Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Catatan Kecil Supartono JW: Timnas Mandul vs Palestina, Messi Pimpin Argentina Pecundangi Australia

15 Juni 2023   23:42 Diperbarui: 15 Juni 2023   23:45 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Supartono JW

Di babak semi final, Indonesia sudah unggul di menit ke-10 melalui gol sundulan Komang Teguh yang berposisi sebagai defender. Di menit ke-53, Muhammad Ferrari sukses bikin gol usai membelokkan tendangan dari Marselino Ferdinan. Ferarri berposisi sebagai defender, Marselino, midfielder. Dan, gol kemenangan Indonesia setelah sebelumnya Vietnam menyamakan  kedudukan menjadi 2-2, diciptakan oleh pemain midfielder, Taufani Muslihiddin di masa injury time. Indonesia menutup pertandingan dengan kemenangan 3-2 atas Vietnam. Siapa pencetak gol yang membawa Indonesia menang atas Vietnam?

3 GOL diciptakan oleh 2 pemain berposisi DEFENDER dan 1 GOL  diceploskan oleh pemain berposisi MIDFIELDER. Ke mana para pemain berposisi FORWARD?

Ternyata para FORWARD, menjawabnya di babak Final kala mengempaskan Timnas Thailand. Lihatlah, meladeni Thailand yang saya sebut sampai berdarah-darah, para FORWARD membalas tuntas kepercayaan Indra Sjafri, mewujudkan kecerdasan otak dan emosinya, plus membuktikan bahwa posisi mereka memang wajib diisi oleh pemain yang memiliki naluri mencetak gol.

Pada akhirnya, kemenangan Garuda Muda yang sangat dramatis, karena harus melewati 120 menit, di National Olympic Stadium Phnom Penh, Kamboja, Selasa (16/5/2023) malam. Gol-gol Indonesia diciptakan oleh brace Ramadhan Sananta (21, 45+4), Irfan Jauhari (91), Fajar Fathur Rahman (107) dan Beckham Putra (120). Tidak tanggung-tanggung, 3 PEMAIN FORWARD UNJUK MENCIPTA GOL, dan lagi-lagi ada peran 1 pemain MIDFIELDER yang turut kembali membuat gol.

Saya melihat, selain Indra Sjafri juga sangat cerdas dengan mununjuk asisten pelatih yang kompeten di setiap posisinya, mulai dari pelatih penjaga gawang, pelatih pemain belakang, pelatih pemain tengah, dan pelatih pemain depan, ada PENDAGOGI ala Indra Sjafri yang membuat para pemain dapat mengontrol emosi dengan kecerdasannya, sehingga mampu memanfaatkan peluang-peluang emas menjadi gol. Bukan hanya bagaimana membuat peluang dieksekusi dengan cerdas, menempatkan bola ke gawang dengan benar dan baik sehingga menjadi gol. Semua pemain di berbagai posisi pun dapat andil menciptakan gol tanpa harus bermain dengan egois dan individualis. Tetap bermain dalam komposisi kolektif. Sebab, Indra pun meminta bantuan psikolog untuk Timnas SEA Games.

Anak Asuh STy tidak disentuh pedagogi, psikolog?

Mandulnya Timnas versus Palestina, menurut saya, selain kurang sentuhan pedagogi, STy dan para asisten pelatihnya, pun bukan sosok yang memiliki pengalaman nyata dalam menciptakan gol. Apa posisi dan pengalaman STy serta para asistennya saat mereka masih aktif bermain? Saya pikir, ini juga kendala yang tidak disadari oleh PSSI. Komposisi pelatih yang dipimpin oleh STy kurang kompeten dalam meracik pemain di setiap komposisi untuk dapat cerdas menciptakan gol.

Jujur, saya sebagai mantan pemain (kampung) yang awalnya berposisi sebagai penyerang, ada pengalaman mahal. Para pelatih saya dulu, mendidik dan melatih saya bagaimana menciptakan gol yang sukses, wajib wernes sepersekian detik melihat posisi kiper di antara dua tiang gawang, lalu tidak perlu dengan banyak tenaga, tinggal menempatkan bola ke posisi gawang yang kosong, dengan kaki kiri atau kanan atau dengan kepala, penuh konsentrasi serta mengendalikan emosi, sehingga cara menempatkan bola ke gawang yang kosong dengan kaki kanan atau kiri, sesuai kondisi dan situasi, apakah cukup di passing kecil atau di flashing, maka gol tercipta.

Lihatlah gol-gol pemain kelas dunia, semua dilakukan dengan kecerdasan otak dan emosi, bola-bola sulit pun dapat ditempatkan di sudut gawang yang sulit dijangkau kiper. Selain kecerdasan otak dan kecerdasan emosi menjadi pondasi, teknik dan speed yang mumpuni, juga menjadi kunci, garansi terciptanya gol.

Tetapi, Lihatlah, betapa para pemain asuhan STy seolah berpesta pora menyiakan peluang di depan gawang Palestina. Seperti bukan kelas pemain Timnas. Seperti tidak ada TC Timnas.

Kendati Timnas Palestian berada di ranking 93 FIFA. Nyatanya, dalam permainan nampak tidak sekualitas rankingnya. Bahkan, saya sebut sepanjang laga, anak Garuda mendominasi permainan, seolah Indonesia yang justru seharusnya ranking 93, bukan ranking 149.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun