Demikian pula dilingkungan swasta. Tak terhitung para ibu yang memimpin perusahaan di berbagai level posisi, dengan prestasi yang sama baiknya dengan para bapak.
Lalu bagaimana dengan kebanyakan para ibu muda masa kini ?
Amat banyak yang berpendidikan tinggi. Mereka mengisi posisi-posisi penting di berbagai institusi dan perusahaan.
Lalu bagaimana peran utamanya sebagai ibu rumah tangga ? Apakah ditinggalkan begitu saja ?
Tentu saja, tidak. Mengurus rumah tangga telah terjadi pergeseran tanggung jawab. Tidak hanya tanggungjawab ibu.
Seorang bapak juga mengerjakan pekerjaan memasak, mencuci, mengasuh anak dan urusan keluarga lainnya. Mereka bergantian mengerjakannya bersama sang istri.
Anehkah ?
Jawabnya, tidak. Mereka, ibu dan bapak, pasangan suami istri itu juga bersama-sama bekerja, berjuang mencari uang. Demi mensejahterakan ekonomi keluarga.
Mengapa hal itu, mesti terjadi ? Padahal di masa tahun 60'an hingga 70'an. Kebutuhan keluarga, umumnya dicukupi hanya dari hasil kerja suami saja.
Saat itu, kondisi relatif memungkinkan, selain partisipasi para ibu dalam dunia kerja, tidak semasif masa kini.
Faktor yang lain, adanya pola kontrak kerja, telah membuat ketidak-pastian keberlanjutan pendapatan keluarga.
Termasuk, ketentuan upah minimum regional, UMR. Telah membuat "sempitnya" ruang gerak ekonomi keluarga.