Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Menulis di berbagai media cetak sejak 1989. Pengamat Pendidikan Nasional dan Humaniora. Pengamat Sepak Bola Nasional. Praktisi Teater.

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Pribadi yang Transparan, Jujur, Terbuka

15 September 2025   08:45 Diperbarui: 15 September 2025   08:52 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

(3) Penyalahgunaan wewenang/kekuasaan.
Pemimpin dan pihak/organisasi, dll, menggunakan wewenang mereka untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan aturan, seperti menutup-nutupi informasi atau tindakan yang salah.

(4) Lemahnya mekanisme pengawasan.
Tidak adanya mekanisme pengawasan yang efektif dari masyarakat atau lembaga pengawas lainnya dapat memicu praktik yang tidak transparan. Namun, meski ada mekanisme, pihak/organisasi, dll, yang tidak transparan malah tidak menganggap keberadaan anggota masyarakat, organisasi, dll. Arogan!

(5) Buruknya tata kelola informasi.
Kurangnya pendataan, pelaporan, dan penyampaian informasi yang jelas dan akurat kepada publik dapat menimbulkan kebingungan dan ketidakpercayaan. Namun bagi orang/pihak yang oportunis, tata kelola informasi malah sengaja dibuat "buruk".

(6) Kurangnya keberanian:
Pribadi/pemimpin yang tidak berani menegakkan standar tinggi dan mengabaikan perilaku buruk dalam organisasinya juga berkontribusi pada ketidaktransparanan.

Mengapa penting

Mengapa transparansi penting? Sebab,
(1) Meningkatkan kepercayaan publik.
(2) Membangun kepercayaan antara pemerintah/organisasi dan masyarakat.
(3) Mengurangi penyalahgunaan wewenang/kekuasaan lebih sulit dilakukan dan mudah terdeteksi.
(4) Meningkatkan akuntabilitas.
Ketika informasi tersedia, masyarakat dapat memantau dan meminta pertanggungjawaban pemerintah atau organisasi.

(5) Meningkatkan partisipasi publik, sebab keterbukaan informasi memungkinkan masyarakat untuk terlibat lebih aktif dalam pengambilan keputusan.

Jadi, bila dalam individu, pihak, organisasi, dll, tidak ada transparansi, maka dapat dipastikan, sumber daya manusianya (SDM) belum kompeten dan profesional. Atau sudah kompeten dan profesional, tetapi menjadi oportunis, karena tertular penyakit "politik", tidak transparan menjadi bagian dari strategi demi "tujuan". Tidak jujur.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun