Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Bulutangkis China Perkasa di Olimpiade, karena Mengadopsi Cara Simulasi Indonesia

5 Agustus 2021   05:15 Diperbarui: 5 Agustus 2021   19:35 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(SCREENSHOT/@aiyuke) 

Hasil dari Olimpiade Rio 2016, membuat China tiba-tiba panik. Keperkasaan yang diraih di Olimpiade London 2012, memudar pamornya seakan-akan kekuatan China mulai digembosi oleh lawan-lawannya.

Selepas Olimpiade Rio 2016, China praktis hanya dominan di sektor Ganda Campuran. Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong dan Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping muncul sebagai kekuatan baru sektor Ganda Campuran China, kedua pasangan ini bergantian menjadi Juara di kompetisi mayor BWF.

Di sektor Tunggal Putra, Kento Momota dan Viktor Axelsen berusaha untuk mengganggu dominasi Chen Long. Persaingan merata terjadi di sektor Tunggal Putri, Chen Yu Fei tidak bisa terlalu dominan seperti era tunggal putri China di tahun 2000-an.

Sewaktu-waktu Tai Tzu Ying, Carolina Marin, Nozomi Okuhara dan Akane Yamaguchi dapat bergantian berebut gelar juara, belum lagi ada kejutan dari Pusarla V. Sindhu dan si anak ajaib An Seyoung.

Sementara untuk Ganda Putra, pasangan Indonesia Marcus/Kevin dan Hendra/Ahsan terus mendominasi. Dan di Sektor Ganda Putri, para pemain asal Jepang Yuki Fukushima/Sayaka Hirota, dan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara berusaha mengganggu Ganda Putri China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.

Wajar jika, Asosiasi Bulutangkis China (CBA) panik jelang Olimpiade Tokyo 2020, karena Olimpiade kali ini diselenggarakan di Jepang, yang saat ini menjadi kekuatan baru Bulutangkis dunia. 

Ditambah lagi dengan adanya pandemi covid-19, praktis hampir seluruh pemain terbaik China absen dalam kompetisi bulutangkis BWF.  

Lama menganggur tidak mengikuti kompetisi resmi BWF, sudah pasti akan mengganggu performa pemain China ketika bertanding di ajang resmi Olimpiade Tokyo 2020.

Hal ini, disiasati oleh China dengan melakukan simulasi pertandingan mirip dengan pertandingan resmi Olimpiade sungguhan. 

Cara simulasi China, meniru simulasi yang telah dilakukan oleh Indonesia. PBSI melakukan simulasi pada 16-17 Juni 2021.

Sementara simulasi Olimpiade China dilakukan pada 25-27 Juni 2021. Demi tampil maksimal di Olimpiade, CBA menyulap arena tempat simulasi mirip dengan venue Olimpiade Tokyo 2020. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun