Mohon tunggu...
Pende Lengo
Pende Lengo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi UNG

Gadis Gingsul Gorontalo

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menziarahi Mereka yang Pergi Seusai Cerita

10 Maret 2024   18:09 Diperbarui: 10 Maret 2024   22:31 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan. Dokpri edit Canva 

 

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya." QS. Ali Imran: 185

Tak ada sesuatu yang abadi di dunia. Setiap yang bernyawa pasti akan mati sesuai dengan waktunya. Semua ini milik Allah dan kelak kembali diambil Allah SWT Sang Khaliq.

Baca juga: Malam Panjang

Kematian merupakan hal mutlak ketetapan Tuhan. Penuh misteri tersimpan yang hanya diketahui oleh Sang Maha Mengetahui. Entah kapan dan bagaimana caranya, tentu hanya Allah SWT semata yang tahu.

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: 'Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.'"(QS al-Baqarah [2] : 155-156)

Dua tahun sudah berlalu setelah aku mengucap kalimat di atas. Tak ada lagi cerita orang-orang zaman dulu versi opa. Tak ada lagi kisah orang Belanda dan Jepang yang dulu datang kemari. Tak ada lagi poster-poster bola kegemaran setiap 4 tahun sekali itu. Tak ada lagi cerita dulu belum ada listrik lantas terbangun dengan hitamnya lubang hidung sebab kebanyakan asap lampu minyak. Tak ada lagi karlota orang-orang dulu yang jadi adaptasi dongeng sebelum tidur.  

Opa memang telah pergi... menyusul orang kesayangannya yang telah duluan. Meninggalkan anak-anaknya, termasuk aku cucunya yang terakhir, dan cicitnya yang baru satu. Tak ada yang dibawanya selain bersama kafan pakaian terakhir, bahkan piagam penghargaan tanda pengabdian di PLN dibiarkannya di kamar. Hanya pakaian terakhir beserta amal kebaikan yang terpatri dalam sanubari orang sepanjang hidup. Diantar keranda, kendaraan terakhir dan diiringi tangisan kesedihan. 

Assalaamu 'alaa ahlid diyaar, minal mu'minina wal muslimiin, antum lana farthun, wa nahnu insyaallahu bikum laahiquun.

Allahumma innii as-aluka bihaqqi Muhammadin wa ali Muhammad an laa tu'adzdziba hadzal may-yit.

Allahumarham ghurbatahu, wa shil wahdatahu, wa anis wahsyatahu, wa amin raw'atahu, wa askin ilayhi min rahmatika yastaghni biha 'an rahmatin min siwaka, wa alhighu biman kama yatawallahu.

Demikian, semoga dengan ziarah makam bisa mengingatkan kita kepada akhirat. Menjadi alarm dalam hidup akan datangnya kematian. Dan sebagai persiapan puasa menyambut Ramadan penuh berkah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun