pun menyeruak ke lini masa dan mendapat perhatian serius dari netizen. Walaupun netizen hanya bisa memberikan like, komentar dan membagikan kasus ini di media sosial, ternyata memberikan manfaat juga. Kasus ini akhirnya mendapat perhatian dari lembaga terkait dan pemerhati kebijakan terkait guru dan dunia pendidikan.

Bermula dari gaji yang diterima oleh Hervina, ia kemudian menuliskannya pada secarik kertas. Pada kertas itu tertulis besaran jumlah gaji yang ia terima selama 4 bulan. Selain itu tak lupa Hervina juga merincikan uang yang harus ia keluarkan lagi tatkala telah menerima gaji.

Tangkapan layar facebook dari akun Hervina, melalui laman iNews.com
Tangkapan layar facebook dari akun Hervina, melalui laman iNews.com

Dalam foto yang ia unggah nampak Hervina menerima gaji hanya sebesar 700.000 rupiah per empat bulan. Lalu pengeluaran yang Hervina keluarkan juga sama besarannya, yaitu 700.000. Pengeluaran Hervina yaitu di antaranya membayar utang sebesar 500.000 dan sisanya untuk dibagikan kepada keluarga dengan total 200.000. Secara matematis, gaji Hervina selama empat bulan tak meninggalkan jejak apa-apa bagi dirinya sendiri.

Karena gaji empat bulan Hervina telah ludes untuk menutupi utang dan lain sebagainya, Hervina pun menuliskan lagi di secarik kertas tersebut:

"Untuk saya mana?"

Hervina kemudian lalu mengunggahnya di Facebook. Selang beberapa waktu, Hervina lalu dipanggil oleh Kepala Sekolah dan mempersilahkan kepada Revina untuk mencari tempat kerja baru. Diketahui sumber gaji yang diterima oleh Hervina berasal dari Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah).

Apa yang dialami oleh Hervina ini sesungguhnya berkutat pada kesejahteraannya sebagai seorang guru honorer di daerah pedesaan. Permasalahan tenaga honorer di Indonesia memang sedari dulu menjadi lingkaran setan yang belum ada obatnya. Alhasil, apa yang dialami oleh Hervina sejatinya juga dirasakan oleh guru-guru honorer yang lain.

Upah yang diterima oleh Hervina pun sesungguhnya jauh dari kata layak, apalagi dimasa pandemi seperti ini. Andaikata gaji anda 700 ribu per empat bulan, apa yang anda lakukan? Tentu kita atau sebagian besar orang akan merasa bahwa gaji tersebut telah menyalahi nilai kemanusiaan. Tetapi bagaimana bila saya ubah pertanyaannya, bila gaji anda sebulan 250 juta, apa yang akan anda lakukan?

Jika kita kalkulasikan, selama empat bulan Hervina menerima gaji sebesar 700 ribu rupiah, berarti dalam sebulan hanya menerima 175 ribu rupiah. Artinya dalam satu tahun bekerja, Hervina hanya mendulang rupiah sebesar 2.100.000. Bandingkan dengan UMR Yogyakarta yang katanya terkenal rendah itu. Sebulan saja UMR Kota Yogyakarta sebesar 2.069.530. Tentu gaji yang diterima Hervina masih jauh dari kata cukup.

Konsekuensi bekerja sebagai seorang guru honorer di Indonesia memang memilukan. Sekolah-sekolah yang berada didaerah perbatasan, terpencil maupun daerah terluar umumnya masih sangat kekurangan tenaga guru. Syukurlah masih ada orang-orang seperti Hervina ini yang mau mengabdikan dirinya demi anak-anak yang tinggal di sana.

Program pengangkatan guru honorer sebagai PNS pun sedianya telah dilakukan. Namun lagi-lagi pemerintah juga memiliki keterbatasan untuk mengangkat para guru honorer ini. Ibarat pepatah, hidup tak segan mati tak mau, para guru honorer ini harus mau bersabar agar kelak diangkat sebagai Guru dengan status PNS.

Lalu permasalahan baru lagi muncul. Setelah pemerintah mengangkat para guru honorer ini, selang beberapa waktu sekolah akhirnya kembali sepi. Mereka para guru yang berstatus PNS ramai-ramai meminta mutasi didaerah yang agak dekat dengan kota, inilah dan itulah. Alhasil guru-guru honorer kembali menjadi tameng utama untuk menguatkan kekosongan yang ditinggalkan akibat proses mutasi tersebut.

Konsekuensi yang diterima oleh Hervina sesungguhnya sarat makna. Pada kasus ini, Hervina hanyalah mengunggah kepingan foto gajinya yang terlampau sedikit itu. Hervina pun juga tidak menyinggung atau mencemarkan nama baik sekolahnya. Ia hanya menuliskan rilis kehidupannya sebagai seorang guru honorer di pedesaan. Mana tahu pemerintah daerah atau pemerintah pusat mau memberikan perhatian yang lebih serius dan jalan keluar, bukan ditendang keluar dari tempatnya mengajar saat ini.

Pengabdian yang dilakukan Hervina selama 15 tahun di SDN 169 Bone, tentu suatu hal yang luar biasa. Tak banyak orang yang mau untuk mengajar didaerah pedesaan nun jauh di sana. Kinerja Hervina seharusnya menjadi sebuah tolak ukur utama sebelum ia dipecat dari sekolah.

Kepada Hervina, bila Ibu memang masih tetap yakin mengajar anak-anak disana dengan hati yang tulus ikhlas dan dibayar dengan sedemikian adanya, saya yakin bakti ibu ini akan membuahkan hasil yang indah dimasa depan. Tenang saja, masih banyak kok guru honorer yang bernasib sama, bahkan ada yang tak menerima gaji sama sekali. Anda adalah guru pemberani yang mau menerima kenyataan pahit.

Semoga juga pihak sekolah dan Dinas Pendidikan setempat memberikan ruang mediasi kepada Hervina. Duduk perkara permasalahan ini harus diselesaikan dengan kepala dingin. Sebagai seseorang yang sama-sama berprofesi Guru, saya yakin kepala sekolah masih mau memberikan kesempatan kepada Ibu Hervina untuk mengajar lagi. Kalian adalah pahlawan tanpa tanda jasa dan dikenal sebagai tiang kehidupan. Permasalahan ini semoga tidak berlarut-larut, dan anak-anak SDN 169 bisa kembali tersenyum, salah satu gurunya tak jadi dipecat.

Tabik.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun