Positivitasku bukan tipu-tipu.
Bukan manis yang menutupi getir.
Bukan cahaya palsu di tengah badai yang mencabik-cabik, memaksa yang meronta-menolak.
Tapi seperti matahari pagi yang setia kembali meski semalam hujan deras menghapus jejaknya di cakrawala.
Aku berkata kepada diriku:
*"Kau belum sampai, tapi kau sedang menuju."*
*"Langkahmu kecil, tapi nyata."*
*"Hatimu rapuh, tapi masih mau percaya."*
Sungai itu mengajarkan sesuatu. Ia tidak pernah bertanya ke mana harus pergi, ia hanya tahu: ia mengalir. Ada kerikil mengadang, ia melompati. Ada batu besar, ia melingkari. Bahkan saat keruh, ia tetap berjalan. Dan dalam perjalanan itu, ia membersihkan dirinya sendiri.
Lalu aku menengadah, melihat bukit-bukit menghijau di kejauhan. Di sanalah tempat tujuan. Tapi bukan puncak yang kucari sebenarnya.
Bukan tinggi yang menaklukkan yang rendah.
Aku hanya ingin bisa terus berjalan.
Mendengar desah nafasku sendiri dan berkata,
*"Aku masih hidup, aku masih mencoba."*
Dan setiap afirmasi yang kukirimkan ke dalam jiwaku, seperti matahari yang mulai menyibak kabut pagi.
*"Kau tidak sempurna, tapi tidak apa-apa."*
*"Kau belum berhasil, tapi sedang belajar."*
*"Kau belum pulih, tapi sedang tumbuh."*
Aku bukan sedang berbohong kepada diri sendiri.
Aku sedang menghiburnya.
Membisikkan bahwa ada harapan yang menunggu di tikungan berikutnya.