Patut dicatat, kenapa di Banda Aceh cenderung kepada pemanfaatan kotoran sapi, lantaran berbeda dengan kawasan Aceh Barat, di sentral provinsi itu sebagian penduduk lebih gemar beternak sapi dan juga mengonsumsi daging sapi.
Zulfadlie Kawom, tercatat sebagai salah satu intelektual muda Aceh yang pernah turut berkiprah mensosialisasikan pemanfaatan kotoran sapi untuk menciptakan gas dari kotoran. Lewat organisasi Jaringan Komunitas Masyarakat Adat Aceh-Pasee (JKMA-Pasee), ia pernah terjun ke perkampungan Seunuddon di Aceh Utara untuk menerapkan ide tersebut.
Zulfadhli mengenalkan gagasan itu ke penduduk setempat sejak akhir 2009, lantaran berangkat dari keyakinan bahwa dari 40 ekor sapi saja mampu menghasilkan hingga 200 watt listrik. Namun di Seunuddon kala itu, pihaknya cenderung mengenalkan alternatif itu hanya untuk kebutuhan memasak saja.
Dari berbagai sumber disebutkan jika satu-dua ekor sapi saja bisa menghasilkan energi setara 3,5 kg kayu bakar, atau 1,8 liter bensin, juga cukup untuk 4-5 kwh listrik, atau jika digambarkan kasar cukup untuk menggerakkan truk berbobot 3 ton sejauh 2,8 kilometer.Â
Sayangnya, di Aceh sendiri makin sedikit yang beternak kerbau dan sapi, dan pinggir-pinggir sungai dan pantai tak lagi seleluasa dulu melihat hewan-hewan ternak itu berjemur atau berendam di bawah terik matahari. Sulit bercerita lebih jauh lagi tentang ini.*
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI