Mohon tunggu...
Sofian Sauri
Sofian Sauri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa STAIA Syubbanul Wathon Magelang prodi Manajemen Pendidikan Islam. "Bacalah untuk hari esok, menulislah untuk keabadian."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penghujung Tahun

21 Februari 2020   11:21 Diperbarui: 11 Maret 2020   14:17 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senja sore ini menambah keindahan dipuncak Gunung Andong, Gunung yang mempunyai ketinggian 1720 Mdpl terletak di wilayah kecamatan Gerabag Kabupaten Magelang mempunyai keeksotisan tersendiri, view panorama dikelilingi Gunung Sumbing, Merbabu, Merapi menjadikan setiap pendaki tidak ingin berkedip sebab akan melewatkan keindahan setiap detiknya.

"Nimas, kamu yang masak dan aku yang memasang tenda ya".

"Siap bos Reza, siap laksanakan".

"Sejak kapan jadi bos kamu?".

"Sejak mendaki Gunung ini".

"Gak mau punya anak buah kayak kamu, cengeng, manja, ha ha".

"Enak aja ngatain manja, sini kalo berani , mau aku lempar pake panci ibu kamu?. "

"Ha ha ha, beraninya main lempar-lemparan"

"Ehh cepetan selesein masang tendanya, ngobrol aja".

SENJA berlalu begitu cepat, petang hadir dengan membawa hembusan angin sang malam, bulan mulai menampakkan cahayanya, bintang berkelap kelip menghiasi langit malam,  rombongan pendaki berdatangan wajah-wajah mereka tampak berseri tak sedikit yang berucap syukur kepada sang Maha Esa.

Berjalan melewati depan tendaku menuju kearah bidang yang kosong, untuk mereka mendirikan tenda.

"Permisi mas, salam lestari dari Lamongan mas", Sapa pendaki lain.

"Salam mas, berapa orang mas rombongannya?"

"Semua 6 orang mas, mas dari mana?", Tanya pendaki dari Lamongan.

" saya dari Magelang mas, mumpung libur kuliah menyempatkan mendaki"

"Enak ya mas sewaktu waktu kapan pengen mendaki kesini, deket he he, mari mas saya ke sana dulu"

"Ya mas silahkan, jangan sungkan nanti mampir ke tenda saya"

"Siap mas, terimakasih sambutan hangatnya", jawab pendaki dari Lamongan.

Menikmati malam diatas Gunung menjadi tujuan para pendaki, ngopi bersama , mendiskusikan sesuatu, bernyanyi dengan lepas , semesta selalu merestui semuanya buktinya setiap pendaki selalu rindu untuk kembali. Tenda sudah berdiri, hidangan ala pendaki sudah siap, tinggal duduk didepan tenda lalu menikmati semuanya.

"Za alat makannya siapin ya, ini masaknya udah selesai"

"Oke siyap Nim"

"Coba za diicipin masakan aku enak gak?"

"Ya ampun Nimas, mau yang masak artis papan bawah sampai atas rasanya pasti sama Nimas, ini kan mie instan"

"Dasar Reza urat keromantisan kamu udah putus ya?, romantis sedikit kenapa"

"Ha ha, ini upaya merawat kejujuran Nim"

"Ngeselin"

"Yaudah, Enak banget og Nim, rasanya seperti mie instan..ha ha ha"

"Nim"

"Iya Reza za za"

"Aku jadi ingat, mie buatanmu ketika kita semester 3, malam itu kamu nyuruh aku maen kerumah, terus kita larut dalam curhatanmu hinggan pukul 23.00"

"Beneran ingat za? Aku kira cowok mudah melupakan sesuatu, tetapi ternyata tidak denganmu"

"Ha ha, jadi selama ini kamu terbelenggu dengan pikiran itu nim?."

"Habisnya kebanyak cowok kan seperti itu za"

"Tidak semuanya nim, aku inget ketika lebaran tentang sandal mu yang tertukar satu, dengan percaya dirinya kamu jalan kesana kemari tanpa sadar bahwa sandalmu tertukar, itu sering membuatku tertawa dan aku harus mengingatnya, ha ha ha"

"Ah kamu za, yang kamu ingat cuma sandalku aja, ngeselin banget"

"Iya memang itu"

"Yang lain za"

"Emm kasih tau gak ya"

"Tu kan ,ngeselin banget"

"Okay okay, sabar dong nim, aku selalu mengingat ingat sewaktu kamu ada kegiatan kampus, terus ibu kamu nyuruh aku jemput kamu, kita sepanjang perjalanan pulang cerita lepas ketawa ketiwi, aku merasa quality time banget"

"Aku juga sama za, selalu mengingat itu, terus waktu itu kamu bilang ,kalo kamu saat itu bukan siapa siapa ku, tetapi suatu saat akan menjadi seseorang yang selalu ku rindukan"

"Apa yang kamu katakan barusan itu benar nim, dipenghujung tahun ini aku gak mau lagi sekedar deket sama kamu, Nim aku mau kita komitmen, selama ini rasa itu aku pendam sendiri"

"Za aku selalu menanti kamu mengucapkan ini didepanku, aku mau berkomitmen denganmu"

"Aku tidak salah dengar kan nim?."

"Tidak Rezaku"

"Yeah akhirnya, terimakasih nim, hatiku lega sekali"

Semula sebuah persahabatan, namun melebur menjadi sepasang kekasih yang saling berkomitmen, memendam rasa itu hanya akan membuat kita teriksa, mengungkapkan adalah jalan menuju titik terang, diterima maupun tidak oleh seseorang itu sejatinya tidak menjadikan sebagai penghambat, jika diterima berarti keduanya mempunyai sebuah kecocokan baik secara lahir maupun batin, sedangkan jika seseorang tidak bisa menerimanya berarti tidaklah ada kecocokan dan itu bukan jalan buntu, masih ada jalan lain yang akan mengarahkan kemana hati itu harus berlabuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun