Mohon tunggu...
Fergusoo
Fergusoo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Spe Salvi Facti Sumus

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Seusai Pandemi, Mungkinkah Kita Menggugat Jokowi?

24 Maret 2020   21:42 Diperbarui: 24 Maret 2020   21:50 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto (pinterpolitik.com)

Rasio peningkatan kasus Korona di Indonesia meningkat tajam. Hari lepas hari, pemberitaan mengenai  pandemi ini selalu memakan korban baru. Entah kasus positif atau sementara masih dalam status ODP dan PDP.

Melansir laman kompas.com, update perkembangan kasus corona di Indonesia(24/3) sudah berjumlah 686 orang. 30 orang berhasil sembuh dan 55 dinyatakan meninggal dunia. Angka ini jadi yang paling tinggi dibanding negara lain di kawasan Asia Tenggara.

Upaya penaganan pandemi covid 19 oleh pemerintah baik pusat maupun daerah telah gencar dilakukan. Saat ini dibeberapa daerah telah masif dilaksanakan sosialisasi dan himbauan tentang cara pencegahan virus korona. Masyarakat dihimbau untuk tetap dirumah dan displin mengkarantinakan dirinya sendiri agar tidak tertular.

Tidak sampai disitu, ekonomi kita juga sedang terguncang dan porak poranda karena korona. Siapa sangka, mikroorganisme sekecil virus mampu menggoyahkan besarnya sebuah bangsa? Itu nyata kawan. Seperti difilm-film.

Lalu yang tersisa adalah sejumlah kerugian besar yang harus ditanggung oleh masyarakat. Tukang-tukang tidak kerja, buruh dan pekerja harian lepas kehilangan pekerjaan, dan yang paling parah adalah ancaman lockdown.

Sejumlah pengamat menyatakan bahwa jika Jakarta lockdown sudah barang pasti negeri kita akan hancur. Karena 70% uang berputar di Jakarta. Lalu kepada siapakah tanggung jawab akan musibah dan kerugian dari bencana ini kita mintai?

Seandainya saja waktu itu kita lebih siap dan terkesan tidak meremehkan dengan guyonan maupun dengan minum jamu. Mungkin keadaan yang sekarang tidak akan terjadi lebih parah. Keluarga Korban yang meninggal dan tenaga medis  yang gugur saat berperang menyembuhkan pasien pun tak tahu harus mengaduh kemana.

Apakah uang saja cukup untuk menutupi kelalaian ini? Saya rasa tidak. Ada tanggung jawab yang lebih besar yang seharusnya dilakukan oleh istana.

Bermula dari pernyataan sikap Menteri Kesehatan, dr. Terawan Agus Putranto, yang menolak mentah-mentah hasil riset tim peneliti dari Harvard yang menyebut kalau mungkin sudah ada warga Indonesia.yang terinfeksi Corona (11/2).

Tak sampai sebulan. Ia pun terpaksa harus memasang muka tebal bersama Presiden didepan awak media saat mengumumkan kasus korona yang positif terkena pada dua orang warga Depok.

Bermula dari sikap abai tersebutlah, mata rantai penyebaran kasus korona terus sambung menyambung. Ia digeser, dan Sekjen P2P , Achmad Yurianto didapuk sebagai Juru Bicara Pemerintah dalam penanganan virus korona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun