Mohon tunggu...
Surya Rianto
Surya Rianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger, Jurnalis Ekonomi, Pecinta Badminton, dan Anime

Blogger, Jurnalis Ekonomi, Pecinta Badminton, Penggemar Anime dan Dorama Jepang.

Selanjutnya

Tutup

Money

Tips Bisnis Ternak Ayam

17 Oktober 2019   14:43 Diperbarui: 17 Oktober 2019   15:15 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis ayam petelur | Sumber: Instagram Bisniscom

Saya masih ingat, setelah Idulfitri tahun ini banyak peternak ayam yang menjajakan hasil ternaknya secara cuma-cuma. Aksi itu dilakukan sebagai protes karena harga ayam broiler yang anjlok parah. Penyebabnya, permintaan ayam turun sehingga pasokan melimpah dan harga pun tertekan. 

Melihat hal itu, apakah membuat kita takut untuk bisnis ternak ayam? harga ayam memang sangat fluktuatif dipengaruhi oleh permintaan dan pasokan, serta volatilitas harga pakan. Paling gampang, fluktuatifnya harga ayam bisa dilihat lewat harga saham tiga emiten pakan ternak, yakni PT Charoen Pokphand Tbk., PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk., dan PT Malindo Feedmill Tbk. Saya tidak memasukkan satu lagi emiten pakan ternak, yakni PT Sierad Produce Tbk. karena harga sahamnya tidak likuid. 

Namun, apakah dengan begini artinya bisnis ternak ayam tidak menarik?

Nah, ada artikel menarik yang saya temukan di Bisnis.com , dalam artikel itu dijelaskan ada dua jenis bisnis ternak ayam yang paling populer di Indonesia. Pertama, bisnis ayam broiler, Kedua bisnis ayam petelur. 

Narasumber dalam artikel itu menceritakan, dirinya memilih bisnis ternak ayam petelur secara mandiri karena harga telur yang lebih stabil, sedangkan skema bisnis mandiri diambil demi bisa mendapatkan keuntungan yang lebih optimal. 

Dia menceritakan, bisnis ternak ayam broiler sangat berisiko karena harga ayam yang volatilitasnya sangat tinggi. Jika permintaan lagi tinggi, harga ayam bisa tembus Rp45.000 per ekor, tetapi ketika sedang sepi, harga ayam bisa ambruk ke Rp14.000 per ekor. 

Berbeda dengan ayam broiler, bisnis ayam petelur lebih dipilih karena harga telur cenderung stabil. Harga telur dipasaran selalu berada di kisaran Rp20.000 per kg, sedangkan harga telur dari perternak berkisar antara Rp14.000 per kg sampai Rp18.000 per kg. 

Kemudian, bisnis ayam broiler hanya bisa bertahan jika memiliki mitra dari perusahaan besar. Namun, bisnis ayam broiler dengan skema kemitraan tidak memberikan keuntungan yang optimal. Alhasil, bisnis ayam broiler kerap dibikin lelucon seperti, menjadi kuli di kandang sendiri. 

Meskipun begitu, bisnis ternak ayam petelur bukan tanpa tantangan. Peternak harus memastikan ayam-ayam petelurnya tetap sehat dan tidak terkena flu burung dengan rajin memberikan vaksin serta vitamin. Lalu, tantangan lainnya adalah fluktuatif harga pakan yang bisa menganggu margin keuntungan. 

Di luar itu, peternak ayam petelur juga harus memperhatikan kebersihan dan aturan agar tidak melanggar dan menganggu kehidupan warga sekitar. 

Tertarik bisnis ayam petelur?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun