Mohon tunggu...
Soni Indrayana
Soni Indrayana Mohon Tunggu... Freelancer - Pengrajin kata, kaptennya pesawat kertas

Hanya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Dunia Media Sosial, Kehidupan Selalu Berjalan Sempurna

12 September 2018   17:17 Diperbarui: 12 September 2018   17:32 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: panditfootball

Tidak ada yang sempurna di dalam kehidupan ini, kesempurnaan hidup hanya ada di dunia media sosial. Hanya di media sosial kita bisa merasakan betapa orang lain memiliki kehidupan yang sempurna, memiliki banyak uang, banyak waktu, pasangan yang romantis dan lain-lain. Media sosial bagai taman paling indah yang dapat menjadi pembanding mana kehidupan yang bahagia dan mana kehidupan yang melarat. 

Melalui media sosial kita mengenal ragam makanan dari restoran atau kafe yang baru saja grand opening, pakaian yang sedang trend, cara bersikap romantis kepada pasangan, orang-orang yang punya banyak teman melalui unggahan hangout mereka, sampai melihat tempat di kota atau negara lain dari teman kita yang tiba-tiba mengaku sebagai seorang traveller.

Media sosial seperti sudah menjadi buku harian (diary) modern di kehidupan masa kini. Setiap pengalaman yang didapat seolah kurang berkesan bila tidak diunggah ke story Instagram misalnya, kemudian dirangkai dengan penanda dimana kejadian itu berlangsung, apakah di mal, kafetaria popular, bioskop, toko baju, Singapura, Malaysia atau di Amerika, yang terpenting tempat itu punya nama atau punya kesan untuk dibagikan. 

Betapa "buku harian" yang demikian begitu menarik, apalagi tidak seperti buku harian konvensional yang hanya dibaca oleh penulis sendiri, buku harian modern ini justru dapat dinikmati siapa saja, terutama teman-teman dekat yang menjadi followers setia.

Selain buku harian aktivitas pribadi, media sosial juga sudah mulai dijadikan "catatan harian untuk pernikahan" loh! Dari media sosial kita bisa tahu siapa yang rumah tangganya penuh masalah karena sering update status galau dan siapa yang rumah tangganya begitu bahagia karena bisa membagikan momen-momen kemesraan kepada para followers yang setia hunting di depan layar ponsel pintar. Tak jarang, kita menjadi baper sendiri melihatnya, karena kita belum punya pasangan, atau karena pasangan kita tidak ahli main cubit-cubitan di depan kamera.

Media sosial mengantarkan kita kepada "kesempurnaan" hidup, kehidupan sehari-hari yang penuh dengan makan makanan enak, kemudian berpergian dengan mobil bagus, pergi ke bioskop untuk menonton film terbaru, naik pesawat ke luar kota atau ke luar negeri, berada di kampus terkenal, berada di tempat terkenal, sedang hangout bersama "sahabat", bermesraan dengan pasangan, atau berbagi momen kasih sayang dengan orangtua. Kita menganggap semua itu adalah momen yang membahagiakan hidup kita, karena momen tersebut hebat, maka kita akan "berbagi" kepada para followers, siapa tahu ada "bonus" pertanyaan soal kegiatan kita.

Kegiatan yang biasa kita bagikan pun pastinya kegiatan-kegiatan yang worthed. Tentunya kita tidak begitu bersemangat membikin unggahan sedang berbelanja di warung depan rumah, alih-alih ketika berbelanja di mal. Pun demikian ketika kita berada di luar negeri, semangat untuk mengunggah akan lebih tinggi daripada ketika berada di taman kota. "Betapa sempurna kehidupannya" gumam para followers.

 Bagaimana bila kita tidak memiliki semua itu untuk kita bagikan kepada para followers? Tidak usah khawatir. Dunia media sosial juga menawarkan mimpi-mimpi, cukup kita buka unggahan orang-orang yang kita follow, mudah untuk menemukan unduhan tentang kesempurnaan hidup, kemudian kita memandang syahdu dari layar ponsel dengan perasaan sendu di bawah langit kelabu, sambil terpaku kita berseru, "enaknya jadi dirimu."

Dunia media sosial memang indah, tempat segala sesuatu bisa berjalan sesuai dengan keinginan sang pemilik akun. Begitu mudah membuat kriteria "kehidupan idaman" di media sosial, tidak serumit di dunia nyata. 

Sedangkan kita yang ada di dunia nyata tidak memiliki kehidupan yang sempurna layaknya kehidupan di media sosial. Kita harus menyisihkan gaji atau jajan untuk bisa pergi ke kafetaria, mesti bekerja rodi atau menangis bombay supaya bisa pergi travelling, melewati masa-masa bertengkar di rumah, menunggu THR untuk sekedar membeli baju baru, dan sedihnya kita pun barangkali perlu berutang untuk bisa mencontoh satu saja kebahagiaan dari kehidupan di media sosial. 

Bahkan untuk sekedar hangout dengan teman-teman pun kita harus mengumpat karena banyaknya teman-teman yang menjawab "aku ngikut aja" ketika ditanya rencana kumpul bareng. Itulah hidup di dunia nyata, tak seindah di media sosial.

*ditulis ketika sedang vacuum media sosial

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun