Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Akibat Posting Gaji, Guru Honorer Terancam Dipecat

15 Februari 2021   15:48 Diperbarui: 15 Februari 2021   16:12 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : makassar.tribunnews.com

Jika kita kalkulasikan, selama empat bulan Hervina menerima gaji sebesar 700 ribu rupiah, berarti dalam sebulan hanya menerima 175 ribu rupiah. Artinya dalam satu tahun bekerja, Hervina hanya mendulang rupiah sebesar 2.100.000. Bandingkan dengan UMR Yogyakarta yang katanya terkenal rendah itu. Sebulan saja UMR Kota Yogyakarta sebesar 2.069.530. Tentu gaji yang diterima Hervina masih jauh dari kata cukup.

Konsekuensi bekerja sebagai seorang guru honorer di Indonesia memang memilukan. Sekolah-sekolah yang berada didaerah perbatasan, terpencil maupun daerah terluar umumnya masih sangat kekurangan tenaga guru. Syukurlah masih ada orang-orang seperti Hervina ini yang mau mengabdikan dirinya demi anak-anak yang tinggal di sana.

Program pengangkatan guru honorer sebagai PNS pun sedianya telah dilakukan. Namun lagi-lagi pemerintah juga memiliki keterbatasan untuk mengangkat para guru honorer ini. Ibarat pepatah, hidup tak segan mati tak mau, para guru honorer ini harus mau bersabar agar kelak diangkat sebagai Guru dengan status PNS.

Lalu permasalahan baru lagi muncul. Setelah pemerintah mengangkat para guru honorer ini, selang beberapa waktu sekolah akhirnya kembali sepi. Mereka para guru yang berstatus PNS ramai-ramai meminta mutasi didaerah yang agak dekat dengan kota, inilah dan itulah. Alhasil guru-guru honorer kembali menjadi tameng utama untuk menguatkan kekosongan yang ditinggalkan akibat proses mutasi tersebut.

Konsekuensi yang diterima oleh Hervina sesungguhnya sarat makna. Pada kasus ini, Hervina hanyalah mengunggah kepingan foto gajinya yang terlampau sedikit itu. Hervina pun juga tidak menyinggung atau mencemarkan nama baik sekolahnya. Ia hanya menuliskan rilis kehidupannya sebagai seorang guru honorer di pedesaan. Mana tahu pemerintah daerah atau pemerintah pusat mau memberikan perhatian yang lebih serius dan jalan keluar, bukan ditendang keluar dari tempatnya mengajar saat ini.

Pengabdian yang dilakukan Hervina selama 15 tahun di SDN 169 Bone, tentu suatu hal yang luar biasa. Tak banyak orang yang mau untuk mengajar didaerah pedesaan nun jauh di sana. Kinerja Hervina seharusnya menjadi sebuah tolak ukur utama sebelum ia dipecat dari sekolah.

Kepada Hervina, bila Ibu memang masih tetap yakin mengajar anak-anak disana dengan hati yang tulus ikhlas dan dibayar dengan sedemikian adanya, saya yakin bakti ibu ini akan membuahkan hasil yang indah dimasa depan. Tenang saja, masih banyak kok guru honorer yang bernasib sama, bahkan ada yang tak menerima gaji sama sekali. Anda adalah guru pemberani yang mau menerima kenyataan pahit.

Semoga juga pihak sekolah dan Dinas Pendidikan setempat memberikan ruang mediasi kepada Hervina. Duduk perkara permasalahan ini harus diselesaikan dengan kepala dingin. Sebagai seseorang yang sama-sama berprofesi Guru, saya yakin kepala sekolah masih mau memberikan kesempatan kepada Ibu Hervina untuk mengajar lagi. Kalian adalah pahlawan tanpa tanda jasa dan dikenal sebagai tiang kehidupan. Permasalahan ini semoga tidak berlarut-larut, dan anak-anak SDN 169 bisa kembali tersenyum, salah satu gurunya tak jadi dipecat.

Tabik.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun