Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - lecturer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Cahaya Lilin

12 Januari 2019   22:57 Diperbarui: 13 Januari 2019   00:57 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustr: Kothya Sathya

kata-kata yang kita bisikkan
dengan lembut
dalam bahasa kita sendiri
saat kita diam-diam
memerintah kerajaan kita
dari tahta bantal kita

kamu peluk aku erat-erat
dan ruangan itu remang-remang
ketika tentaraku
meletakkan tangan mereka
dan aku mulai membiarkanmu masuk

novel tentang mimpi dan masa kecil
cerita tentang malam tanpa tidur
laporan semua ketakutan irasionalku
yang aku akui dengan cahaya lilin redup

pikiran-pikiran yang
belum pernah kudengar sebelumnya
jatuh dari mulutku, aku tersedak
pada kebrutalan semua kata jujurku
dan ide-ide yang kamu provokasi

seperti burung di dalam sangkar
perasaanku terperangkap terlalu lama
dan debu di halaman ini
telah ada di sana selama ini

pertama kali aku terluka
aku bersumpah itu adalah yang terakhir
tetapi aku memulai kembali
dengan gelas diisi anggur merahku

saat kita perlahan-lahan tertidur
di tidur nyenyak kita
berdua diselimuti oleh malam
aku memang mulai bertanya-tanya
jika aku harus mengakui cinta
dengan cahaya lilin nan redup

***
Solo, Sabtu 12 Januari 2019. 22:33
'salam hangat penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun