Mohon tunggu...
Surya Rianto
Surya Rianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger, Jurnalis Ekonomi, Pecinta Badminton, dan Anime

Blogger, Jurnalis Ekonomi, Pecinta Badminton, Penggemar Anime dan Dorama Jepang.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kedai Kopi Lokal Bakal Ganggu Pasar Starbucks?

7 Juli 2019   13:57 Diperbarui: 7 Juli 2019   14:03 1459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerai Fore Coffee di Stasiun Sudirman yang menggantikan posisi gerai Starbucks. / foto pribadi

Melihat Luckin Coffee yang sudah melantai di Bursa Amerika Serikat menantang Starbucks di China, tampaknya bukan tidak mungkin kedai kopi lokal Indonesia siap ganggu Starbucks di Negeri Zamrud Khatulistiwa tersebut kan?

Indonesia punya banyak jenis kopi, di daerah pun banyak kedai kopi lokal yang konon siap bersaing dengan Starbucks. Apalagi, tren minum kopi juga jadi gaya hidup yang lagi tren saat ini.

Saya pun jadi teringat ketika Uber menyerah di Asia Tenggara dan milih bergabung bersama Grab. Hal itu berada rasa lokal punya kekuatan lebih ketimbang rasa asing dengan modal berlimpah. 

Nah, ini bisa dimanfaatkan kedai kopi lokal untuk siap-siap memangkas pangsa pasar sang penguasa pasar nih, walaupun ada yang yakin Starbucks akan tetap kokoh sebagai pemimpin pasar.

Namun, saya melihat pangsa pasar Starbucks tengah dipangkas dari segi penyedia tempat kerja maupun penjualan kopi. Tren co-working space yang menyediakan kopi dan minuman gratis lebih menggoda ketimbang sok gaya di Starbucks. 

Lalu, dari segi penjualan kopi, kini banyak kedai kopi lokal yang menyediakan menu kopi lebih enak dengan harga lebih terjangkau. Alhasil, Starbucks mungkin saja akan terjepit nasibnya sekitar dua sampai tiga tahun ke depan. 

Nah, saya menemukan analisis yang menarik tentang Starbucks dan kedai kopi lokal nih. Saya kutip dari Suryarianto.id

Bisnis kedai kopi kian menjamur, bahkan Starbucks seperti menguasai pasar sendirian mulai terganggu dengan kehadiran kedai lokal. Melihat antusias wirausaha masuk ke bisnis kedai kopi, berikut ini sedikit analisis singkat legitnya bisnis tersebut. 

Indonesia dan kopi memiliki hubungan yang sangat kuat. Menurut data WorldAtlas, Indonesia adalah produsen kopi terbesar keempat dunia. Dari data itu, Indonesia mencatat produksi kopi sebanyak 660.000 ton. 

Sayangnya, status produsen kopi terbesar keempat dunia tidak membuat konsumsi kopi Indonesia menjadi tinggi. Dari data WorldAtlas, Indonesia tidak termasuk 25 negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. 

Finlandia menjadi negara dengan konsumsi kopi terbesar dunia sebanyak 12 kg per orang setiap tahunnya. 

Nah, angka konsumsi yang rendah ini kerap dibuat menjadi daya tarik bisnis kedai kopi di Indonesia. Namun, apakah benar bisnis kopi di Indonesia menggiurkan? 

Starbucks Indonesia berada di bawah naungan PT Sari Coffee Indonesia, anak usaha PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. Kakek Starbuck Indonesia adalah PT MAP Adiperkasa Tbk., sang raja ritel branded di Indonesia milik jaringan Sjamsul Nursalim. 

Jika melihat dari laporan keuangannya, Starbucks Indonesia ada di Indonesia sejak 2002. 

Di Akhir 2001, Sari Coffee Indonesia melakukan perjanjian dengan Starbucks Corporation untuk memberikan hak membuka serta mengoperasikan kedai Starbucks. Perjanjian itu langsung dijamin oleh Mitra Adiperkasa. 

Kerja sama pertama antara emiten berkode MAPI selaku kakek usaha Sari Coffe Indonesia itu berakhir pada 2016. MAPI pun melanjutkan kerja sama dengan tanda tangan perjanjian baru pada 17 Oktober 2016. 

MAPI lewat Sari Coffee Indonesia menandatangani kerja sama Area Development and Operation License Agreement dengan Starbucks Coffe Indonesia Inc. Selain itu, Sari Coffe Indonesia juga tanda tangan Trademark and Technology License Agreement dengan SBI Nevada Inc, untuk memberikan hak kepada cucu usaha MAPI itu mengoperasikan Starbucks. 

Sekitar kurang dari setahun setelah perjanjian kedua, induk usaha Sari Coffee Indonesia, MAP Boga Adiperkasa melantai di Bursa Efek Indonesia.

Lewat melantai di bursa, IDN Financial mencatat emiten berkode MAPB itu mampu meraup Rp37,25 miliar dari harga penawaran perdana Rp1.680 per saham. Sampai perdagangan Jumat (05/07/2019), harga saham MAPB ditutup stagnan di level Rp1.800 per saham. 

Dari prospektus penawaran perdana MAP Boga, Starbucks berkontribusi paling besar terhadap kinerja perseroan. Sampai 2016, Starbucks berkontribusi sebesar 89,74% dari total pendapatan. 

Secara total, Starbucks mencatat pendapatan hingga Rp1,46 triliun dari total pendapatan senilai Rp1,62 triliun. 

Selain Starbucks, MAP Boga juga mengelola beberapa merek tempat makanan minuman lainnya seperti, Pizza Marzano, Krispy Kreme, dan Cold Stone. Namun, kontribusi pendapatan merek kedai makanan minuman selain Starbucks masih tergolong rendah. 

Jika melihat perkembangannya sejak 2014, bisnis minuman MAP Boga yang mayoritas berasal dari Starbucks masih mendominasi ketimbang sumber pendapatan lainnya. Pertumbuhan pendapatan dari bisnis minuman itu pun rata-rata bisa tembus 22,24% setiap tahunnya. 

Terakhir, bisnis minuman MAP Boga mencatatkan pendapatan senilai Rp1,68 triliun pada 2018. Lalu, pendapatan bisnis minuman kuartal I/2019 tumbuh 15,54% menjadi Rp456,14 miliar dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. 

Dari segi pertumbuhan aset, Starbucks Indonesia mencatatkan rata-rata kenaikan sebesar 21,9% per tahun sejak 2016. Sampai kuartal I/2019, aset Starbucks Indonesia sudah tembus Rp1,51 triliun. 

Nilai aset Starbucks Indonesia itu juga paling besar dibandingkan dengan merek restoran dan kedai makanan minuman milik MAP Boga lainnya.

Selain geliat Starbucks Indonesia di bisnis kedai kopi, beberapa startup kopi Indonesia lainnya juga mulai diguyur uang oleh investor. Dua diantaranya adalah Fore Coffee dan Kopi Kenangan. 

Penetrasi dua startup kopi itu seolah mengingatkan Luckin Coffee yang membuat Starbucks China kelabakan. 

Apalagi, ada fakta kedai Starbucks di Stasiun Sudirman, Jakarta, harus digantikan dengan Fore Coffee. Hal ini bisa jadi sinyal startup kopi mulai menganggu dominasi Starbucks. 

Sejauh ini, Kopi Kenangan telah meraih pendanaan total senilai US$28 juta. Pendanaan pertama diberikan oleh Alpha JWC Ventures senilai US$8 juta, sedangkan pendanaan selanjutnya disokong oleh Sequoia India senilai US$20 juta. 

Dengan pendanaan itu, Kopi Kenangan memiliki target besar untuk bisa menembus pasar Asia Tenggara seperti, Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Singapura. 

Lalu, Kopi Kenangan juga menargetkan bisa tambah hingga 1.000 gerai di seluruh Indonesia. Jumlah gerai itu jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah gerai Starbucks saat ini yang sekitar 400 gerai. 

Tak hanya Kopi Kenangan, Fore Coffee juga terus ekspansi. Saat ini saja, startup kopi itu sudah memiliki sekitar 60 gerai. 

Fore Coffee pun sudah mendapatkan pendanaan dengan total US$9,5 juta dari konsorsium East Ventures dkk. 

Itu baru penetrasi dua startup kedai kopi lainnya, belum lagi ada kedai kopi lokal yang menjadi trending di daerah masing-masing. 

Mungkin perbedaan segmen bisa membuat Starbucks kokoh berdiri, tetapi kumpulan kedai kopi yang segmentif itu bisa memecah pangsa pasar yang selama ini dikuasai waralaba asal Amerika Serikat (AS) tersebut. 

Kalau kamu, lebih suka kopi Starbucks atau kedai kopi lokal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun