Film F1 yang dibintangi Brad Pitt kini memecahkan rekor sebagai salah satu film olahraga dengan pendapatan tertinggi di dunia. Sejak dirilis awal Juli 2025, film ini melesat cepat di box office dan menjadi film terbesar dalam sejarah Apple Studios sekaligus berpotensi sebagai film terlaris sepanjang karier Brad Pitt.
Menurut laporan deadline.com, pada akhir pekan perdananya, film F1 mencetak debut global sebesar $144 juta, terdiri dari $55,6 juta di Amerika Serikat dan $88,4 juta dari pasar internasional.
Hebatnya lagi, film ini menduduki posisi pertama di 74 dari 78 negara tempat ia diputar. Tidak hanya menunjukkan kekuatan bintang Brad Pitt, tetapi juga membuktikan bahwa kolaborasi antara Apple Studios dan Warner Bros mampu menyaingi raksasa film konvensional.
Dalam beberapa minggu setelah peluncurannya, pendapatan global F1 terus menanjak hingga melewati $500 juta, angka yang mencengangkan untuk sebuah film bertema olahraga. Bahkan, dengan rencana re-rilis IMAX pada 8 Agustus, film ini diprediksi bisa menyentuh angka antara $580 hingga $600 juta. Angka tersebut sangat mungkin membuat F1 melampaui World War Z ($540 juta) sebagai film dengan pendapatan global tertinggi sepanjang karier Brad Pitt.
Kesuksesan ini bukan semata karena nama besar sang aktor, tetapi karena kombinasi dari berbagai strategi yang dijalankan secara presisi. Pertama, pendekatan sinematografi yang memanfaatkan teknologi IMAX secara maksimal membuat pengalaman menonton F1 menjadi begitu mendalam dan memikat---bahkan 20% dari total pendapatan bioskop berasal dari layar IMAX saja.
Kedua, distribusi hybrid antara bioskop dan streaming Apple TV+ memungkinkan akses penonton di berbagai wilayah tanpa kehilangan eksklusivitas. Ketiga, promosi dan marketing yang menyatu dengan ekosistem Apple---dari Apple Pay hingga Maps---menjadikan film ini bagian dari gaya hidup digital yang sudah mengakar di tengah masyarakat modern.
Reaksi penonton dan kritikus juga sangat positif. F1 memperoleh skor penonton rata-rata 83--97% di Rotten Tomatoes, serta CinemaScore "A" yang mencerminkan kepuasan tinggi penonton terhadap keseluruhan film. Selain adegan-adegan balap yang intens dan realistis, penonton juga disuguhkan narasi emosional yang kuat tentang perjalanan comeback seorang pembalap veteran bernama Sonny Hayes---diperankan oleh Brad Pitt---yang kembali ke lintasan sebagai mentor bagi generasi baru pembalap.
Hal yang menarik, kesuksesan film F1 juga telah memunculkan spekulasi soal sekuel. Beberapa laporan menyebutkan adanya pembicaraan awal untuk proyek lanjutan, bahkan ada rumor tentang kemungkinan crossover dengan film balap legendaris Days of Thunder yang dibintangi Tom Cruise. Meski belum ada konfirmasi resmi, diskusi ini menjadi sinyal bahwa F1 bukan sekadar film satu kali tayang, melainkan potensi franchise sinema balap yang serius.
Brad Pitt sendiri disebut menerima bayaran sekitar $30 juta untuk perannya di film ini---dan angka ini dipandang layak jika melihat dampak luar biasa yang ditimbulkan secara global. Tak hanya di layar lebar, kesuksesan F1 juga berdampak pada reputasi Apple Studios yang kini benar-benar diperhitungkan dalam peta industri hiburan global. Bahkan, Apple dilaporkan sedang berupaya mengakuisisi hak siar Formula 1 di Amerika Serikat, menjadikan langkah mereka dalam dunia olahraga tidak sekadar cerita fiksi di film, tapi juga bagian dari strategi bisnis yang sangat nyata.
Film F1 membuka babak baru dalam genre film olahraga. Ia bukan hanya tentang kecepatan dan teknologi balap, tetapi juga tentang keberanian untuk kembali, tentang perubahan arah hidup, dan tentang bagaimana satu sosok bisa menginspirasi generasi baru. Dalam film ini, Brad Pitt bukan sekadar aktor utama, tapi simbol semangat yang menembus batas usia dan generasi. Publik seakan sepakat: F1 bukan hanya film besar, melainkan pengalaman sinema yang menggetarkan.