Mohon tunggu...
Sofri Nazri
Sofri Nazri Mohon Tunggu... Mahasantri Ma'had Aly Darul Ulum

Masih Belajar

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Doa Nabi Ibrahim untuk Ayahnya: Dilema antara Kasih dan Prinsip Tauhid

13 Oktober 2025   20:13 Diperbarui: 13 Oktober 2025   20:18 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, muncul pertanyaan: bagaimana dengan Nabi Ibrahim yang pernah memintakan ampun bagi ayahnya? Allah SWT menjawabnya melalui firman dalam QS. At-Taubah [9]: 114:

وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ اِلَّا عَنْ مَّوْعِدَةٍ وَّعَدَهَآ اِيَّاهُۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗٓ اَنَّهٗ عَدُوٌّ لِّلّٰهِ تَبَرَّاَ مِنْهُۗ اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ لَاَوَّاهٌ حَلِيْمٌ (١١٤)

"Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, Ibrahim berlepas diri darinya. Sungguh, Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun." (QS. At-Taubah [9]: 114)

Dalam hal ini, KH. M. Afifuddin Dimyathi atau yang sering disapa gus Awis menjelaskan dalam kitab beliau Tafsir Hidayah al-Qur'an fi Tafsir al-Qur'an bi al-Qur'an alasan dan harmoni ayat-ayat al-Qur'an bagaimana dalam menjelaskan doa nabi Ibrahim untuk ayahnya. Salah satu kehebatan al-Qur'an ialah menjelaskan satu kisah yang dijelaskan melalui berbagai potongan ayat yang terpisah di berbagai surah yang mana saling melengkapi dan tidak bertentangan.

Berikut adalah beberapa pemaparan gus Awis terkait hal tersebut:

قوله تعالى: وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ  (١١٤)  

والمعنى: وما كان استغفار إبراهيم عليه السلام لأبيه في قوله: ﴿وَاغْفِرْ لِأَبِي إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضَّالِّينَ﴾ [الشعراء: ٨٦] إلا عن مَوْعِدَةٍ وعدها إياه، في قوله: ﴿سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا﴾ [مريم: ٤٧]. وكان هذا الوعد سابقًا على المنع، وكان من خلق إبراهيم أنه وفَّى  بالعهد، كما قال تعالى: ﴿وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى﴾ [النجم: ٣٧].

فلما تبيَّن لإبراهيم عليه السلام أن أباه عدوٌّ للّه تبرّأ من أبيه وقومه، كما قال تعالى: ﴿وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ﴾ [الزخرف: ٢٦]. إن إبراهيم لكثير التضرع والدعاء، كثير العفو عمّا يصدر من قومه. (هداية القرآن في تفسير القرآن بالقرآن ج٢ ص١٥٥ – دار النبراس)

Bentuk permohonan ampun Nabi Ibrahim as. untuk ayahnya adalah sebagaimana dalam firman Allah:

وَاغْفِرْ لِاَبِيْٓ اِنَّهٗ كَانَ مِنَ الضَّاۤلِّيْنَ (٨٦)

"Dan ampunilah ayahku! Sesungguhnya dia termasuk orang yang sesat." (QS. Asy-Syu'ara' [26]: 86)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun