Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mereboisasi Kerendahan Hati, Langka Programnya

4 September 2023   09:02 Diperbarui: 4 September 2023   09:29 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Berhasil dan gagal adalah konsekuensi pencapaian dari sebuah langkah. Akan selalu disyukuri oleh orang-orang yang cerdas otak dan hati, pondasinya cerdas Iman. Sebab, tahu cara menanam, merawat, memetik yang benar, halal, dan baik. Tahu ilmu mengukur diri, serta situasi, karena berproses sesuai aturan manusia dan pemilik alam. Membuat yang sulit menjadi mudah. Tahu malu, tahu diri, MEMBUMI, dan rendah hati terpatri di sanubari. Teraplikasi dalam tindakan kehidupan sehari-hari.Drs. 

(Supartono, M.Pd. / Supartono JW.04092023)
Pengamat pendidikan Nasional dan sosial
Pengamat sepak bola nasional

Selama ini, masyarakat mengenal kata reboisasi yang dimaknai sebagai penanaman kembali hutan yang telah ditebang (tandus, gundul). Apalagi kini, situasi beberapa wilayah +62 sedang polusi.

Tapi mengapa, tidak ada istilah untuk penanaman kembali karakter rendah hati pada manusia Indonesia yang bahkan situasinya lebih tandus dan gundul dari hutan? Akibat dari pendidikan yang masih tercecer dan miskinnya keteladanan kerendahan hati di bumi pertiwi ini. Lihatlah, negeri yang kaya hutan, malah kini sedang di landa polusi udara di beberapa wilayahnya. Akibat ulah siapa?

Bahkan karakter rendah hati yang seharusnya ditunjukkan oleh para elite negeri dan para pemimpin negeri, justru semakin ke sini, malah lebih banyak aksi yang jauh panggang dari api. Terlebih semakin dekatnya tahun politik. Skenario dan drama terus melintas, seolah negeri ini benar-benar hanya milik mereka.

Beberapa indikator yang masif dan konsisten dilakukan adalah perbuatan korupsi, nepotiseme, kolusi, politik dinasti, oligarki, hingga sulitnya melepaskan diri dari jerat cukong yang memodali segala sesuatu.

Akhirnya, manusia yang seharusnya menjadi wakilnya rakyat, mustahil amanah. Sebab, mereka dikejar-kejar beban yang diciptakan dan dibuat sendiri.

Lalu hidup dengan tidak normal, tidak wajar, kamuflase, bertopeng, tapi harus nampak hedon dan terpandang. Padahal hidupnya hanya numpang dari uang rakyat dan fasilitas negara. Takut kehilangan yang bukan milik. Takut kehilangan kekuasaan, jabatan, kedudukan.

Adakah tandus dan gundulnya kerendahan hati mereka dibuat program reboisasi agar sikap sombong, jemawa, angkuh, congkak, dan pongah menjadi hijau kembali?

Akibat ambisi dan tuntutan yang mereka citakan sendiri, karakter brangasan justru diteladani oleh rakyat jelata sampai mendarah daging. Brangasan adalah sifat yang sudah menjadi sikap leseharian, mudah sekali naik darah dan gemar berkelahi, ganas, dan kasar. Lihatlah contohnya dalam kehidupan di jalan raya.

Itu semua, karena kegagalan manusia dalam menanam dan merawat kerendahan hati pada dirinya. Membiarkan dirinya tetap tandus dan gundul dari karakter rendah hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun