Mohon tunggu...
Sodik Permana
Sodik Permana Mohon Tunggu... Wiraswasta - JnT Cargo

Penikmat filsafat dan penulis pemula yang senantiasa berusaha konsisten dalam belajar sesuatu yang belum terfahami.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Problematik Sekolah Berbasis Asrama

9 September 2022   16:17 Diperbarui: 9 September 2022   16:20 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena saya kira tentu instansi tersebutpun tidak ingin ada peristiwa penghukuman yang melampaui batas. Dalam hal ini yang saya maksud adalah bahwa setiap tindakan penganiayaan itu murni perbuatan seseorang yang kemudian menyangkut nama suatu instansi, tidak relevan jika tuduhan itu mutlak di sandarkan pada instansi secara langsung mengingat kemungkinan besar instansi tersebut tidak menerapkan penghukuman yang tidak wajar terkecuali instansi khusus untuk pendidikan fisik semacam sekolah militer atau lainya. Yang saya ketahui kemudian di ponpes saat itu saya belajar, sekitar beberapa tahun kebelakang masih cukup sering saya berkunjung menemui beberapa teman yang sudah menjadi ustadz disana dan saya mendapati info bahwa sudah jarang terjadi hukuman secara fisik, hampir semua hukuman dirubah. Dari hal ini menjadi sedikit jelas bahwa problematik seperti 'masukin ke pondok jangan yah? takut ada penganiayaan seperti di berita' sebenarnya sudah bisa mereda dengan sendirinya, karena pihak instansi pun tidak menginginkan adanya penganiayaan. 

Mayoritas penganiayaan terjadi dan seperti yang saya alami sebenarnya memiliki motif yang beragam, dan tentu kita sudah mengetahui secara seksama yaitu adanya oknum penganiayaan dengan motif 'balas-dendam' atau motif yang dilatar-belakangi karena emosional dari seseorang tersebut. Sulit memang mengontrol emosi apalagi ketika marah, maka dari itu saya kira ada beberapa hal metode yang bisa diterapkan;

1. Adakan Bimbingan Psikologis terhadap pengasuh 

Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kestabilan psikologis pengasuh asrama atau pengasuh santri yang saat saya mondok itu disebut munadzim, melatih mengontrol emosi agar terhindar dari motif 'balas-dendam'. Pengalaman dulu yang saya ketahui belum ada hal semacam ini sehingga persoalan psikologis santri tergantung bagaimana ketika ia belajar sebagai santri dengan menerima setiap pengajaran, satu sisi kita yakini bahwa agama dapat memberikan pelajaran tentang pengendalian diri namun dalam hal ini juga diperlukanya bimbingan psikologis terhadap santri. Entah diadakan per-pekan saat libur atau dimasukan kedalam aktivitas asrama / ponpes, agar terjaganya kondisi psikologisnya.

2. Pemberian wewenang penghukum

Dulu ketika saya di ponpes, yang diperbolehkan memberikan hukuman adalah munadzim yang baisanya santri di kelas 2 Aliyah atau setara dengan 2 SMA kalo di sekolah biasa, namun kewenangan diatasnya adalah para ustadz kemudian baru kewenangan selanjutnya adalah oleh pimpinan pondok saat itu kita sebut Mudir. Untuk menghindari penghukuman yang bermotif 'balas-dendam' dan lain sebagainya tentu langkah antisipatif menurut saya adalah tidak semua pengasuh diberikan wewenang untuk menghukum, melainkan santri atau pengasuh yang sudah terverifikasi secara psikologis yang tidak emosional, karena motif balas-dendam sangat erat dengan emosi seseorang.

3. Adakan pemeriksaan kondisi fisik / kesehatan pada calon pelajar atau santri

Untuk memastikan tidak adanya korban dalam penyalah-gunaan hukuman dalam asrama / ponpes ialah dengan pemeriksaan kesehatan anak sebelum masuk asrama/ponpes, hasil pemeriksaan ini sebagai patokan ketika seorang anak yang dalam pemeriksaan memiliki kondisi badan yang lemah atau yang memiliki penyakit tertentu dan tidak boleh mendapat aktivitas berat atau hukuman fisik, itu tidak boleh dihukum fisik melainkan dengan hukuman lain seperti menghafal kitab atau semacamnya. Bisa saja hasil ini dibuat semacam kartu tertentu semisal ID-Card atau lainya, mungkin saja hal ini sudah dilakukan oleh beberapa sekolah berbasis asrama atau ponpes di Indonesia.

4. Aturan tertulis tentang hukuman

Biasanya di beberapa sekolah berbasis asrama/ponpes yang pernah saya belajar didalamnya itu terdapat beberapa papan reklame dengan berbagai macam tulisan seperti visi-misi pondok, Aturan Pondok dan lain sebagainya yang bukan hanya terpajang di papapn informasi umum. Nah, sebagai langkah antisipatif dan penginat bagi pengasuh asrama/ponpes hal ini saya kira efektif, selain itu juga adanya keterbukaan oleh pihak pondok (asatidz dan mudir) atau pihak asrama dalam aturan hukuman ini kepada pihak orang tuan santri.

Tulisan ini hanya sebagai ide pribadi yang berdasarkan pengalaman, barangkali pihak tertentu memiliki ide dan metode lebih baik dalam mengantisipasi terjadinya hal yang serupa, agar kasus penganiayaan ini tidak lagi terjadi dan menjadi suatu problematik. Mohon maaf apabila tulisan memiliki kesalahan atau kekurangan, saya harap bisa mendapat penambahan dan pencerahan, selain itu saya ucapkan terima-kasih dan semoga bermanfaat.

-Salam Literasi-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun