Film F1: The Movie yang dibintangi Brad Pitt menjadi salah satu fenomena perfilman tahun 2025. Film bertema balap Formula 1 ini berhasil meraih perhatian publik dunia dan mencatatkan angka box office yang hampir melampaui salah satu film superhero legendaris, The Incredibles (2004).Â
Hingga saat ini, F1 telah mengumpulkan pendapatan global sebesar 623,3 juta dolar AS, hanya terpaut sekitar 8,4 juta dolar dari total pendapatan The Incredibles yang berada di angka 631,7 juta dolar AS. Angka ini menunjukkan betapa besar antusiasme penonton terhadap kisah comeback seorang pembalap legendaris yang diperankan dengan apik oleh Brad Pitt.
Jika ditelusuri lebih dalam, performa F1 menunjukkan pola yang menarik. Dari segi pasar domestik, film ini meraih sekitar 189,3 juta dolar AS, sedangkan dari pasar internasional mencapai 434 juta dolar AS.Â
Artinya, dukungan terbesar terhadap kesuksesan film ini justru berasal dari luar Amerika Utara. Hal ini memperlihatkan tren baru dalam perfilman global: pasar internasional semakin memainkan peranan penting, bahkan lebih dominan dibandingkan pasar domestik. Dalam konteks pemasaran film, hal ini mengindikasikan perlunya strategi distribusi yang lebih menekankan pada selera penonton global, bukan hanya Amerika.
Film F1Â digarap dengan biaya produksi sekitar 250 juta dolar AS. Dalam standar industri, sebuah film blockbuster biasanya dianggap break-even jika mampu menghasilkan setidaknya 2,5 kali biaya produksinya. Dengan demikian, target break-even F1 berada di kisaran 625 juta dolar AS. Dengan capaian saat ini yang hanya terpaut 1,7 juta dolar AS dari titik tersebut, film ini hampir dipastikan akan mencapai titik aman dalam waktu dekat. Bahkan, peluang untuk masuk ke jajaran film terlaris sepanjang masa terbuka lebar apabila momentum penayangan di bioskop masih bertahan dan dukungan dari rilis digital terus mengalir.
Dari sisi naratif, F1: The Movie menawarkan cerita yang universal dan mudah diterima berbagai kalangan. Kisah tentang Sonny Hayes, seorang mantan pembalap Formula 1 era 1990-an yang mencoba bangkit setelah kecelakaan, menggugah emosi penonton.Â
Cerita mengenai semangat juang, bimbingan antargenerasi, serta usaha keras untuk kembali meraih kejayaan selalu menjadi daya tarik lintas budaya. Kehadiran Javier Bardem sebagai pemilik tim serta Damson Idris sebagai pembalap muda yang dibimbing Brad Pitt menambah kedalaman konflik emosional dalam film ini.
Keberhasilan F1Â juga tidak bisa dilepaskan dari faktor teknis. Sutradara Joseph Kosinski dikenal piawai menggarap film dengan visual spektakuler, sebagaimana terlihat dalam Top Gun: Maverick (2022). Adegan balapan yang realistis, penggunaan teknologi kamera canggih, serta kolaborasi dengan pihak Formula 1 membuat film ini terasa autentik. Hal ini sesuai dengan tren terkini. Penonton semakin mencari pengalaman sinematik yang mendekati kenyataan.
Namun, pencapaian besar F1 tetap diiringi dengan tantangan. Penurunan jumlah layar bioskop akibat masuknya film-film baru dapat memengaruhi sisa pendapatan. Selain itu, meski sudah mencapai ambang break-even, keuntungan bersih masih harus dihitung dengan mempertimbangkan biaya pemasaran dan distribusi yang sangat besar untuk film sekelas ini.Â
Akan tetapi, faktor rilis digital yang berlangsung lebih cepat dibandingkan era sebelumnya memberi keuntungan tersendiri karena dapat memperluas jangkauan penonton yang tidak sempat menonton di bioskop.