Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berkaca dari Universitas Terbuka

17 September 2025   12:57 Diperbarui: 17 September 2025   12:57 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"From childhood, they taught us to chase goals at any cost but never to savour the beauty of the journey," kata penulis asal Nepal, negara yang baru-baru ini viral, tersebut. Sebuah kritikan, yang salah satunya justru terjawab oleh keberadaan Universitas Terbuka sejak jauh-jauh hari.

Selaras petuah John Dewey, "Education is not preparation for life; education is life itself." Pendidikan bukan cuma persiapan untuk menghadapi hidup. Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri. 

Pikiran John Dewey kerap jadi bahan obrolan atau diskusi dari kampus ke kampus sepanjang zaman, namun dalam hal praktik, kerap kali pendidikan masih disekat-sekat sebegitu rupa. Selain biaya pendidikan yang kerap kali hanya terjangkau kalangan menengah ke atas, soal umur pun kerap kali dibatasi, tanpa peduli bahwa dalam perjalanan banyak pecinta sekolah yang tak leluasa bisa bersekolah.  

Sementara, mengutip pesan John Dewey dalam Experience and Education, sikap paling penting yang semestinya didukung-terutama institusi pendidikan-adalah keinginan untuk terus belajar. Pesan yang sangat membumi, dan sudah semestinya, namun sejauh ini belum banyak kampus yang seinklusif Universitas Terbuka.

Kampus ini mampu membuktikan sisi inklusif pendidikan, dan telah melahirkan tak kurang dari 512 ribu sarjana-mengacu data 2021-2023. Sedangkan kini, mereka memiliki mahasiswa terdaftar mencapai 676.588 orang, berdasarkan laporan UT Dalam Angka-per 16 April 2025. 

Kalangan perempuan yang kerap kali terhalang meraih pendidikan, justru mendapatkan tempat paling besar dari sisi porsi jumlah mahasiswa kampus itu. Sebanyak 428.323 perempuan belajar di Universitas Terbuka, atau 63,31 persen dari seluruh mahasiswa yang terdaftar. 

Sejauh ini, tertinggi peminat kampus itu memang di Pulau Jawa, mencapai 347.992, setara 52 persen dari seluruh mahasiswa mereka dari berbagai pulau. Menjadi sebuah pesan, semestinya kampus inilah yang patut jadi salah satu lembaga pendidikan yang terus digaungkan. Menunjukkan kepada semua kalangan, pintu pendidikan tidak tertutup. Pintu pendidikan tinggi tetap terbuka kepada siapa saja yang mau memasukinya. 

Sayangnya, sekali lagi, sejauh ini para akademisi Universitas Terbuka kerap kali harus berjuang sendirian menunjukkan kelebihan mereka miliki. Belum banyak figur berpengaruh di luar kampus itu yang berusaha menunjukkan, di tengah "kemewahan" yang kerap menjadi citra pendidikan, terdapat Universitas Terbuka yang benar-benar membuka diri kepada siapa pun yang mau belajar.

***

"Andai tak ada Universitas Terbuka, Bang Zul, mungkin dulu saya takkan bisa belajar dan memperbaiki karier. Bisa jadi saya akan terhenti di hutan sepi di Sumatra," kata petinggi perusahaan nasional tadi. Ia menjadi salah satu bukti, pendidikan itu punya kekuatan. Universitas Terbuka menguatkan, Indonesia terkuatkan, rakyatnya pun bisa melihat jalan hidup jauh lebih baik lewat pendidikan.*

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun