Bagi orang yang kaya hati, belum kaya harta, peduli dan berbuat baik kepada orang lain, keluarga, pihak lain, dll, dapat dengan tindakan mendukung seperti dengan senyuman, acungan jempol, emot hati, kata-kata positif, dll, tanpa harus memberikan sumbangan materi. Bagi orang yang kaya hati dan kaya harta, peduli dan berbuat baik kepada orang lain, keluarga, pihak lain, dll, Â tindakan mendukung tidak sebatas senyuman, acungan jempol, emot hati, kata-kata positif, dll, tetapi dibarengi dukungan harta dan materi. Sadar bahwa sebagian harta dan materi yang mereka dapat, milik orang lain. Tahu bahwa harta dan materi, tidak dibawa mati.
(Supartono JW.16092025)
Pengamat pendidikan nasional
Cerdas SQ, IQ, dan EQ
Orang yang sudah memiliki kecerdasan spiritual (SQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), bila kepekaan spiritual, intelektual, dan emosionalnya hilang, maka hilang pula empatinya untuk peduli dan berbuat baik terhadap orang lain, pihak lain, sekali pun masih dalam satu keluarga/kekeluargaan.
Apalagi, bila seseorang belum cerdas SQ, IQ, dan EQ. Kedua model orang tersebut, biasanya tidak dapat membedakan kebaikan dan keburukan, sebab pikiran, mata, telinga, dan hatinya, TERTUTUP (dibutakan oleh duniawi).
Hilangnya kepekaan spiritual dan empati, biasanya disebabkan oleh kebiasaan berbuat dosa dan kesibukan duniawi, membuat seseorang tidak dapat membedakan kebaikan dan keburukan. Pikiran dan hati tertutup.
Akibatnya, sulit bagi yang bersangkutan peduli dan berbuat baik kepada orang lain dan pihak lain, sekali pun kepada keluarganya sendiri. Apalagi kepada orang lain, pihak lain.
Berdalih
Orang-orang yang hilang kepekaan spiritual dan empatinya, mengabaikan nilai-nilai kebaikan, sebab TAKUT KEHILANGAN yang BUKAN MILIK (harta, benda, uang, jabatan, kekuasaan), yang sejatinya hanya titipan, amanah. sehingga sudah tidak lagi peduli apa itu kebaikan dan keburukan.
Mereka akan selalu merasa ringan untuk berbuat salah dan dosa, saat tidak bertanggung jawab kepada hal yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya, tapi selalu enteng menikmati haknya. Hanya memanfaatkan kebaikan dan kepedulian orang lain, keluarga, pihak lain, dll.
Mirisnya, jangankan bertanggung jawab atas tanggung jawabnya, orang-orang yang model demikian, banyak ditemukan, bahkan mudah berdalih.